Thursday, April 24, 2008

Taksi di Jakarta

Pengalaman menggunakan beberapa taksi di jakarta membuat kita bisa menjadikannya referensi dalam pemilihan taksi. Inilah beberapa catatan pengalaman mengenai taksi-taksi tersebut.


Blue Bird

Tidak dipungkiri lagi, inilah taksi paling baik yang dimiliki negeri ini. Taksi Bluebird Group (Blue Bird, Silver Bird, Golden Bird) adalah taksi yang paling baik dan terpercaya dalam melayani. Citra positif terpercaya ini menempatkan blue bird menjadi pemimpin dalam jasa taksi. Makanya, jangan ragu untuk menggunakan taksi ini terutama jika kita tidak tahu betul dimana alamat tujuan kita. Karena kecil kemungkinan kita ‘diajak’ muter-muter lalu argo yang tidak wajar.


Seiring dengan baiknya pelayanan, urusan harga pun terseret juga. Blue Bird (BB) adalah taksi yang paling mahal. Dalih menggunakan tarif baru (argo buka Rp 5000, dan Rp 250 per satuan), kita pun harus menyiapkan uang cukup jika berpikir menggunakannya. Tapi untuk argo, bisa dipastikan bahwa argo nya tidak dimainkan sopirnya. Selain itu, BB pun menyediakan voucher (personal atau korporat) untuk mendukung layanan ter yahud nya itu. Call centre, 021-798 1001 / 794 1234


Express

Taksi yang paling dicari oleh orang yang tahu jakarta dan berprinsip, kalau bisa irit taksi kenapa tidak? Alasannya, karena menggunakan mobil taksi yang bagus, jumlahnya lumayan banyak (kedua terbanyak setelah Bluebird) dan pastinya karena tarif lama (argo buka Rp 4000, dan Rp 180 per satuan). Untuk tingkat kepercayaan, tentu masih kalah dibanding BB. Namun dibanding taksi non BB, setidaknya Express (Ex) masih bagus.


Jika anda dari bandara soekarno hatta, sangat lumayan bila menggunakan Taksi Express ini. Tentunya lebih terpercaya dibandingkan taksi lain non-BB disana (hati-hati, banyak yang menggunakan sistem borongan). Jadinya, tempat parkir taksi Ex sering antri penumpang untuk menunggu taksi Ex datang. Cengkareng-pancoran saja (termasuk tol), yang jika menggunakan BB minimal 100 ribu, maka jika menggunakan Ex ‘hanya’ 80 ribu. Call centre, 021-5799 0707


Putra

Taksi ini jumlahnya juga cukup banyak, mungkin ketiga atau keempat (setelah dian group). Taksi ini juga menggunakan tarif lama. Mobilnya tidak sebagus Express, tapi interiornya bersih dan kadang lebih bersih dibandingkan Express. Kaca mobil Express yang transparan (20%) sedangkan Putra lumayan tertutup (60%), sehingga Putra lebih lumayan untuk privasi.


Dan secara personal, saya lebih suka menggunakan Taksi Putra (Put) dibandingkan taksi Express. Buat saya, tampilan mobilnya serasa lebih bersahaja. Namun sayangnya, taksi ini tidak akan kita temukan di parkir arrival bandara soekarno hatta. Jika untuk mengantar saja, pilihannya selalu jatuh ke Put selain BB. Call centre, 021-781 7771


TransCab

Inilah taksi baru yang cukup meramaikan bisnis taksi di jakarta. Layanan yang disajikan tidak monoton seperti taksi lain. Dia menyajikan tv dalam mobil (sekalipun beberapanya sudah tidak bisa lagi), dan bacaan koran. Lumayan membunuh kejenuhan jika macet. Mobilnya sama yang digunakan taksi putra, tapi interior tempat duduk lebih bagus. Yang menjadikan unggul, TransCab (Cab) menggunakan tarif lama. Tentu ini kelebihan yang patut dicoba.


