Saturday, June 28, 2008

Selamat kepada Aan!

Pertama, izinkan saya pribadi mengucapkan Selamat menempuh Hidup Baru, kepada Aulia Ardiansyah (Aan), teman dekat sesama penghuni gubuk derita. Dan jika boleh mengklaim diri, ucapan ini sekaligus mewakili rekan-rekan satu gubuk yang tidak bisa mendampingi ikrar suci di Masjid Kampus UGM, Sabtu siang tadi.

Jujur akad yang diucapkan Aan adalah 'tamparan' buat kami. karena diantara penghuni rumah legenda itu, Aan adalah yang paling muda. Tengah tahun ini persis usianya 'baru' 23 tahun. Tapi yang paling 'menyakitkan' bukan masalah muda itu saja (karena banyak adik angkatan yang juga menikah), melainkan 'janji' untuk mempertahankan kelajangan yang akhirnya harus pecah (berlebihan :p).

Saat melihat Aan sudah mengajak calonnya pada sebuah pernikahan akhir tahun lalu, kami sudah membatin bahwa Aan sudah menemukan calon jodohnya. tapi sungguh saya tidak menduga kalau kejadiannya akan secepat ini. Langsung melangsungkan pernikahan tahun ini. bahkan akad dan resepsi yang rencana nya Agustus ini di Jogja dimajukan dua minggu lalu menjadi akad Sabtu siang ini (ada itung-itungan hari An?).

Mengingat persis setahun yang lalu kami masih datang bersama di pernikahan adik angkatan. Tentu saja sambil bergurau kalau 'aneh' saat nanti kita-kita saat menikah. Karena hampir 4 tahun hidup bersama dalam pahit getirnya pondok derita, saat susah senang, masa tenang dan ribut karena tugas, belajar berpolitik bahkan bersama-sama mencari Surga.

Untuk kesekian kali, kami bangga kepada Aan (bangga pertama Aan siswa aksel, kedua kondisi keluarga di Madiun, ketiga IPK nya lebih besar dari kami :p, dll). Dan sekarang, kedewasaan dan keberanian bukan menyangkut usia, tapi memang menyangkut seberapa cepat matang seseorang untuk mengambil sikap dalam kehidupan.

Ok Aan, saya (dan kami) mengaku kalah dalam hal ini. Dan maaf karena hari ini tidak bisa menghadiri saat mengucap janji sehidup semati dengan pasangan. Bukan apa-apa, karena seseorang membatalkan janji untuk berangkat ke Jogja. Tapi mudah-mudahan 16 Agustus nanti kami bisa bersama-sama hadir di Jogja, sekaligus kembali menyemai masa depan dalam sebuah kesahajaan.

Sambil menikmati seruputan udara malam Bandung bersama seorang kawan, saya cuma bisa bersenandung lirih mengutip sebuah puisi favorit Chairil Anwar ;

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Sekali lagi, Selamat buat Aan dan Mala, Barakallah..


*Atas nama penghuni (Aa & Adit) dan simpatisan pondok derita, silahkan absen.. :)

Saturday, June 21, 2008

Hari Pasaran Jawa

Jika anda orang jawa (tulen), maka anda pasti dekat dengan istilah hari pasaran. Saya tidak tahu bagaimana asal muasal nya, yang jelas di hampir setiap kalender yang beredar di Indonesia selalu mencantumkan hari pasaran dengan huruf kecil di bawah tanggal. Hari pasaran tersebut adalah Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing.

Penggunaan pasaran ini jamaknya pada peristiwa-peristiwa penting manusia, seperti kelahiran, pernikahan, kematian, atau panen. Bahkan konon Pak Harto menggunakan hari pasaran Selasa Kliwon untuk mengambil keputusan-keputusan penting, misalnya kenaikan harga BBM (percaya tidak percaya).

Untuk kelahiran, jika anda lahir pada 19 April 1984, maka pada tanggal tersebut adalah hari Kamis Legi. Hari pasaran kelahiran ini di Jawa biasanya semacam diperingati setiap bulannya, karena setiap bulannya selalu ada setidaknya satu hari kamis legi.

