Sunday, December 15, 2013

Project Management Professional (PMP)

Sudah menjadi bagian dari target tahun ini untuk melengkapi satu sertifikasi profesional tambahan, yakni Project Management Professional (PMP) yang dikeluarkan oleh Project Management Institute (PMI).  Sertifikasi PMP ini sudah dikenal luas di kalangan praktisi Project Management (PM) di seluruh dunia. Sehingga bisa dikatakan seseorang yang sudah certified PMP akan mempunyai 'bahasa yang sama' dalam praktek PM.

Siapa yang berhak mengajukan sertifikasi PMP? Dikutip dari PMI adalah sebagai berikut:
To apply for the PMP, you need to have either:
  • A secondary degree (high school diploma, associate’s degree, or the global equivalent) with at least five years of project management experience, with 7,500 hours leading and directing projects and 35 hours of project management education.

    OR
  • A four-year degree (bachelor’s degree or the global equivalent) and at least three years of project management experience, with 4,500 hours leading and directing projects and 35 hours of project management education. 
Jika dilihat dari syarat diatas, maka minimal seseorang bisa mengajukan sertifikasi setelah sekitar 3 tahun pengalaman dalam menjalankan proyek dan juga pernah mengikuti kursus terkait PM selama 35 jam. Saya sendiri bisa dibilang 'telat' karena melebihi dari syarat minimal tersebut, apalagi sebagai praktisi yang setiap hari terkait proyek. Walaupun juga tidak bisa dikatakan terlalu telat mengingat banyak senior (tetua) praktisi PM belum pernah bersentuhan dengan dunia sertifikasi baik PMP ataupun CCE (Certified Cost Engineer)

Saya dikirim kantor untuk mengambil kelas persiapan PMP melalui training provider yang berafiliasi dengan lembaga konsultan internasional Rita Mulcahy (RMC). Training dilaksanakan pada awal Oktober 2013 selama 5 hari di Bandung yang juga bisa dijadikan syarat 35 jam training PM. Instruktur yang memberikan pelatihan dan pendampingan setelahnya adalah Mr Rashid, Malaysian yang tinggal di Singapore. Dalam training selain diberikan bahan-bahan belajar, sebuah CD simulasi soal-soal ujian PMP juga termasuk 1 hari refreshment day yang dilaksanakan beberapa hari sebelum ujian sesuai permintaan (grup). Dan yang pasti, Mr Rashid dengan sangat terbuka membantu proses belajar sampai menjelang ujian.

Seperti halnya sertifikasi PM yang lain, maka tantangan terbesar sebenarnya adalah 'mengalahkan' diri sendiri untuk disiplin belajar mempersiapkan diri ujian. Ujian nya adalah menjawab 200 soal pilihan ganda secara online selama 4 jam. Soalnya terkait dengan dunia PM yang harus dijawab sesuai dengan panduan yang diberikan PMI dalam PMBOK (Project Management Body of Knowldge). Tahu istilah saja belum cukup, karena ada studi kasus ditambah pilihan ganda yang bisa membuat lebih dari satu jawaban tampak benar.

Khusus buat saya yang sudah berpengalaman dalam ujian CCE, maka 'beban' itu menjadi semakin berat mengingat berdasar studi bahwa secara level of effort PMP lebih rendah dibanding CCE (CCE lulus, PMP masa tidak lulus :) ). Namun tetap ada rasa was-was apakah bisa lulus PMP. Menurut Mr Rashid, untuk lulus dibutuhkan 40 jam belajar. Tapi saya tidak pernah menghitungnya, satu sebabnya karena ada beban tadi. Yang pasti saya belajar dengan basis milestone dan mentargetkan 2 bulan setelah training saya akan maju dalam ujian PMP.

Di sisi yang lain, sebenarnya ada sisi positifnya saya sudah CCE karena sudah berpengalaman lebih dari 4 jam di depan komputer mengerjakan soal ujian sertifikasi. Jadi dari keberanian menjawab dan ketenangan bisa mendapat banyak pelajaran dari pengalaman sebelumnya. Akhirnya, masa belajar itulah saat untuk mengalahkan diri sendiri tersebut, dan berkomunikasi dengan Mr Rashid untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan diri sendiri dalam penguasaan skenario materi. 

**

Alhamdulillah.. Saya akhirnya lulus ujian sertifikasi pada tanggal 9 Desember 2013 lalu. Nomor ID PMP saya 1677373, artinya sudah lebih dari 1.6 juta profesional di seluruh dunia mempunyai gelar PMP sejak 1987. Jika dibandingkan CCE saya yang ber-ID 4129, maka nomor ID PMP saya sudah sangat besar. Tidak heran mengingat tahun 2012 sebanyak 90 ribu orang mendapatkan sertifikasi dari PMI (walaupun tidak semua PMP). 

Oiya, saya artinya juga berhak menyandang credential PMP di belakang nama saya setelah sebelumnya CCE. Saya tidak tahu pasti bagaimana aturan penyebutan gelar secara urut di belakang nama. Yang pasti jika disebutkan semua credentials baik pendidikan formal maupun sertifikasi, maka nama lengkap profesional saya menjadi Trian Hendro Asmoro, ST, MM, CCE, PMP. 

Selain bersyukur, saya berusaha menyadari bahwa mendapatkan gelar atau sertifikasi bukanlah tujuan akhir, tapi merupakan awal untuk melakukan hal bermanfaat yang lebih banyak lagi. Dan yang pasti, belajar itu sepanjang hayat, jadi mari tidak lekas puas dengan apa yang kita tahu hari ini.

Finally, saatnya move on... :)

Wednesday, September 04, 2013

Finance: Dasar Laporan Keuangan

Saya mengenal dasar-dasar akuntansi (kalau tidak salah) ketika kelas 2 SMA, dimana saat itu penjurusan baru dimulai di kelas 3 SMA. Yang saya ingat buruknya, saya tidak terlalu memhami logika yang dipakai dalam Jurnal Penyesuaian karena logika yang digunakan terbalik dari dunia normal yang biasa dipahami. Namun baiknya, nilai akuntansi saya dalam 1 tahun itu konsisten angka 9. Meskipun kelas 3 memilih jurusan IPA, perihal akuntansi dan keuangan buat saya selalu menarik dan kemudian mengantarkan saya masuk Teknik Industri.
 
Berikutnya di bangku kuliah, mendapatkan mata kuliah tentang dasar-dasar akuntansi dan keuangan, namun tidak semudah pemahaman di sekolah, nilai di kuliah malah jeblok, seingat saya hanya C. Namun, dalam mata kuliah yang sangat menarik, Ekonomi Teknik, nilai saya maksimal, yaitu A. Saya menyimpulkan bahwa akuntansi dan keuangan jika dalam hal definisi dan detail, saya pasti kewalahan. Tetapi dalam analisis dan aplikasi, buat saya lebih mudah dipahami karena masuk akal.