Tapi sayangnya, jangankan ada di arrival bandara, berharap ada banyak di jalanan jakarta pun pupus. Maklum, jumlahnya sampai sekarang masih 60 moda. Sekali-kali, cobalah hubungi call center nya (021-583 55500) untuk mencoba taksi ini. Semoga anda beruntung, bisa dapat taksi dan semua fasilitasnya juga ok. Buat saya, warna mencolok (kuning dan tulisan besar di body mobil) menjadi pilihan kedua setelah Putra.


***

Lalu, taksi apa lagi yang ‘bisa’ digunakan? Tentu ini bergantung dari preferensi dan kebutuhan masing-masing. Jika di pinggir jalan dan tidak terlalu mendesak, maka kita pun bisa lebih pilih-pilih taksi yang lewat. Secara biaya, kita cenderung menggunakan taksi tarif lama dibanding tarif baru. Maka pilihan saya, Putra atau Express (TransCab sangat minim). Jika lewat call centre, saya cenderung pilih Putra atau TransCab, baru Express.


Jika di jalan sulit mendapatkan ketiganya, maka saya cenderung memilih Dian Taksi atau Celebrity. Walaupun pernah ketika di bandara, saya ditawari sistem borongan dan langsung mentah-mentah menolaknya. Pilihan lainnya jika benar-benar tidak menemukan taksi-taksi tersebut, maka saya pun naik taksi tarif lama yang ada (Sri Medali, Koperasi Taksi dll). Pastinya terlebih dulu ditanyakan tahu arah tujuan alamat kita. Jangan sampai sudah naik, argo jalan tapi kita tak ujung mencapai tujuan.


Bagaimana jika mendesak? Maka BlueBird lah yang menjadi pilihan. Setiap detik bisa ditemukan di jalan. Dan kepercayaan yang pasti (bisa dipastikan). Buat manula, ibu hamil, keluarga besar yang tidak mau repot, atau yang tidak tahu jakarta tentu BB jadi pilihan terbaik. Kalau sudah begini, urusan tarif baru tak jadi soal.


Mengenai tarif, secara umum patokan antara tarif lama dan baru itu setidaknya selisih sekitar 25%. Dan jika tarif lama kurangnya jauh dari itu, anda pun patut curiga terhadap argonya. Taksi tarif baru non-BB seperti Gamya, Taxiku, Primajasa bisa menjadi pilihan juga. Tapi buat saya untuk taksi tarif baru, kalau ada BlueBird, kenapa yang lain?


Selamat memilih taksi.

Monday, April 21, 2008

Perempuan dalam cinta

Mengerikan, mengerikan benar perempuan itu
Mereka tak pernah bisa percaya,
Mereka tak biasa jujur,
Sekalipun pada diri sendiri

...
-
puisi ‘panas’ yang sudah di klarifikasi-

***
Bagi laki-laki, cinta hampir selalu identik dengan perempuan. Karena dunia yang didominasi cara pandang laki-laki, maka berbicara cinta dari paradigma perempuan pun jarang ada. Hal itu yang kemudian memunculkan pertanyaan, bagaimana perempuan memandang cinta?

Dalam khasanah indonesia, kedudukan cinta perempuan sebagian besar tidaklah istimewa. Kecuali di daerah-daerah tertentu, perempuan selalu menjadi ‘obyek’. Yang dipilih, yang dipinang, yang dilamar, yang diperebutkan atau yang tidak bisa menolak untuk dijodohkan.

Kartini, sosok emansipasi pun tidak lepas dari perlakuan umum terhadap perempuan. Dinikahi oleh Bupati Rembang sebagai istri kesekian, adalah bentuk dari pasrah kartini sekaligus sosok perempuan umumnya kala itu. Kartini lebih beruntung, karena untuk yang berasal dari keluarga bukan ningrat maka perempuan pun hanya ‘dinikahi’ bangsawan untuk melahirkan anak lalu dikembalikan kepada orang tuanya.