Dalam setiap hari, ada angka yang lekat pada hari tersebut. Angka untuk tiap hari dan pasaran yaitu,

Senin = 4
Selasa = 3
Rabu = 7
Kamis = 8
Jum’at = 6
Sabtu = 9
Minggu= 5

Pon = 7
Wage = 4
Kliwon = 8
Legi = 5
Pahing = 9

(sumber: catatan keluarga)

Misalnya pasaran anda Kamis Legi, maka berdasar angka diatas anda mempunyai jumlah angka 8 + 5 = 13. Saya tidak tahu (dan tidak mau tahu) artinya apa. Tapi konon bisa digunakan secara sederhana untuk membandingkan jumlah angka dengan (calon) pasangan kita. Misalnya dia lahir pada Minggu Wage (5 + 4 = 9), maka jika sudah berpasangan datangnya pintu rezeki melalui kamis legi lebih banyak daripada melalui minggu wage (jangan percaya!).

Konon hari pasaran ini pula lumayan menjadi pertimbangan ’orang-orang lama’ jawa dalam memilih menantu nya. Jika pasaran calon menantu nya ’pas’, maka bisa dimudahkan. Jika menurut hitungan tidak, maka harus bersiap menghadapi kenyataan kejamnya cinta.

Untuk yang akan melenggang ke jenjang pernikahan, hari H pun harus ditentukan dengan menghitung tanggal dan hari pasaran baik. Buat anak muda mungkin hal ini seperti wasting time. Namun sebagai anak, sebaiknya tetap menghormati dan bersikap dewasa menghadapinya.

Lalu ada tafsiran hari pasaran yang saya dapatkan dalam milis-milis. Misalnya 19 April 1984 tadi (kepalang contoh :p), maka hasilnya hari pasaran Kamis Legi dengan lambang angin dan sifatnya (sekali lagi, jangan percaya!);

Angin selalu bertiup kemanapun tanpa rasa lelah, begitu juga yang lahir pada hari kamis ini, adalah orang yang tidak murah menyerah, semangat kerjanya tinggi, tekun dan giat berlatih. Tapi dia tidak betah dirumah. Cuma dia kadang-kadang seperti pepatah? bagaikan kacang lupa pada kulitnya,? yaitu suka lupa diri dan terkenal banyak omong dan curiganya berlebihan. Sifatnya yang bisa diacungkan jempol adalah: tidak pernah dendam.

Mengenai arti atau tafsiran hari pasaran kelahiran atau apapun, saya pribadi tidak percaya terhadapnya. Namanya juga berdasarkan pengalaman dari para mbah-mbah kita yang ’didokumentasikan’. Semua generalisasi adalah salah, tapi saya tidak total menyalahkan. Untuk hal budaya semacam ini, saya memilih untuk menjadikannya khasanah. Tidak menentangnya mutlak model FPI, tapi jelas tidak mempercayainya karena takut syirik. Hanya khasanah, seperti halnya garam dalam masakan. Memberi rasa sedap, tapi jika berlebihan akan merusak rasa itu sendiri. Bagaimana menurut anda?

File sharing: Kalender Jawa

Monday, June 09, 2008

Kenaikan BBM dan KA Argogede

Sekilas membuka file-file komputer, terbuka file Tugas Akhir (TA) Sarjana saya hampir 2 tahun lalu. TA tersebut berjudul “Studi Pengaruh Biaya Bahan Bakar Minyak Terhadap Biaya Operasional KA Argo Gede Dengan Pendekatan Simulasi Dinamis”.

Sesuai dengan judulnya, dengan menggunakan metode simulasi dinamis untuk menganalisis dampak kenaikan harga BBM (solar atau High Speed Diesel, HSD) terhadap biaya operasional KA Argogede. Sekalipun time frame penelitian itu antara Januari 2005 hingga Juni 2006 dimana terjadi dua kali kenaikan harga solar yaitu pada 1 Maret 2005 dari Rp 1,650 ke Rp 2,400 dan pada 1 Oktober 2005 ke Rp 4,300 per liter.
 
Sekarang dengan kenaikan harga solar akhir Mei lalu ke Rp 5,500 per liter, maka secara langsung berdampak juga terhadap PT KA khususnya sesuai dengan topik TA tersebut pada KA Argogede (Jakarta-Bandung pp).
 
Beberapa kesimpulan yang bisa disarikan dari TA tersebut, dan masih relevan dengan kenaikan BBM sekarang adalah;
 
1. Kontribusi biaya BBM terhadap biaya operasional KA Argo Gede 72 – 74 %, dan kontribusinya akan mengalami kenaikan jika terjadi kenaikan harga BBM. Sedangkan rasio Biaya BBM terhadap pendapatan KA dan Biaya Operasional terhadap pendapatan KA, adalah 0,40 dan 0,55. Rasio ini akan mengalami kenaikan jika terjadi terjadi kenaikan harga BBM.
 