Saya kemudian mendapatkan perihal laporan keuangan di sekolah pasca sarjana sebanyak dua kali dalam kuliah; Principles of Business Operation dan Mergers & Acquisitions. Dan karena lebih ke arah aplikasi, maka saya menyukainya. Begitu pula dalam proses sertifikasi CCE, yang sangat kental dengan engineering economy

Menurut saya Dasar Laporan Keuangan adalah ilmu aplikatif yang harus dipahami oleh banyak orang, tidak hanya orang akuntan atau keuangan saja. Apalagi buat usahawan yang harus membangun usaha sendiri atau buat para investor, sangat penting mengetahui laporan keuangan dan menggunakannya. Tidak perlu sangat detail karena itu wilayah akuntan, namun bagaimana memahami struktur berpikirnya.
 
Mari kita lihat, bagaimana laporan keuangan dibangun dan digunakan.
 
Laporan keuangan (Financial Statements) terdiri atas tiga laporan utama, yakni Laporan Arus Kas (Cashflow), Laporan Laba Rugi (Profit/Loss), dan Laporan Neraca (Balance Sheet).
 
Hubungan antara ketiganya digambarkan dengan baik dalam bagan di bawah ini.

Menggunakan contoh seseorang yang memulai usaha, maka skema di atas bisa dijelaskan sebagai berikut.

Balance Sheet (BS)
Dalam membuka usaha pasti membutuhkan modal dimana modal (capital) tersebut terdiri atas dana pemilik (equity) dan utang (liabilities). Modal tersebut digunakan untuk membeli aset yang  digunakan usaha, termasuk membiayai jalannya usaha dengan menggunakan kas dari setoran modal.

Ketiga komponen tersebut (asset, liabilities, equity) bisa terdiri atas berbagai jenis. Misalnya, aset bisa terdiri atas kas, tabungan, bangunan, mesin dan piutang usaha (receivables, utang pihak lain kepada kita). utang bisa terdiri atas utang bank, utang usaha (payable, utang kita ke pihak lain) dan obligasi. Sedangkan ekuitas terdiri atas modal disetor dan laba ditahan dari Laba/Rugi yang tidak dibagikan ke pemilik. 

BS ini ibarat badan bagi usaha atau perusahaan yang menggambarkan kondisi perusahaan tersebut.

Profit/Loss (P/L)
Laporan laba rugi mencatat bagaimana mencetak laba dari penjualan produk/jasa. Komponen utamanya adalah Pendapatan (Revenues) yang didapat dari penjualan produk/jasa, Biaya Produksi (Cost of Goods Sold, COGS), Biaya Operasi (Operating Expenditure, OPEX), Biaya non Operasi (Non-Opex) dan Pajak (Tax).

Terdapat beberapa terminologi dalam P/L yaitu; (penjelasan bisa mengacu pada skema contoh)
a. Gross Income/Profit
b. Operating Profit
c. Earning Before Interest, Tax, Depreciation & Amortization (EBITDA)
d. Earning Before Interest & Tax (EBIT)
e. Earning Before Tax (EBT)
f. Net Income (NI)

Bagi perusahaan, P/L ini ibarat kerja yang harus dilakukan untuk bisa makan sehingga bisa menghasilkan energi bagi badan. 

Cashflow (CF)
Laporan arus kas ini mencatat setiap perubahan kas yang didapat dan digunakan dari dan untuk operasi perusahaan, misalnya penjualan barang, pembelian bahan, pembayaran gaji dan lain-lain. Kas dibagi dalam tiga kategori yakni; kas dari operasi (operating), kas dari investasi (investing), dan kas dari pembiayaan (financing).

Dari fungsinya, jelas bahwa tidak boleh ada kas negatif dalam perusahaan karena akan menghentikan operasi perusahaan. Perusahaan bisa aktivitas nya negatif alias merugi, atau banyak luka dalam badannya alias banyak utang, namun perusahaan harus tetap punya kas jika ingin tetap hidup.
Bagi perusahaan, CF ini ibarat darah yang harus ada dan mengalir dalam tubuh perusahaan.

Untuk memudahkan pemahaman, di bawah ini contoh dan hubungan ketiga laporan diatas. Jika BS dan P/L dibuat secara periodik (biasanya per-kuartal/empat bulan), maka secara praktis CF dibuat setiap waktu karena alasan harus tetap ada kas tadi.

Melihat contoh diatas, tidak serumit yang dibayangkan bukan. Tentu komponen dalam BS, P/L dan CF bisa tidak serumit atau sesimpel diatas, namun struktur berpikir nya akan tetap sama. Untuk yang baru memulai usaha, tidak perlu akuntan khusus untuk mencatat dan menyusun laporan diatas.

Saya sendiri masih belum tahu bagaimana  hubungan Jurnal Penyesuaian yang logika terbalik-terbalik itu dengan laporang keuangan diatas, tapi saya tebak bahwa Penyesuaian terkait dengan CF yang nanti muncul di BS (??). 

Selain ketiga laporan diatas, ada juga yang menyertakan Catatan (Notes) sebagai komponen keempat laporan keuangan. Dalam catatan terdapat beberapa penjelasan berkaitan dengan laporan keuangan karena ada kejadian-kejadian istimewa, misal penjualan aset, pergantian kepemilikan dsb.

Namun untuk praktis memulai dan menjalankan usaha, belajar membuat ketiga laporan keuangan diatas sudah lebih dari cukup. Selanjutnya, kita bisa melakukan beberapa analisa dan rekayasa terkait kinerja usaha (perusahaan) yang ditampilkan dalam laporan keuangan.


Credit: Business Finance for Executives, Bima P. Sentosa, 2011

Monday, July 01, 2013

Analisa Gaji (C&B); Pertimbangan Pindah Kerja

Salah satu alasan pindah kerja adalah mencari gaji yang lebih besar. Alasan ini bisa jadi alasan yang utama, walaupun banyak orang sering menggunakan alasan-alasan terselubung lainnnya, misalnya mencari tantangan baru, pengalaman kerja, keluarga dll. Kecuali lingkungan kerja saat ini memang sangat-sangat tidak nyaman, maka orang lebih memilih bertahan karena dia sudah paham dengan pekerjaan dan tantangannya.