Seiring dengan perkembangan zaman, gaya feodal terhadap perempuan pun jauh berkurang. Perempuan mengenyam pendidikan sama halnya laki-laki.
Dunia perempuan makin diakui, sebagai partner dari laki-laki bukan pelengkap saja. Intinya dalam kehidupan sekarang, kesempatan pada umumnya sama antara laki-laki dan perempuan. Tentu saja tidak melupakan peran masing-masing dalam kehidupan domestik keluarga. Walaupun dalam kaitan dengan keluarga, banyak perempuan yang akhirnya berada di ‘persimpangan’, memilih antara keluarga atau aktivitasnya.

Jika ‘kesetaraan’ perempuan sudah berada dalam porsi yang cukup ideal dengan kebebasan untuk memilih, lalu bagaimana dengan cinta? Apakah benar bahwa perempuan merdeka dalam menentukan cinta nya?

Pertanyaan diatas dilandasi atas dasar sederhana bahwa selama ini muncul kesan bahwa perempuan cenderung tertutup, diam-diam, tidak berani mengungkapkan (baik lisan atau tindakan) perasaan cinta atau simpatiknya terhadap seseorang. Berbeda dengan laki-laki, yang cenderung lebih ‘ofensif’ dalam mengungkapan perasaannya. Mungkin juga karena secara fitrah nya, hati peremuan sensitif nan lembut sehingga cenderung hat-hati (defensif).

Sikap memandam rasa itu wajar karena lebih menyakitkan bagi perempuan ketika cintanya ditolak daripada laki-laki. Bagi laki-laki, cinta ditolak ibarat tamparan yang berujung pada pembuktian bahwa dirinya bisa mendapatkan yang lain. Sedangkan perempuan, konon tidak sesimpel itu. Sakit hati karena ditolak. Merasa sudah jauh melangkah memberanikan diri, dan ditolak. Malu serasa mengguyur tubuh. Seolah tidak bisa mundur. Dan parahnya, hancur.

Dan terdapat kesan bahwa perempuan yang baik, adalah yang mempersiapkan diri untuk menyambut pangeran datang. Bersiap sebaik-baiknya untuk menunggu hingga waktu tiba. Usaha yang dilakukan adalah mempersiapkan diri, dan berdoa. Dan jika nantinya sudah di ‘ambang waktu’, maka tibalah saat ujian kesabaran.

Tapi
semuanya tak bisa di generalisasi, toh apa yang dipertontonkan dalam kisah kehidupan tentang perasaan perempuan tidak serta menjadi dalih bahwa begitulah perempuan apa adanya. Kondisi tersebut memang umumnya yang terjadi sekarang, namun bukan berati hal tersebut menjadi kondisi yang seharusnya.

Sejenak ketika melihat sosok
Khadijah, Ibu dari semua muslim, bahwa apa yang dilakukan Kahdijah saat menikah dengan Muhammad adalah mengajukan lamaran alias mengungkapkan perasaannya. Namun bukan berarti Khadijah tanpa perhitungan, karena memalui sosok pamannya, Khadijah sudah mendapatkan keterangan bahwa Muhammad dalam kondisi bisa di ajak menikah. Dalam hal ini, Khadijah tetap menjaga kehormatan seorang perempuan.

Jadi mendalihkan apa yang terjadi pada cinta perempuan sekarang pada agama (Islam) bukanlah alasan yang berdasar. Satu-satunya alasan yang mungkin sekarang adalah dari sosok perempuan itu sendiri.

Suatu hari saya pernah bediskusi dengan teman tentang posisi perempuan dalam memperjuangkan cinta. Seperti yang lumrah kita ketahui, banyak terjadi laki-laki yang ‘berjuang’ (baca: ofensif) dalam mencari cintanya. Lalu perempuan, bagaimana bentuk perjuangan cintanya?

