Saturday, October 22, 2005

[..tips mudik berkah..]

bagi yang mau mudik, ada sedikit tips mudik yang insya Allah berkah,
1) Pasang target, semakin jelas dan detil (tiap hari atau sampai jam mungkin) semakin baik. Misalnya, selama 2 minggu di rumah ingin ketemu dengan seluruh keluarga besar, reuni smu, silaturahim dengan guru-guru dahulu, membaca buku-buku tertentu, menulis, membuat proyek khusus dan lain-lain. Yang penting juga, dilaksanakan dan evaluasi setelah tiba di rumah. Jangan sampai kebiasaan lama muncul, bagus dalam perencanaan tapi miskin realisasi.
2) Jangan terlalu menampilkan atribut kita, misalnya ITB atau budaya Bandung. Itu bisa menyebabkan kesenjangan yang membuat orang berpandangan “khusus” kepada kita. Kalau sedikit dan proporsional, boleh-boleh aja sih..., biar ada sedikit yang beda.
3) Tunjukan bahwa ada perbedaan yang baik setelah berpisah ke orang tua, dan orang-oarang sekitar disana. Misalnya, tidak lagi ngomong kasar, lebih banyak senyum, mencium tangan orang tua dll. Tapi jangan berlebihan, dan terkesan tidak alami.
4) Jadikan mudik sebagai pembangun motivasi hidup setelahnya. Tanya ke orang tua, keluarga atau orang terdekat tentang harapannya kepada kita. Atau tangkap pesan-pesan harapan dari mereka dan lingkungannya. Ingat, bahwa kita menjadi kebanggaan orang tua, masyarakat sekitar, dan bangsa untuk kemajuan bersama di masa depan. Niat mudik yang benar so pasti.. dan baca bismillah sebelum naik kendaraan.


dan bagi yang nggak mudik (like me?), mungkin tipsnya cuman 1 :
pertebal muka, untuk silaturahim ke tetangga sekitar dan teman-teman yang asli Bandung. Kalau tidak, bakal nggak dapet rezeki makanan ketupat dan opor khas Lebaran.

selamat mudik....

Tuesday, October 18, 2005

Mudik; Sebuah Fenomena

Mas, Kapan pulang? udah beli tiketnya?
Antri nggak... Masih ada? Berapa sih sekarang, katanya naik ya?
Jangan lupa oleh-olehnya!
........

Pertanyaan dan ungkapan-ungkapan diatas diantara yang sering kita dengar akhir-akhir ini, bahkan sudah sejak awal-awal ramadhan lalu. Kita secara bersam pun menyebutnya dengan kata : MUDIK, atau pulang kampung. Sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar manusia kota-kota besar di negeri ini menuju kampung atau desa tempat asal liku-liku nasibnya berawal. Tidak kecuali juga sosok mahasiswa ITB, dimana sangat banyak (mungkin lebih dari 2/3) yang melakukan aktivitas mudik tersebut.

Lalu, apa yang menarik dari mudik? Bukankah itu sebuah kegiatan tahunan, semesteran yang biasa kita lakukan? Mudik juga pada dasarnya adalah pulang kampung, ketemu dengan orang tua atau handai taulan, sebuah aktivitas yang sepertinya sederhana. Tapi, apakah itu saja?

Sebagai gambaran awal, mudik ternyata menjadi pelengkap tahunan roda kehidupan pertiwi ini, sama halnya dengan APBN yang musti ditetapkan setiap tahunnya atau kalau di kampus, rangkaian pemilu Ketua Himpunan dan Presiden KM. Menjadi pelengkap karena hampir sepanjang hidup kita masing-masing, fenomena mudik selalu terjadi setiap tahunnya. Seolah-olah, negeri ini tidak akan berjalan tanpa mudik yang menyertainya, sama dengan analogi APBN tadi.

Justru karena rutinitas yang terjadi, mudik kemudian menjadi hal yang benar-benar rutin, miskin makna dan nilai di dalamnya. Tapi bagi sebagian kita, misalnya mahasiswa 2005, yang baru pertama mengalami rangkaian kegiatan mudik, ada rasa yang membuncah tentang segala gambaran orang tuanya, daerah asalnya, teman-temannya, dan suasana pastinya. Sesuatu yang menjadikan mudik menjadi hajatan wajib dalam perjalanan hidup, tak peduli berdesakan, antri berlama-lama, harga tiket naik tajam atau segala rintangan lainnya.