Terkait dengan gaji lebih besar tersebut, perlu dilakukan analisa secara menyeluruh, tidak hanya besaran nominal gaji (gross / net), tapi juga semua terms yang terkait. Misalnya; benefit yang tidak masuk dalam slip gaji, soft loan, kemungkinan kenaikan (increment) per tahun, pensiun dan bahkan pengeluaran pribadi.

Mengapa pengeluaran pribadi (living cost) masuk? Biasanya dengan gaji dan lingkungan baru, terjad perubahan pola belanja. Dan yang pastinya, asumsi tingkat investasi per tahun yang bisa dihasilkan dari hasil net salary + benefit lainnya dikurangi living cost + other expenses. Satu yang positif: dengan gaji yang lebih besar, zakat yang dikeluarkan juga seharusnya membesar juga bukan?

Dengan model perhitungan analisa gaji (dan mungkin tipikal dengan kondisi pekerjaan lain), beberapa perusahaan 'memagari' karyawan nya dengan 'janji pensiun' yang cukup besar sesuai masa dinas, tapi jika keluar lebih awal maka uang pesangon jauh lebih kecil dari dana pensiun yang dicadangkan. Yang membuat repot karyawan untuk mencari perusahaan yang mau membayar gaji dengan kenaikan yang bisa mengkompensasi pensiun besar di akhir tersebut.

Jika saya pemilik perusahaan atau setidaknya manajemen perusahaan, pendekatan tersebut sangat beralasan. Tentu bukan perkara mudah mencari karyawan, plus biaya yang dikeluarkan untuk proses rekrutmenya. Namun bagi karyawan, kondisi tersebut bukan berarti kita 'menyerah' dan tidak mau keluar dari 'zona nyaman' nya. Minimal karyawan harus menghitung dan menganalisa dengan teliti gaji dan lingkungan baru yang ditawarkan. Selain itu, disiplin dalam keuangan pribadi adalah kunci dari analisa gaji yang harus tetap dilakukan.

Di bawah ini adalah hasil dari model perhitungan dan analisa gaji yang saya bangun. Model ini sudah naik versi menjadi 2.0, dari sebelumnya 1.0 dan 1.1 yang di utak-atik sejak bulan Juni lalu (dan masih mungkin naik versi lagi ke depannya jika ada masukan-masukan bermanfaat). Disini mengasumsikan bahwa ada 2 tawaran yang sedang dianalisa, misalnya sebuah perusahaan domestik dan perusahaan luar negeri.

Jangan percaya kepada angka-angka di atas, yang pasti tujuannya adalah New_1 atau New_2 harus mempunyai NPV lebih besar (semakin besar semakin baik) daripada Current. Anda bisa lihat, komponen dana pensiun di akhir masa kerja yang cukup besar bisa membuat bias karena seolah cummulative benefit yang besar pada perusahaan sekarang, namun karena faktor discount rate, maka dana pensiun yang besar tersebut bisa terkompensasi dengan besaran gaji yang baru. Apalagi kalau misal 'hanya' harus bekerja 13 tahun lagi untuk mendapat NPV sama, kenapa harus bekerja 25 tahun? :)

Sedangkan screenshot di bawah adalah sebagian input yang harus diisi untuk mendapatkan hasil perhitungan. Seperti halnya spreadsheet perhitungan umumnya, maka asumsi sangat berperan dalam menentukan hasil. Paling tidak model ini bisa (sedikit) membantu anda untuk menganalisa gaji (Compensation & Benefit), dan komponen-komponen apa saja yang dipertimbangkan.


Selain faktor inputan yang sangat penting, tentu model ini tidak bisa mengkuantifikasi nilai-nilai yang tidak tampak (intangible values) bekerja di sebuah perusahaan. Misalnya kesempatan jalan-jalan ke luar negeri lewat presentasi paper, pengembangan diri dan karir yang terbuka. Tapi di sisi lain, misalnya kondisi perusahaan saat ini dan faktor keluar zona nyaman dengan tantangan di tempat baru sebagai salah satu perjalanan hidup pun tidak bisa dilihat di model ini. Artinya, seorang karyawan harus menganalisa kedua sisi antara sisi gaji (tangible) dan sisi intangible sebelum memilih.

At the end of the day, anda (karyawan) memang harus memutuskan jalan mana yang akan ditempuh bukan? 

*
Tertarik model tersebut?  Please comment and drop me an email. Terima kasih.

Saturday, May 25, 2013

9. Journal paper (2013); Exploring Gold Equivalency for Forecasting Steel Prices on Pipeline Projects

Abstract

The volatility of steel prices and international currency is an element that affects actual project costs. This situation can be mitigated by considering risk contingency as a fixed percentage of the total budget and/or by inputting an inflation factor into the cost estimation. These methods have not overcome the root problem, however, which is the decline in purchasing power of the US dollar as a base currency. As a result, an alternative currency with a stable and reliable value as a cost reference is needed.
 
This paper will explore the possibility of using gold as an alternative currency to be used in forecasting selected steel prices, i.e. billet, hot rolled coil and scrap steel as the main material components in pipeline projects. The reliability of gold in terms of purchasing power compared to the USD will be discussed together with how gold equivalency can be applied for selected steels to establish a gold-based forecasting model. Finally it will be explained how steel prices will refer to the gold price forecast for the next four years. These methods will change the paradigm for estimating the cost of pipeline projects and may be developedfor and applied to other projects.

Keywords: Steel Prices, Gold Price, Cost Estimation, US Dollar, Purchasing Power, Gold Equivalency, Price Forecast, Project Cost Engineering, Pipeline Project Cost.

---
 
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, ada 1 paper sebagai syarat sertifikasi CCE yang dikirimkan ke Journal untuk dipublikasikan. Dan bulan tengah mei ini, jurnal tersebut sudah dipublikasikan dimana paper saya termasuk salah satu di dalamnya. Paper ini adalah paper pertama saya yang masuk di PMWJ, dimana Dr. Paul G. Giammalvo sangat berperan dalam membimbing penyusunan paper ini.
 
Apa yang menarik dari paper ini? Jika pada paper city gas saya 'keluar' dari lingkup pekerjaan saya, kali ini saya masih dalam lingkup namun cukup teoritis atau 'sedikit akademis'. Artinya dalam keseharian, analisa seperti ini 'tidak sempat' saya lakukan. Namun dengan model dalam paper ini, secara sense bisa terbaca arah kondisi dunia yang terkait dengan pekerjaan saya dalam mengestimasi nilai proyek.
 
Paper lengkap bisa di download di PM World Journal Edisi May 2013. Sedikit welcoming notes dari Managing Editor PMWJ.
 
