Pertama, izinkan saya pribadi mengucapkan Selamat menempuh Hidup Baru, kepada Aulia Ardiansyah (Aan), teman dekat sesama penghuni gubuk derita. Dan jika boleh mengklaim diri, ucapan ini sekaligus mewakili rekan-rekan satu gubuk yang tidak bisa mendampingi ikrar suci di Masjid Kampus UGM, Sabtu siang tadi.
Jujur akad yang diucapkan Aan adalah 'tamparan' buat kami. karena diantara penghuni rumah legenda itu, Aan adalah yang paling muda. Tengah tahun ini persis usianya 'baru' 23 tahun. Tapi yang paling 'menyakitkan' bukan masalah muda itu saja (karena banyak adik angkatan yang juga menikah), melainkan 'janji' untuk mempertahankan kelajangan yang akhirnya harus pecah (berlebihan :p).
Saat melihat Aan sudah mengajak calonnya pada sebuah pernikahan akhir tahun lalu, kami sudah membatin bahwa Aan sudah menemukan calon jodohnya. tapi sungguh saya tidak menduga kalau kejadiannya akan secepat ini. Langsung melangsungkan pernikahan tahun ini. bahkan akad dan resepsi yang rencana nya Agustus ini di Jogja dimajukan dua minggu lalu menjadi akad Sabtu siang ini (ada itung-itungan hari An?).
Mengingat persis setahun yang lalu kami masih datang bersama di pernikahan adik angkatan. Tentu saja sambil bergurau kalau 'aneh' saat nanti kita-kita saat menikah. Karena hampir 4 tahun hidup bersama dalam pahit getirnya pondok derita, saat susah senang, masa tenang dan ribut karena tugas, belajar berpolitik bahkan bersama-sama mencari Surga.
Untuk kesekian kali, kami bangga kepada Aan (bangga pertama Aan siswa aksel, kedua kondisi keluarga di Madiun, ketiga IPK nya lebih besar dari kami :p, dll). Dan sekarang, kedewasaan dan keberanian bukan menyangkut usia, tapi memang menyangkut seberapa cepat matang seseorang untuk mengambil sikap dalam kehidupan.
Ok Aan, saya (dan kami) mengaku kalah dalam hal ini. Dan maaf karena hari ini tidak bisa menghadiri saat mengucap janji sehidup semati dengan pasangan. Bukan apa-apa, karena seseorang membatalkan janji untuk berangkat ke Jogja. Tapi mudah-mudahan 16 Agustus nanti kami bisa bersama-sama hadir di Jogja, sekaligus kembali menyemai masa depan dalam sebuah kesahajaan.
Sambil menikmati seruputan udara malam Bandung bersama seorang kawan, saya cuma bisa bersenandung lirih mengutip sebuah puisi favorit Chairil Anwar ;
Sekali lagi, Selamat buat Aan dan Mala, Barakallah..Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kauTak perlu sedu sedan itu
*Atas nama penghuni (Aa & Adit) dan simpatisan pondok derita, silahkan absen.. :)
7 comments:
Ngabsen! Penghuni gubuk derita, kamar tengah :)
Hua.... Matur nuwun Yan. Sejujurnya ente yang menginspirasiku buat nikah cepet :D. Karena :
Kalau bertemu jodohku
Ku mau tak seorangpun mendahuluiku
Tidak juga kau
Hehehe...peace...
Denger2 anggota gubuk derita juga ada yg mo nikah dalam waktu dekat ataupun dalam waktu yang tidak dekat:D. Hayo ngaku disini!
Suwun banget yan. Ditunggu undangane...
barakallah...
wah lama gak ketemu,udah ada kabar bagus...
selamat ya...
:)
waduh, ketua suku gubuk deritanya keduluan nih :p Baarakallah buat Aan. Lirih ya mas? Apa gak harusnya bukan Chairil Anwar yang keluar, tapi Edcoustic atau The Fikr gitu? hehehe
Absen! penghuni gudbuk di loteng atas, hehehe,,,
barakallah an.
Ayo trian nyusul...=p
*apaan tuh, Aa-Aa ???
hadir...
penghuni sebelah kamar aan percis
barakallah aan....
yg lain pada gombal, katenye pd mo k jogja :p ternyata hehhee
ayo trian...nyusul..sudah mulai intens bukan?
hehhee
Menikah cepat atau lambat sebetulnya bukan merupakan ajang lomba, yang lebih cepat yang menang. Namun yang penting adalah kedewasaan masing-masing dari pasangan, karena menikah ibaratnya mulai melangkahkan kaki, dan banyak hal yang harus disesuaikan.
itu yg koment temen2 se-genk semua ya..;p.
Post a Comment