Tapi, mudik ternyata tidak hanya menjanjikan suasana daerah yang diinginkan. Seringkali terjadi sebaliknya, daerah sedikit terwarnai dengan budaya kota yang dengan paksa kita lakukan. Ambil contoh, dalam berpenampilan, bertutur dan bersikap kita yang mungkin dianggap aneh bagi masyarakat. Lalu kedua orang tua kita akhirnya mafhum, bahwa anaknya memang telah menjadi bagian dari budaya kota rantaunya sekarang.

Bukan menjadi kesalahan mutlak memang, jika kita “membawa” budaya-budaya kota ke daerah. Pertama, karena memang budaya itu telah terinternalisasi menjadi kesadaran terdalam Freudian, “self unconscious”, yang secara tidak sadar terwujud dalam kehidupan kita sehari-hari. Kedua, itu memang sebuah kesadaran sesadar-sadarnya sehingga bisa dikategorikan menjadi kebutuhan Maslow, “self esteem”, sebagai pengejawantahan dari status yang disandang.

Tapi yang lebih penting adalah pemaknaan terhadap mudik itu sendiri, apakah sekedar rutinitas dan self-self semata? Khususnya dalam momen mudik lebaran seperti saat ini.

Dengan mudik, manusia diajarkan untuk kembali ke asal nya dilahirkan, atau tempat buku nasib dunianya mulai diperlihatkan. Manusia memang senantiasa merindukan suasana masa lalunya, meski tidak senyaman sekarang, tapi masa yang memberikan arti kehidupan sehingga ia bisa seperti sekarang. Ingat pepatah, “kacang lupa akan kulitnya”, mudik menjawab premis itu dengan jawaban pasti, kembali ke kampung halaman.

Kemudian tidak bisa tidak, bahwa mudik identik dengan perjumpaan diri pada orang tua. Saat-saat idul fitri akan menjadi sebuah upacara penghapusan kesalahan anak kepada orang tuanya. Orang tua yang melahirkan, membesarkan dan sekarang berharap pada kita memberikan maaf atas segala perilaku yang kita niatkan, ucapkan dan lakukan. Dengan kerendahan hati, mereka berpesan untuk menjadi anak berbakti bagi keluarga, agama, masyarakat dan bangsanya. Walaupun kalimat pengharapan itu sering tidak dilisankan.

Kemudian beranjak pada bentuk ceremonial maaf lainnya, bahkan sampai akhirnya kita mungkin sudah tidak ingat lagi arti dari sebuah jabat tangan pemberian maaf. Namun semuanya akan sepakat, bahwa saat itu kita akan memberikan maaf seluas-luasnya pada manusia yang pernah melakukan kesalahan pada kita, meski tanpa harus bertemu dan berjabat tanga denganya.

Itu artinya, kita semua pada dasarnya menginginkan kondisi fitri, kembali pada titik nol, terlahir kembali di tempat muasal dengan kondisi bersih dosa, sebersih kemampuan kita mendekatkan diri pada-Nya dan memafkan kesalahan hamba lain. Meninggalkan keburukan di masa-masa lalu dan menatap masa depan. Lalu berjalan lagi untuk memulai babak baru kehidupan, sehingga kehidupan yang lebih baik tergapai.

Sebegitu dalamnya maknanya, sehingga salah bila kita menjadikan mudik sebuah kegiatan ritual periodik manusia rantau kepada asalnya. Sehingga kita tidak terjebak dalam paradigma Ptolemyan, “menyelamatkan fenomena”, dan akhirnya meninggalkan keadaan kembali seperti semula.

Padahal, mudik bisa memberikan banyak ajaran kepada kita, tentang hakikat penciptaan, keluhuran budaya, kebesaran jiwa, kesadaran berbenah dan keberanian menghadapi hidup selanjutnya. Semoga kita mampu mendapatkan mudik penuh makna kali ini.