Lalu, bagaimana selanjutnya? Bersama 2 rekan yang lain, saya sedang menyiapkan 2 buah papers yang lolos untuk dipresentasikan di sebuah forum project management di Eropa Timur menjelang winter nanti. Karena masih mentah dan belum tentu juga saya berangkat (baca: perusahaan mau bayarin atau tidak hehe), jadi nanti kita lihat saja. Jika tidak berangkat ke conference tersebut, insyaAllah saya masih punya 'cadangan' 2 paper jadi dan siap 'berangkat'. :)
 

8. Conference paper (2013); The Operation-based CSR of Medco City Gas Program

Abstract

The CSR (Corporate Social Responsibility) program has become a crucial issue for corporate sustainability in recent years. The new CSR approach has included the introduction of characteristics of sustainability adopted from ISO 26000. Integration of CSR with business operations is an essential factor but rarely implemented by oil & gas companies, even though they have a strong commitment to conduct CSR programs as part of their business process.

Furthermore, many CSR programs actually do not have a direct relationship with the actual oil & gas operations, and are executed on a spending basis only. In fact, particularly in developing countries, companies still face problems with their local communities, even when they have spent a lot of money on their CSR programs.

Community or city gas is a CSR program which can be implemented in the oil & gas industry. It follows the operation-integration paradigm and will deliver natural gas from the field operated by the company to the surrounding community. The community will therefore directly gain benefits from the company’s operations, while the company can convey its CSR program and maintain its profitability at the same time.

The “city gas” program implemented by Medco can be further enhanced, and similar programs in other fields can be established. This program shows that the company can therefore run an operation-based CSR effectively by integrating CSR within the company operation. The program is part of the company's efforts to implement the principles of triple-bottom-line economic, social and environmental considerations to cover all business activities and ensure their sustainability in the future.

---
 
Sebagai kelanjutan dari tulisan tentang paper sebelumnya, saya akan menginfokan setiap ada informasi paper saya (sebagai author atau co-author) yang publihed.
 
Pada tanggal 15 - 17 Mei 2013 lalu, diadakan 37th IPA Conference & Exibition di JCC. Saya bersama 2 rekan saya mempublikasikan paper tentang implementasi gas kota yang dilakukan perusahaan di Kota Tarakan, seperti dalam abstrak diatas. Karena lokasi pekerjaan di Tarakan, maka yang mempresentasikan adalah rekan saya, facilities engineer disana. Dan saat tanya jawab, saya membantu menjawab pertanyaan yang diajukan audiences.
 
Sayangnya foto saat kami menjelaskan masih ada di panitia (belum tahu cara request-nya), jadi saya tampilkan foto yang lain saja disana (background-nya emiten yang sempat 'dimiliki' hehe).
 
 
Salah satu menariknya menulis paper (atau menulis secara umum) adalah kita akan punya ide baru ketika selesai menulis tersebut, baikn pengembangan tulisan tersebut atau analisa dari sudut pandang yang lain. Begitu pula paper tentang city gas tersebut, meskipun bukan bidang saya secara langsung, tapi potensi pengembangan tulisan tersebut masih lebar (artinya ada kesempatan publikasi lagi hehe). Namun, lagi-lagi kembali ke masalah niat dan persistensi. Ini yang seringkali mengalahkan ide-ide pengembangan tersebut.
 

Saturday, April 20, 2013

29 Tahun

Hari ini adalah hari pertama saya setelah memasuki 29 tahun usia yang diberikan. Kemarin tidak ada yang istimewa sebagai hari lahir, kecuali keluarga terdekat yang tahu dan memberi ucapan. Salah satu mungkin karena saya set hide tanggal lahir di media sosial macam Facebook. Selain itu, mesin-mesin dari asuransi, bank, sekuritas, dealer mobil, kaskus dan telkomsel-lah yang paling rutin memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada saya.

Hari lahir adalah saat yang tepat untuk mengevaluasi kondisi dan capaian seseorang. Namun demikian, saya agak 'sedikit' melanggar komitmen yang pernah dibuat 5 tahun lalu bahwa blog tidak untuk menulis terlalu personal. Mudah-mudahan tulisan 'sedikit' personal ini bisa memberikan pelajaran bagi yang lain. Saya akan banyak menulis apa yang sudah lewat, karena yang masih rencana masih menjadi cerita pribadi saya.

Mengutip Suze Orman yang show CNBC nya akhir-akhir ini saya sukai, saya akan melihat diri saya menggunakan quote-nya; people first, then money, then things. 


People
Alhamdulillah.. atas apa yang saya dapatkan. Diberikan keluarga terdekat, bunda dan safa, yang memberikan dukungan atas apa yang saya lakukan. Momen long distance relationship di 2 tahun awal keluarga diganti dengan kesibukan 2 tahun lebih masa studi dan sertifiikasi sampai bulan ini. Pun yang akan dilakukan selanjutnya untuk pengembangan diri, insyaAllah mereka akan mendukung. Begitu pula saya mendukung keduanya untuk pengembangan diri, kecuali saya gagal mendorong bunda untuk mengajar di perguruan tinggi dan melanjutkan S3 :).

Apa yang saya tergetkan sebelum usia 30 sudah mendapat S2 sudah tercapai, dan bahkan mendapat 'bonus' sertifiikasi. Dealing dengan semuanya, S2 dalam negeri dan beasiswa adalah pilihan terbaik menurut saya saat itu. Toh bukan masalah dari dalam atau luar, tapi yang utama sejauh mana pemahaman akan materi, yang didukung oleh predikat nilai dan lulusan terbaik. Apakah berhenti sampai disini? Dengan usia yang cukup, saya masih ingin sekolah di luar negeri, jika tidak dengan beasiswa maka semi self-funded bisa menjadi opsi, yang artinya pendapatan dan tabungan harus cukup.

Money
Alhamdulillah.. atas apa yang Allah titipkan pada saya. Rezeki yang cukup, tidak banyak dan tidak pula sedikit. Banyak orang melihat semua tentang keuangan baik-baik saja, tapi sebenarnya tidak begitu amat, apalagi sejak akhir tahun lalu saya memutuskan untuk mulai ikut dalam usaha riil sehingga proporsi kas dan setara kas saya turun drastis hanya sekitar 5% total aset. Rumah, kendaraan dan aset (serta utang) cukup melihat usia saat ini (saya berpikiran untuk membandingkan porsi jenis aset antara saya 25 dan 30 tahun). 