Teman saya waktu itu menjawab bahwa bentuk perjuangan cinta perempuan adalah pergolakan batinnya untuk menerima sosok laki-laki tersebut, dan membawanya ke pihak keluarga. Namun saya mengelak, bukanlah laki-laki pun secara substansi juga berdamai dengan perasaan lalu juga keluarganya? Baiklah, memang pertimbangan perasaan yang digunakan laki-laki tidaklah sedominan seperti perempuan. Karena laki-laki sebagian besar melihat dari apa yang tercitrakan.

Kembali lagi tentang perjuangan cinta perempuan, apakah demikianlah adanya dimana perempuan harus menjaga hati, menutup perasaannya dalam-dalam dan ketika sosok laki-laki itu datang maka barulah perjuangan cinta perempuan dimulai.

Kenapa tidak perempuan juga memperjuangkan cinta nya itu. Pastinya, dengan tetap menjaga kehormatan seperti yang diteladankan Khadijah. Jika selama ini misalnya, perempuan cenderung bisa berharap terhadap seseorang namun tak kunjung datang seseorang tersebut, tidak kah lebih baik jika melalui perantara mencari kemungkinan memulai hubungan dengan yang bersangkutan lebih serius? Ringkas, tidak ribet dan tidak lama berharap cemas. Daripada hanya berharap, dan berharap. Lalu pada akhir kesedihan, melihat dia memilih yang lain.

Jadi tetap kembali ke perempuan sendiri, bagaimana mereka mendefinisikan perjuangan cinta nya. Perempuan lah yang memilih, dan memang harus memilih. Jangan sampai awalnya berharap romantis, lama kelamaan dramatis, lalu akhirnya menjadi ironis.

Sudahlah, saya tidak bisa merasakan bagaimana perempuan dalam mencinta. Tapi saya percaya bahwa perempuan yang jujur dan menjaga kehormatan selalu bernilai lebih. Itu saja.

Selamat memaknai Hari Kartini..

Wednesday, April 16, 2008

Wealth Management

Manajemen Kekayaan merupakan salah satu layanan yang disediakan bank dewasa ini. Garis besarnya, nasabah yang masuk kategori wealth disediakan layanan-layanan perbankan yang lengkap. Mulai dari perencanaan finansial, konsultasi keuangan hingga pilihan investasi.

Maraknya Wealth Management (WM) di bank tidak terlepas dari adanya orang-orang kaya dan superkaya yang semakin banyak di indonesia. Kategori kaya atau superkaya itu menurut Merril Lynch & Co dan perusahaan konsultan Capgemini Lorenz pada tahun 2007 dibagi tiga.

Kategori pertama, golongan superkaya yakni yang memilki kekayaan lebih dari 30 juta dollar AS (sekitar 270 miliar rupiah). Golongan kedua, orang kaya menengah yang kekayaannya antara 5 juta – 30 juta dollar AS (sekitar 45 – 270 miliar rupiah). Dan ketiga, golongan kaya biasa yang kekayaannya antara 1 – 5 juta dollar AS (sekitar 9 – 45 miliar rupiah).

Untuk perbankan, WM tidak hanya menjadi sumber dana besar yang akan digunakan dalam bisnisnya tapi juga sebagai salah bentuk loyalitas nasabah kepada bank tersebut. Oleh karenanya, bentuk pelayanan WM yang disajikan pun terbilang wah.

Untuk perencanaan finansial, nasabah WM bisa menyampaikan keinginan masa depan keuangan misalnya setelah pensiun ingin pendapatanya berapa, sekolah anak, mobil, rumah atau rencana liburan ke depan. Dengan profil keuangan (financial check up) yang ada sekarang, bank bisa memberikan konsultasi untuk menempatkan dana nasabah ke pos-pos investasi yang mungkin, misalnya saham, unitlink, asuransi, reksadana, obligasi, emas, deposito dan portofolio lainnya. Tetap saja, keinginan nasabah menjadi utama disini. Nasabah bisa menempatkan dan menggunakan uangnya kemana saja.