Friday, October 14, 2005

ngapain ya?

padahal udah lewat tebgah malam gini, amsih nongkrong di depan komputer ngetik yang "nggak penting" lagi. nge-blog...

tapi emang benar2 males mau bikin tugas...(PLO!!!).kata teman sebelah sekarang banget...mending jadi orang yang terakhir, lebih cerdas dengan meniru.tapi itu bukan alasan kenapa males PLO.

oiya..bukanya masih ada kewajiban nulis untuk SOC. ttg mudik, ntar kalo udah jadi di tampilin di blog deh...buat konsumsi kita semua. [bingung trus.....?]

selamat malam aja........(00.28)

Tuesday, October 11, 2005

saat yang tepat...

dua hari ini, pas tarawih di masjid bersebelahan dengan dua orang yang berbeda. satu sudah cukup berumur, dan satunya lagi lebih muda dari saya tapi karena badanya lebih gelap seperti sudah tua. dari keduanya, saya tersenyum dan punya rasa bangga tersendiri.

apa yang dilakukanya?saya tidak sengaja melihat gerakan shalat mereka, sebuah gerakan yang tidak biasa alias kaku. bisa jadi, ini masa-masa pertama bagi mereka.itulah yang menjadikan saya dalam hati tersenyum, tapi kebanggan pada mereka yang jauh lebih besar.


ramadhan, memang saat yang tepat untuk mulai melakukan ibadah dan kebajikan, dan aku harus belajar dari keberanian mereka untuk memulai sebuah ibadah paling mulia, shalat, walupun mereka bukan dalam usia belajar lazimnya usia kita dulu,selamat mas...!

Saturday, October 08, 2005

awal Ramadhan kali ini

puasa, pada hakikatnya adalah menahan (atau mungkin mengendalikan) nafsu dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. dalam hal yang sangat sederhana, manusia muslim lebih bisa mengartikan puasa sebagai masa untuk berlapar dan berhaus. walaupun islam sendiri dengan tegas memperingatkan bahwa banyak orang puasa yang tidak mandapat apa-apa selain lapar dan haus.

karena puasa yang lebih terasa iklim lapar dan haus itu, sahur manjadi hal yang memabawa berkah. mungkin sebagai bekal persiapan sepanjang hari dan memang secara ketahanan tubuh berbeda. dan untuk menggapai salah satu nikmatnya puasa, bersegera berbuka menjadi nikmat yang terasa luar biasa. nikmat satunya lagi, insyaAllah akan diterima ketika menghadap Sang Khalik.

sudah tiga hari puasa berlalu, ada banyak hikmah yang didapat. pas hari pertama, ada insiden yang menjadikan aku diminta mengganti cat motor yang tergores. walaupun aku tak mau, tapi konsekuensi lain akhirnya kudapat.
tentang berbuka, ini yang menjadi catatan menarikku.

hari pertama puasa, saat azan berkuamndang baru saja aku man-starter motorku untuk meninggalkan kampus. dalam hati ku berujar, besok tak boleh ada kejadian seperti ini, tidak menikmati detik2 berbuka. aku mampir di masjid yang biasa aku datangi ketika manuju kost.

sebuah sajian yang bersahaja menyambut. ya...karena dalam pikiranku, sebuah masjid yang besar dan mempunyai sekolah islam terpadu mungkin bisa menyediakan hal yang lebih dari satu roti bolu, agar-agaer dan segelas air mineral (As-Salam kalau tidak salah mereknya). setidaknya, aku harus bisa bersyukur karena masih dapat ta'jil setelah waktu buka berlalu 5 menit.

hari kedua, aku sudah mempersiapkannya lebih baik. di masjid komlpek kost yang tergolong kawasan elite, kudapat sebuah banyak gorengan, teh hangat, dan roti. alhamdulillah, setidaknya lebih baik "sedikit" dari kemarin.

hari ketiga kemarin, ada kegiatan yang membuat jadwal buka ku harus dilakukan di acara tersebut. subhanallah, teman yang menyediakan ta'jil untuk acara yang kupimpin membawa kolak, es buah, dan gorengan. wah..it's my first kolak!!!
lalu aku berpikir di akhir pulang, kapan ya my first kurma? selama puasa, belum pernah makan nih... (dasar ngirit!!:)

semoga menjadi Ramadhan terindah

Sunday, October 02, 2005

..disini bAnd, disana BOOm, BBM-ku malang

..pas lewat Dago malam ini jam 9an..