Bagaimana dengan uang masa tua? Suze dalam setiap show-nya selalu menekankan untuk menyiapkan masa tua sebaik-baiknya. Yang pasti usaha riil yang baru dirintis adalah salah satunya, bukan hanya masa tua tapi juga mengurangi kebergantungan hanya pada pekerjaan (dan pastinya bermanfaat bagi lingkungan daerah). Dan saya sekarang tidak pernah mengotak-atik investasi pensiun yang ada dalam bentuk dana pensiun, jamsostek, dan reksadana, jadi dianggap 'uang hilang'. Lagi-lagi dengan usia yang masih produktif, apakah cukup terima dengan kondisi pendapatan dan keuangan saat ini? Saya jawab tidak, yang membuktikan manusia memang selalu merasa kurang.  

Things
Jujur saya tidak terlalu obsesif dengan barang-barang, sehingga barang-barang di rumah pun biasa-biasa saja. Walaupun mobil saya juga bukan Avanza yang sejuta umat, tapi saya selalu melihat barang dalam tiga prioritas parameter: kondisi keuangan, fungsi, dan value for money. Jika sebuah barang lolos 2 paramater awal, maka harus dilihat apakah dengan harga tersebut sesuai dengan 'kualitas' yang diberikan. Hasilnya, saya belum punya tablet dan hape saya belum ganti sejak lebih 2 tahun lalu. Dan setelah lolos tiga paramater, mungkin saya harus menambah rumah setelah rumah pertama tahun 2008, karena konon jika bisa setiap anak diberikan persiapan 1 rumah.

Bagaimana dengan pekerjaan? Saya cukup puas dengan pekerjaan yang saya lakukan, dengan pengembangan dan kesempatan yang diberikan sampai beberapa kali berpartisipasi dalam event di dalam dan luar negeri. Memang selalu ada negative sides, dari sisi perusahaan atau benefit yang didapat melihat apa yang saya punya, tapi saya yakin ini adalah proses. Intinya adalah, never fall in love with your company, love your profession. Tapi ada juga yang menyeletuk seperti kata Justin Bieber, "Never say never.."

Di akhir catatan ini, izinkalah saya mengutip sebuah do'a yang dipanjatkan para pemuda Kahfi ketika berlindung di dalam gua, kemudian ditidurkan oleh Allah Swt selama 309 tahun qomariyah. "Robbana atina min ladunka rohmatan, wa hayyi' lana min amrina rosyada.."


Menurut guru ngaji saya semasa kuliah yang lulusan sastra arab, rosyada itu kematangan atau kedewasaaan. Google translate mengartikannya rasional. Semoga dengan usia bertambah, semakin bertambah pula kedewasaan, amin.  Mohon maaf atas kesalahan, dan terima kasih atas semua do'a dan dukungannya.

Thursday, April 18, 2013

Certified Cost Engineer (CCE)

Sudah bagian dari rencana ketika dipindahkan ke Jakarta sejak awal 2011 untuk mengambil salah satu sertifikasi bidang Project Management (PM). Setelah dinyatakan lulus dalam sidang MM, maka selanjutnya adalah melaksanakan rencana tersebut. Salah satu yang terkenal adalah PMP (Project Management Professional), namun dengan dalih ingin yang lebih spesifik dari bidang PM, maka saya mengambil CCE yang masih berhubungan dengan pekerjaan, minat dan pendidikan S2.

Untuk mengambil sertifikasi CCE dan sertifikasi PM yang lain, sangat disarankan untuk mengambil kelas persiapan yang banyak diadakan oleh penyelenggara training. Pilihan sudah dijatuhkan sejak 2011 lalu pada PT Mitratata dengan instruktur Dr. Paul D. Giammalvo.
 
Persiapan sertifikasi ini dimulai selama kelas 5 hari full dari pagi sampai jam 8 malam karena harus mengerjakan project charter untuk digunakan secara kelompok selama distance learning. Tahap berikutnya distance learning selama 6 bulan dengan target melaksanakan tugas-tugas sesuai project charter dengan laporan setiap minggu.
 
Selama distance learning ini, biasanya beberapa dari anggota awal tidak bisa mengikuti irama tugas sehingga dipecat dari kelompok. Jika dipecat dari kelompok, maka otomatis tidak bisa mengikuti sesi kelas 3 hari sebagai wrap-up sebelum melaksanakan ujian sertifikasi masing-masing. Walaupun dipecat selama distance learning, yang bersangkutan masih bisa mengikuti sendiri ujian tanpa bimbingan lanjut dari Dr Paul. Namun, anggota yang dipecat ini masih bisa mengikuti kelompok batch selanjutnya dan diberi kesempatan sampai 1 kali pengulangan.
 
Saya pribadi merasa tidak ada perbedaan pola hidup karena sudah terbiasa dengan pola studi selama pasca sarjana, hanya melanjutkan dan malah lebih santai karena tidak harus pulang sampai rumah jam 11 malam. Tugas-tugas dikerjakan setelah Jam 9 malam atau di akhir pekan. Tidak jarang juga beberapa tugas disambi dikerjakan di kantor.
 
Lalu, apa yang menarik dari CCE ini? Mengutip dari web AACE, syarat seseorang lulus CCE adalah;
 
1. Industry Experience; At least 8 full years of professional experience, of which up to 4 years may be substituted by a college/university degree.
 
2. Submit Applications and Fee; There are three steps in making a complete application for the CCC/CCE exam: Apply & Make Payment, Submit Supporting Documentation and Submit Technical Paper & Affidavit.

3. Pass the exam; To become a CCC/CCE, an overall passing score of 70% must be achieved in the multiple choice exam AND a 70% score for the technical paper, as determined by the Certification Board.

4. Designation; In accordance with our accreditation by The Council of Scientific and Engineering Boards (CESB), a CCC or CCE designation is awarded based upon a candidate’s education/experience. The most common designation is CCC, but guidelines state a CCE designation is awarded to those with a baccalaureate, or master, engineering degree, by an EAC/ABET accredited university. A candidate cannot select a designation; it is awarded based upon the CESB guidelines.
 
Cukup lumayan bukan? Yang pasti ada paper sebagai salah satu syarat kelulusan, dimana tidak banyak orang ternyata menyukai menulis paper, apalagi yang terkait dengan technical dan project management. Sebagai perbandingan, PMP tidak mensyaratkan paper sebagai kelulusan.
 
Dan pengalaman penulisan paper ini yang membuat banyak orang tidak jadi mengambil CCE/CCC, dan akhirnya mengambil sertifikasi yang lain dari AACE, misal EVP (Earned Value Professional), PSP (Planning & Scheduling Professional),atau CEP (Certified Estimating Professional).
 
Selama proses belajar sertifikasi CCE, saya membaca artikel yang menarik yang ditulis oleh Dr Paul tentang perbandingan sertifikasi profesional bidang PM, yang sudah update dari edisi sebelumnya. Berikut ini adalah gambar grafik antara Level of Effort dan sertifikasi.
 