Selain layanan keuangan, nasabah WM pun menadapatkan banyak kemudahan dan kenyamanan. Hotlink khusus, layanan saat di luar negeri, transaksi tanpa biaya, dan bila di bank maka akan dilayani petugas penuh senyum, internet dan telepon gratis, majalah gratis sampai memanggil bank officer ke tempat nasabah.

Dengan layanan ciamik tersebut, bank pun pasang syarat jumlah minimal tabungan yang tidak sedikit. Sebagian besar bank (misalnya Mandiri, Citibank, Commonwealth, HSBC, Permata) mematok jumlah minimal 500 juta untuk menjadi nasabah WM. Dan setelah menjadi nasabah WM lalu jumlahnya kurang 500 juta, maka siap-siaplah untuk terkena biaya yang ‘tidak biasa’. Namun, ada beberapa bank yang mematok opsi angka di bawahnya, seperti 100 juta (Standchart) atau New to Invest Citibank yang ‘hanya’ 50 juta.

Berdasarkan survei 2006 tentang High Net Worth Individual (HNWI), HNWI indonesia mendapatkan kekayaannya 51 persen dari bisnis, dan 15% dari pendapatan. Sebagai perbandingan di Jepang, 30 persen dari warisan dan 28% dari bisnis. Warisan menjadi sumber kekayaan kedua (pertamanya bisnis) untuk Hongkong, India dan Singapura. Selain indonesia, pendapatan menjadi sumber kekayaan kedua di Korea Selatan dan Taiwan. Sedang saham, adalah sumber kedua di Australia dan China.

Dari data tersebut, jelas bahwa bisnis merupakan sumber kekayaan utama bagi orang-orang kaya tersebut. Benar adanya bahwa ungkapan bahwa jika ingin kaya, maka jadilah pengusaha atau wiraswasta.

Inilah yang harus ditangkap perbankan untuk tidak hanya bergerak dalam mengelola bisnis kekayaan tapi juga menciptakan bisnis itu sendiri. Bank seharusnya semakin banyak memainkan peran penyaluran kredit ke sektor riil sebagai sumber utama pencipta orang-orang wealth tersebut. Paradigma inilah yang seharusnya dilakukan perbankan dalam jangka panjang.

Dengan semakin banyak orang-orang kaya baru (baca: pengusaha), diharapkan juga makin mengurangi problem-problem sosial yang masih banyak di negara ini. Jika wealth management sudah mengarah kesana, maka konsep WM pun tidak hanya bisa dinikmati sejumlah kecil masyarakat elit kita. Semakin banyak yang sejahtera, bangsa kita pun akan makin sejahtera.

Sumber: Kompas, 15 April 2008

Tuesday, April 08, 2008

Mencoba cross-post dari MP

Ini adalah halaman percobaan cross-posting dari Multiply ke Blogger. sebagai informasi, MP memang menyediakan cross-post diantaranya dengan Blogger sehingga saat post di Blogger bisa sekaligus post di MP atau sebaliknya.

Dan karena account MP yang sirna, lokasi kerja yang lebih sering di luar kota, dan kebijakan Websense yang memblok Blogger, akhirnya membuat ingin mencoba kembali cross post dari MP ke Blogger setelah berhasil membuat account MP baru.

Sebagai catatan pengalaman, cross post dari Blog ke MP sudah tiada masalah, rapi dan runut. hanya kategori yang tidak bisa di cantumkan di MP arua sebaliknya. namun cross post dari MP ke Blog, belum bisa rapi dari sisi huruf dan paragrafnya. dan saat mencoba cross post tentang sakit di MP ke Blog, akhirnya harus tetap masuk manual ke Blog untuk merapikannya.

Semoga yang sekarang bisa rapi. kalaupun tidak, mohon maklum saja. namanya juga halaman percobaan. Daripada blog ini makin hiatus lama. :)