sabtu malam masih seperti biasa, banyak orang yang nongkrong, ngobrol, berpasangan atau sekedar "cuci mata". padahal ini kan hari sabtu, tanggal 1 oktober?

tanggal 1, ingat pas guru sejarah nerangin bahwa ada G30S/PKI. dengan lantang, "tanggal 1 oktober dinihari, para jenderal dibawa ke Lubang Buaya dan dibunuh dengan sadis oleh para pemberontak PKI.....[bla..bla..]". lalu sejarah itu pun "diluruskan" oleh orang yang

tanggal 1, dini hari banget pemerintah naikin harga BBM. bensin-ku yang sebelumnya 2400 per liter, sekarang jadi 4500. tapi pas H-1 kemarin, ikut2an antri juga nge-full-in tangki spd motor. "sayang", max cuma 10rb=4,... L. tapi minyak tanah tanah yang dikonsumsi sama mbok jah, mbok minah, sutiyem, parlan, kasmo, suwarna, ice, euis, inayah dan tetangga sekitar, naik jadi 2000 per L, padahal sebelumnya 700. "Pemerintah Keterlaluan", begitu kata headline kompas hari ini.

tanggal 1, menjelang malam hari di kampus "centre of excellence" ITB ada perutunjukan band yang diadakan oleh HMT (Himpunan Mahasiswa Tambang), konon ada Ten2 Five dsb, dipandu MC dari penyiar Radio terkemuka di bandung. sekilas menengok, jalan Ganesha diblokir, aku yang mau masuk kampus dialihkan dari belakang, dan yang datang....gelap!![tak kulihat persisnya].

tanggal 1, setalah di kampus "taskdoing", Detik berujar "ledakan guncang bali", "SBY terima SMS dari ajudan 30 menit sesudah bom", "Pemerintah bom bali II pengalihan isu BBM", "24 orang tewas, 101 luka-luka",.......

ada banyak kejadian tanggal 1 okt ini, mana yang merubah sejarah dan mana yang hanya lewat sekilas tangkapan mata. sekarang, aku berpikir disini untuk merenungkan sebuah keinginan bertanya pada teman-teman ku mahasiswa, apa yang kita pikirkan untuk negeri ini?

Saturday, October 01, 2005

,tErlaMbat?

"asw, hariiii geeenneeeee baru nge-FS???......"

"Hari gennneee baru daftar friendster???
Kemana aja sampeyan??
Ngeblog terus sih!!
G4UL di dunia maya ya friendster!!!
He he he...."
dua komentar diatas ditulis pada testi dan message my freindster.aneh? ngggak juga, aku memang baru saja (bulan lalu) daftar di friendster(seringkali kutulis salah.., freindster). kalo emang baru daftar, jadi kenapa?

terlambat?seperti komentar diatas?bagiku, keterlambatan hanya pada waktu, bukan pada makna dan nilai. adalah ketika kita tidak berani melakukannya sama sekali, walaupun kita tahu kita masih bisa melakukan, itu adalah "keterlambatan" yang bodoh. sudah tau telat, masih bisa dan halal dilakukan, eee...masih saja nggak dilakukuin.

aku malah melakukan sebuah pengendalian sejarah, koq? maknanya, ketika banyak orang ber-FS ria sejak 1,5th lalu, aku tak pernah menginginkanya. ntar bnr2 sama latah.dan baru ketika semuanya pada "titik saturated", banyak tmn2 yang invite (sejak 8 bulanan lalu, esp PK V), maka kuputuskan regist FS.

coba kalo keterlambatan dinilai sebagai sebuh kesalahan, maka mgk bangsa initak akan pernah merdeka. lha wong dijajahnya 350+3.5 th+mau dijajah ulang lagi.., dan mgk skrg kita lbh kaya, karena negara kita nggak rusak ky sekarang(iya gitu?).

jadi keterlambatan murni masalah waktu. yang lebih penting, pengendalian thd arus zaman dan mungkin, ada benar apa yang dikatakan testi di bawah ini,
"kamu ngapain sih yan bikin gini-ginian....
kaya bukan kamu aja.....
udeh deh..."


-hanya rasionalisasi,bukan pembenaran semata-