 
Dari grafik diatas, ternyata sertifikasi dari AACE masih sedikit lebih tinggi dari PMP, tentu dalam hal level of effort sesuai dengan ketentuan 10,000 hours Malcolm Gladwell. Hal ini bukan berarti yang PMP tidak bisa mengerjalan soal CCE atau yang CCE sudah pasti bisa PMP, namun usaha yang dibutuhkan untuk lulus dari ujian CCE lebih tinggi dari PMP.
 
**

Alhamdulillah, saya sudah lulus ujian CCE tanggal 10 April 2013 minggu lalu dengan No. 4129, artinya sejak 1956 per 10 April 2013 lalu saya adalah CCE yang ke 4129 di seluruh dunia. Jika menggunakan hak credential, maka semua gelar akademis dan profesional ada di belakang nama saya dan semuanya harus ditulis karena tidak ada kesinambungan. Trian Hendro Asmoro, ST, MM, CCE. Dan sekarang saatnya mencari hal lain untuk mempertahankan pola hidup yang sudah berjalan lebih 2 tahun. Dan saya tidak ingin terjebak pada comfort zone seperti yang dinasehatkan oleh Mr Anies Baswedan, InsyaAllah... :)

Friday, April 05, 2013

Zakat Usaha dan Keadilan Islam

Dalam pembahasan perhitungan zakat, yang sering dibahas adalah zakat pertanian, zakat kekayaan dan zakat profesi. Zakat dari usaha dibahas dalam konteks menghitung zakatnya, yakni dengan cara sebagai berikut:
 
1. Nisab dengan nilai emas 85 gram (Rp 42.5 juta pada harga emas Rp 500 ribu/gram).
2. Harta usaha yang wajib dizakati adalah;
a) Hasil usaha setelah dikurangi dengan kewajiban, seperti hutang dan pajak.
b) Modal dagang yang berupa kekayaan cair atau bergerak. Sedangkan bangunan, timbangan, kendaraan dan perabot toko tak bergerak yang tidak diperjual-belikan dan tidak bergerak tidak termasuk yang dizakati.
3. Besaran zakat usaha atau perdagangan 2.5%.
4. Haul yang digunakan sama, yakni telah mencapai 1 tahun.
 
Zakat usaha ini menurut saya juga mempunyai potensi yang besar karena banyaknya usaha formal dan informal di Indonesia (catatan: total potensi zakat Indonesia di tahun 2011 menurut hasil penelitian team Prof. Didin Hafidhudin adalah Rp 200 Triliun).  Terlepas dari potensi tersebut, ada sisi menarik dan hikmah dari zakat usaha ini jika dilihat dalam konteks bagaimana Islam berlaku adil dalam hal zakat.

Pertama, harta yang harus dizakati dalam zakat usaha adalah hasil usaha dan modal dagang, bukan keseluruhan modal usaha. Jika usaha yang dijalani adalah usaha produk, maka sisa produk yang belum terjual (inventory rata-rata dalam 1 tahun) dan laba bersih yang menjadi obyek zakat. Jika berupa usaha jasa atau perdagangan, maka laba bersih adalah obyek zakat.

Kedua, zakat usaha lebih kecil dibandingkan zakat maal yang harta berupa tabungan, surat berharga, dan bahkan emas, dinar atau dirham (sumber: Baznas, MES). Terkait poin pertama diatas, maka secara sederhana kita bisa melihat bahwa misalnya dengan modal usaha 100 juta untuk usaha jasa, di akhir 1 tahun usia zakat usaha sebesar 2.5% hanya akan diterapkan kepada laba bersih Rp 20 juta (ROE 20%), tapi karena belum masuk Nisab nilai 85 gram emas, maka bebas zakat usaha. Sedangkan untuk tabungan, surat berharga dan emas dengan nilai 100 juta dan ROI sama 20% (total Rp 120 juta), sehingga pendapatan bersihnya dikurangi Rp 3 juta (2.5%) menjadi Rp 17 juta. Sangat jauh berbeda bukan?

Ketiga, seorang muslim didorong untuk melakukan investasi pada usaha riil, bukan untuk menumpuk-numpuk kekayaan sehingga tidak berputar. Dari poin pertama dan ilustrasi poin kedua diatas, jelas sekali bahwa Islam secara tidak langsung sangat mendorong kaum muslim untuk melakukan usaha di sektor riil, sektor yang menjadi tulang punggung ekonomi dan berpotensi membuka lapangan kerja lebih luas.
 
Dari ketiga hikmah diatas, kita bisa melihat bagaimana keadilan Islam dalam memperlakukan seorang yang banyak menimbun harta dan seorang pengusaha. Bagi yang banyak harta tapi hanya disimpan atau diinvestasikan secara finansial saja dimana risikonya secara umum lebih kecil (take and go), maka dikenakan zakat yang lebih banyak. Sedangkan zakat usaha dari usaha yang lebih berisiko, membutuhkan lebih kerja dan pikiran serta berkontribusi nyata untuk masyarakat, zakatnya lebih sedikit.

Bentuk keadilan yang berikutnya adalah ketika usaha tersebut membesar kemudian menjadi perusahaan, sampai akhirnya IPO dan listed di bursa saham. Maka, si pemilik yang tadinya hanya kena zakat usaha atas modal usaha + laba bersih, setelah menjadi saham maka zakat yang dikenakan menjadi zakat saham, yakni 2.5% atas semua nilai saham yang dimiliki. Ketika pemilik tersebut terdiri atas beberapa orang yang menyetorkan modal (kepemilikan) untuk mendirikan sebuah usaha, maka selama masih perusahaan tertutup, zakat usaha hanya atas modal usaha + laba bersih. Hal tersebut memberikan ruang keadilan bagi pengusaha kecil-menengah, dan mengenakan zakat yang lebih besar bagi pengusaha besar yang berhasil meng-IPO-kan perusahaan. Sungguh adil bukan?

Dengan ketiga hikmah dan dua potret keadilan Islam diatas, menurut saya bukan berarti semua harta yang dimilki harus dialokasikan semua dalam bentuk usaha. Pengelolaan keuangan yang dibarengi dengan penggunaan instrumen investasi keuangan dibutuhkan untuk kita bisa memahami bagaimana dunia berjalan dan memanfaatkan sebaik-baiknya, bukan sebesar-besarnya. Hal yang mirip ketika kita dihadapkan pilihan antara tetap menggunakan Bank Konvensional atau hijrah seluruhnya ke Bank Syariah.
 