2. Biaya Operasional akan mengalami kenaikan 0,73 % setiap kenaikan harga BBM sebesar 1 %.
 
3. Dari simulasi yang dilakukan, Jika terjadi kenaikan harga BBM di Bulan November 2006 atau Maret 2007 dan berarti bisa berlaku setiap waktu, maka setiap 3 % kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan rasio Biaya Operasional terhadap pendapatan sebesar kurang lebih 0,01
 
Dari kesimpulan tersebut, kenaikan harga solar 27.91% pada Mei lalu secara langsung akan berdampak;
 
Pertama, biaya operasional KA Argogede naik 20.37% (sebuah kenaikan yang besar bukan?)
 
Kedua, Terjadi kenaikan rasio biaya operasional terhadap pendapatan sebesar 9.3%, sehingga rasio biaya operasional terhadap pendapatan KA Argogede menjadi 0.55 + 0.09 = 0.64
 
Dengan hasil tersebut, lalu apa artinya? Sesuai dengan rekomendasi pada hasi penelitian TA tersebut, beberapa hal yang bisa dilakukan PT KA pada operasi KA Argogede yaitu,

1. Perlu dikaji nomor-nomor KA Argo Gede yang kurang efisien atau okupansi rendah.
Dimana secara umum total stamformasi 5 kereta yang terdiri dari 3 kereta eksekutif (K1), 1 kereta pembangkit (BP) dan 1 kereta makan (KM).
 
2. Membuat program dan merealisasikan pengubahan BP dan KM1 KA Argo Gede yang terpisah menjadi MP1, sehingga tonase menjadi lebih kecil.
Maksudnya digabung antara BP dan KM (dimana PT KA sudah punya jumlah sedikit) sehingga bebannya lebih ringan, konsumsi BBM lebih rendah. Jika sudah digabung, K1 bisa ditambah untuk jam yang sibuk sehingga jumlah penumpang bisa lebih banyak dengan biaya BBM yang efisien.
 
3. Untuk mempertahankan atau mengurangi rasio Biaya Operasional terhadap pendapatan, maka harus dikaji kenaikan harga tiket KA Argo Gede secara lebih mendalam.
 
Selain rekomendasi tersebut, ada pertimbangan lain jika terjadi kenaikan harga BBM yang menyebabkan naiknya rasio biaya operaional terhadap pendapatan (dimana margin jadi lebih kecil). Pertimbangan lain itu juga disimpulkan dalam penelitian tersebut, yaitu;
 
Kenaikan Biaya Operasional akibat kenaikan harga BBM menyebabkan naiknya rasio Biaya Operasional terhadap pendapatan KA, sehingga margin keuntungan turun. Untuk mempertahankan rasio, bisa diberlakukan kenaikan harga tiket dan atau efisiensi Biaya Operasional. Melihat persaingan moda transportasi Jakarta – Bandung yang ketat, maka kebijakan penurunan batas margin profit dan efisiensi biaya operasional KA Argo Gede dinilai lebih sesuai.
 
Di sisi lain jika sekarang anda pernah sesekali melihat atau malah mencoba KA Argogede akhir-akhir ini, maka harga tiketnya menjadi Rp 45,000 padahal pada penelitian TA diatas menggunakan harga tiket Rp 75,000 (weekend) dan Rp 70,000 (week days).
 
Asumsi baik saya, PT KA memilih mengurangi banyak ketidakefisienan komponen biaya operasional daripada menaikan tiket KA karena ketatnya persaingan moda transportasi jakarta-bandung, sehingga harga tiket turun menjadi ‘hanya’ Rp 45,000
 
Lalu setelah terjadi kenaikan harga BBM, apakah PT KA akan tetap bertahan pada harga tersebut? Padahal beberapa moda transport sejenis (bus dan travel) sudah ancang-ancang menaikan tarif.
 
Kalau itu, saya tidak bisa menjawab. Untuk membantu menganalisis dampaknya, penelitian saya mungkin perlu di update (harapan saya bapak-bapak pejabat KA yang saya share copy TA tersebut peduli). Model penelitiannya bisa sejenis dengan penelitian tersebut, sedang nilai variabelnya disesuaikan dengan data terbaru.
 
Buat adik-adik mahasiswa yang tertarik, bisa saja ini menjadi bahan topik TA yang menarik. Sekalipun saya sudah beberapa hal tentangnya lupa, tapi insyaAllah masih bisa membantu. Semua karena saya peduli kereta api. Negara modern selalu identik dengan sistem transportasi massal KA yang sangat baik. Dan secara emosional, buat saya perjalanan dengan kereta api selalu lebih menarik. :)

Share: slide presentasi TA