Dan saya pernah mengajukan kritik kepada salah satu "guru online" investasi saya dalam review buku praktis investasi finansial yang ditulisnya, bahwa seseorang yang paham dengan dunia ekonomi (finansial), seharusnya justru menjadikan dunia usaha (public investment) sebagai tujuan utama (ultimate goal) dari sebuah investasi finansial, bukan hanya bersifat private investment. Tampaknya sebagian yang dilakukan oleh private equity pun sejalan dengan prinsip tersebut.
 
Di tahun 2013 ini saya insyaAllah sedang memulai usaha riil dengan modal sebagian besar investasi finansial saya (dan utang hehe). Bagaimana dengan anda?

Source pic: Ekonomi Syariat

Thursday, March 28, 2013

Feed Reader Alternatif; The Old Reader

Setelah mengalami pemecatan sepihak dari Google Reader, maka saya sudah beberapa kali mencoba layanan feed reader yang berbasis web. Sebenarnya ada layanan feed reader berbasis non-web, yakni add on atau installed program, tapi karena alasan web based memudahkan untuk sinkronisasi ketika mobile, maka web-based feed reader yang menjadi pilihan utama (hingga saat ini). Dan meski Feedly yang add on banyak digunakan sebagai pelarian orang, saya tetap belum ingin mencobanya.
 
Beberapa pilihan yang pernah dicoba adalah newsblur, feedreader, dan netvibes. Untuk yang pertama, layanan berbayar meskipun bisa sinkronisasi dengan aplikasi di apple atau android. Yang kedua tidak praktis. Sedang yang ketiga, selalu butuh update ketika berpindah tampilan dari model news ke window.
 
Pilihan berikutnya adalah The Old Reader, yang bisa login dengan login google kita. Saya praktis selama lebih dari seminggu membandingkan performa antara netvibes dan old reader. Old reader memang sedikit lambat dalam update feed dibanding google reader, tapi kita tidak ada pilihan lain bukan?
 
Old reader bisa (netvibes juga) mengimpor semua subsribe data google reader yang kita harus download sebelumnya, sehingga bisa menggunakan semua histori di account google reader kita. Petunjuk download semua data dari google reader bisa didapat semua pengguna google reader saat notifikasi "pemecatan". Plusnya lagi, kita bisa dengan mudah melakukan drag & drop ketika memindahkan sebuah feed masuk sebuah folder.
 
Namun demikian, proses impor di old reader ini ternyata membutuhkan waktu tersendiri. Dengan antrian di 8,000-an, saya baru bisa masuk semua import data selama sekitar 4 hari kemudian. Tampilan antrian import seperti di bawah ini.
 
 
Secara khusus old reader mengakui bahwa mereka sedang over subscription, sehingga antrian banyak. Meskipun kita masih bisa subscribe manual dan tidak ada duplikasi nantinya.
 
We have a large queue of feed imports to process, so the web interface might be working a bit slower than usual
By the way, even if you have uploaded your OPML file and are now waiting for it to be processed, you can still subscribe to your favorite feeds manually and start reading. There will be no duplicate feeds when your OPML file finally gets imported.
 
Overall, saya cukup puas (hmm..oke, google reader masih lebih baik) dengan old reader ini, walaupun secara respon lebih lambat. Memang bukan yang terbaik, tapi menurut saya ini jauh lebih baik dibanding tidak menggunakan feed reader.
 
Dan yang saya suka adalah idealisme dari founders-nya mengapa menamakan diri the old reader. Enjoy..
 
Why did you build The Old Reader?
Let's just say we missed the original reader a lot, so we built The Old Reader for ourselves and our friends. We like the way it turned out, so we are sharing it with everyone.
 

Thursday, March 14, 2013

Google Reader Retired

Pengumuman yang membuat sedih.. Google reader akan berhenti mulai 1 Juli 2013. Saya adalah pengguna setia google reader sejak 2007. Memang tidak banyak yang menggunakan dengan layanan ini. Hal itu bukan karena tidak mau, tapi lebih karena tidak familiar atau tidak tahu betapa powerfull layanan ini. Orang masih suka blog walking daripada menggunakan feed, atau mentoknya subcribe untuk langganan via email. Sedih..
 
source: retire
 
Dikasih waktu 3 bulan untuk memindahkan semua file. Sekarang mesti cari-cari lagi feed aggregator yang mumpuni..
 

Tuesday, March 12, 2013

Professional Paper 2007 - 2013

Kebiasaan menulis sejak kuliah ternyata terbawa di lingkungan kerja. Menulis sebuah hasil kerja bukanlah bentuk sombong diri, saya berpendapat bahwa itu merupakan bentuk kontribusi yang ingin ditampilkan. Banyak orang melakukan kontribusi buat perusahaan atau lingkungan dimana dia berada, namun tanpa melakukan aktivitas meninggalkan sejarah (baca: menulis), maka kontribusi itu hanya akan menjadi bahan cerita. Selain itu, proses belajar (lesson-learned) menjadi berhenti karena ketiadaan sesuatu yang bisa dipelajari dan dikembangkan di kemudian hari.
 
Karena filosofi itulah, maka saya lumayan rajin dalam menulis paper yang terkait pekerjaan, baik untuk level internal perusahaan maupun eksternal seperti forum profesi skala internasional. Sejak mulai kerja secara 'lebih permanen' di perusahaan sekarang, setiap tahun saya bisa menyelesaikan rata-rata 1 published-paper baik secara internal atau eksternal (Alhamdulillah..). Hal itu merupakan sebuah prestasi tersendiri buat saya. Namun jika melihat seorang senior seorang analist di perusahaan, beliau dalam 5 tahun kerja di perusahaan bisa menerbitkan sendiri kumpulan paper dengan jumlah tidak kurang 20 paper tentang bidang economic-investment di oil & gas business.
 
Berikut ini adalah perjalanan paper yang saya tulis dalam rentang 2007 - 2013 ini (sekalipun saya bekerja dari 2006, namun sampai 2007 sebagai periode 'transisi').
 
1. Internal paper (2007) tentang penggunaan Drilling Bit (Mata Bor); Analysis of Drilling Time and Cost per Foot at Kaji Field. Paper ini membahas penggantian drilling bit yang optimal dengan melihat biaya bit dan waktu pemboran. Paper ini sebagai tugas akhir masa trainee 6 bulan pertama, dan ternyata Allah Swt telah memutuskan sehingga saya tidak menekuni bidang drilling ini, namun memberi jalan lain sehingga bisa berkiprah hingga saat ini.
 
2. Internal paper (2008) tentang penggunaan Welding Rod (Kawat Las) dan Polyken Tape (Pembungkus Pipa); Welding Rod Calculation Program (WRCP) dan Construction Project Applications (CPA). CPA merupakan program (spreadsheet macro) pengembangan WRCP yang hanya mengestimasi kebutuhan kawat las, sedangkan CPA bisa menghitung kawat las, polyken dan pengecatan di piping atau pipeline system. Paper WRCP saya submit ketika mengajukan diri sebagai anggota KMI (Komunitas Migas Indonesia), dimana saat ini saya mengelola Grup Linkedin KMI yang sudah mempunyai lebih dari 2,300 subscribers (Milis Migas sendiri member nya lebih dari 15,000).
 
3. Internal paper (2009) tentang aplikasi sistem pengelolaan gudang proyek; The Development of Project Stock Monitoring: an Optimization of Project Warehouse. Sistem berbasis dot net framework yang dikembangkan bersama secara internal dan diimplementasikan mampu menghemat puluhan hingga ratusan ribu USD setiap bulan dan lebih efisien dalam pekerjaan, karena sistem sebelumnya hanya berdasar database excel. Paper ini dipresentasikan di MTF 2009 dan diganjar MEI  Award 2009 sebagai Best Improvement Area of Business Development, Marketing and Project Management.
 
4. Conference paper (2010) tentang proyek pipeline di sebuah lapangan; Gunung Kembang Pipeline Project: Delivering Gas Sales, Project Cost & Time Efficiency. Paper ini menceritakan tentang pekerjaan pembangunan pipeline gas dengan tantangan dan inovasi yang dilakukan sehingga pekerjaan bisa terlaksana dengan baik (cost, time, quality, safety). Paper ini dipresentasikan dalam ajang internasional pertama saya (baca: keluar negeri pertama hehe) bersama rekan kerja di World Construction Project Management (WCPM), Coventry, UK pada Oktober 2010.
 
 
 
Kesempatan di UK ini betul-betul kami manfatkan untuk melakukan mini-tour UK, mulai dari Coventry-London-Newcastle-Manchester (mampir 2 nights hehe) lalu kembali ke Birmingham (arrival/departure point) selama 10 hari disana dengan mengunjungi salah satu pipeline vendor di area Newcastle (beberapa hari sebelum berangkat, sayangnya 1 vendor di Aberden membatalkan). Bukan perjalanan yang panjang, namun mengingat semua dibiayai perusahaan (dan negara), maka tentu sebuah kesempatan yang langka.
 
 Source: UK rail-map
  
Lalu tahun 2011, saya tidak mempunyai kesempatan (ide/tema) menulis paper, karena di tahun tersebut adalah tahun turning point saya, dari field project engineer di lapangan menjadi planning & cost engineer di Jakarta. Selain itu, kesempatan di Jakarta tersebut langsung tersibukan dengan mulai sekolah magister sejak Januari 2011 dan wisuda Oktober 2012 lalu.  
 
5. Conference paper (2012) tentang analisa jadwal dan biaya kontrak EPCI (Engineering, Procurement, Construction, Installation); Balancing Project Schedule & Cost on Sour Gas Development Project Case Study. Paper bisa dikatakan merupakan titik tolak saya menjadi cost engineer yang akan berkembang dalam pekerjaan dan paper-paper selanjutnya. Dimana bersama rekan saya paper tersebut lolos dalam sebuah konferensi SPE (Society of Petroleum Engineers) di Doha, Qatar pada Mei 2012.
 
 
Kesempatan yang tidak saya sia-siakan dengan menjadikan Qatar sebagai transit menuju ke Baitullah bersama istri tercinta dengan metoda semi backpacking umroh selama 5 hari (Btw, harga tiket Jakarta-Doha-Jeddah vv sama dengan Jakarta-Doha vv hehe).
 
 
6. Conference paper (2012) tentang analisa keekonomian proyek pengembangan lapangan gas marjinal; The Model of Dynamic Project Economics On Marginal Gas Field Development: A Combination of Deterministic and Probabilistic Method. Paper ini dibimbing oleh senior analis di kantor yang di awal saya ceritakan. Paper ini menjadi conference proceeding dalam konferensi Indonesian Petroleum Association (IPA), Jakarta pada bulan Mei 2012. Jeda waktu antara SPE di Doha dan IPA Jakarta total hanya 7 hari, yang menjelaskan mengapa semi-backpacking umroh perlu dilakukan.
 
7. Academic paper (2012) tentang analisa keekonomian penjualan lapangan gas; The Economics Analysis of Asset Farm-out using Probabilistic Model Approach in X Gas Field Development Project. Tulisan ini merupakan Thesis saya yang sudah diuji secara akademis namun sebenarnya belum dibuatkan professional paper. Meskipun demikian, kurang lebih 1/3 dari Thesis tersebut terbahas dalam paper no 6 diatas.
 
8. Conference paper (2013) tentang implementasi gas kota di Kota Tarakan; The Operation-based CSR of Medco City Gas Program. Tema paper ini sangat jauh dari pekerjaan keseharian saya, namun saya menemukan tema ini di kuliah S2 tentang implementasi ISO 26000 di perusahaan minyak dan gas. Saya tidak banyak membahas, karena bersama dua rekan yang ahli, paper ini akan dipresentasikan di forum IPA pada bulan Mei 2013 nanti.
 
Masih mungkin ada 1 paper tambahan lagi yang bisa keluar 2013 jika lolos dalam konferensi SPE di Jakarta bulan Oktober 2013 nanti. Selain itu, ada 1 paper lagi yang sudah jadi akhir 2012 lalu, namun sedang digunakan untuk syarat sertifikasi profesi sekarang. Jika sudah lulus sertifikasinya, paper ini nanti akan saya coba kirimkan untuk jurnal cost engineering.
  
Kembali lagi, hobi menulis (yang dimulai dari blog ini) ternyata bisa menular di pekerjaan. Bahwa dengan paper maka saya bisa menginjak belahan bumi yang lain, tentu itu sebuah kesempatan yang diberikan secara langka (sulit persetujuan) oleh perusahaan, tapi harus dimanfaatkan!. Namun selain itu, proses aktivitas sejarah (dan amal jariyah) juga yang utama, dimana salah satu terbukti setidaknya dari 1 paper SPE saya sampai hari ini yang sudah di donwload lebih dari 100 kali.
 
Write you worked, work you wrote.
Life must go on..
 
 
Note: short description beberapa paper diatas bisa dilihat disini.
 

Anies Baswedan, Paramadina 13 Oktober 2012

Masalah adalah perbedaan antara ekspektasi dan realita... selalu ciptakan masalah dengan meninggikan ekspektasi kita (Anies Baswedan).