Saturday, January 21, 2012

Setelah Sekolah Lagi

Sekolah lagi setelah baru beberapa tahun bekerja dan berkeluarga adalah keputusan yang tidak populer. Di saat baru mengenyam nikmatnya membangun karir dan euforia keluarga kecil, maka sekolah lagi bukan pilihan yang mudah. Apalagi bagi sarjana teknik yang melanjutkan sekolah di bidang bisnis, bukan core tekniknya.

Ada yang beranggapan seharusnya sekolah lanjutan itu lebih baik dilakukan diantara dua waktu penting, sebelum menikah atau saat sudah dalam posisi manajerial atau cukup berpengalaman di perusahaan. Jika sebelum menikah, akan mudah untuk pindah pekerjaan tanpa adanya beban perpindahan comfort zone. Sedangkan harus menunggu pengalaman cukup, karena saat hanya beberapa tahun bekerja, tidak ada efek langsung terhadap pekerjaan yang dihadapi sehari-harinya.

Tapi bukan tentang itu semua saya pikir seseorang kemudian memutuskan untuk sekolah bisnis. Sekalipun tidak terkait langsung dengan pekerjaan hariannya, sekolah adalah sarana untuk membuka cakrawala baru. Memang banyak orang pintar dari pengalaman, tapi sekolah tidak bisa dipungkiri adalah langkah efektif untuk belajar secara cepat dan sistematis. Tidak dipakai saat ini tidaklah jadi soal, karena orang tersebut pasti sudah merencanakan sesuatu untuk masa depannya.

Sedangkan saat awal mempunyai keluarga kecil, justru itu adalah keputusan strategis yang dibuat. Disaat anak masih kecil, maka tidak akan terlalu berat bagi seseorang untuk membagi waktu lebih banyak kepada kuliah dibanding bersama anak. Bayangkan jika nanti saat anak sudah sekolah, maka waktu bersama untuk membimbingnya belajar pasti akan lebih berharga.

Memang akhirnya ada kenikmatan saat ini yang dikorbankan, zona nyaman yang ditinggalkan. Mengorbankan kesenangan saat ini untuk sesuatu lebih baik di masa depan adalah pilihan bijak yang seharusnya selalu dilakukan manusia. Bukankah tidak akan ada perbaikan jika selalu merasa dalam kenyamanan?

***

Kesibukan sekolah sambil bekerja adalah salah satu yang membuat blog ini menjadi tidak se-aktif yang dulu. Tentu lebih memilih untuk bermain bersama keluarga ketika ada waktu luang. Alhamdulillah, setelah satu tahun menjalaninya ternyata ritme hidup menjadi lebih baik dan belajar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Walaupun setelah dipikirkkan kembali, ternyata memang cukup berat sekolah sambil tetap bekerja itu.

Saya masuk di program pascasarjana pada bulan Januari 2011 setahun yang lalu. Semester satu kuliah padat dari jam 19 sampai 21.30 selama 5 hari kerja (senin-jum’at)! Karena tempat kuliah yang satu gedung dengan kantor, maka gedung itu sudah seperti ‘rumah utama’ mengalahkan rumah saya sendiri, karena dalam satu hari saya hanya tinggal di rumah dari jam 23 sampai 5.30 selama semester berjalan (4 bulan).

Praktis semester satu lalu adalah masa paling berat, saya tidak pernah keluar kota atau liburan pada masa itu. Bahkan jatah perjalanan dinas atau training dari kantor lebih baik saya tolak baik-baik atau mundur di saat kuliah libur. Dengan keluarga yang mendukung penuh, maka semester satu pun terlewati dengan seratus persen kehadiran!

Lalu semester dua berjalan dengan jadwal berkurang menjadi 3 hari seminggu. Dengan waktu lebih sedikit, hal tersebut membuat sedikit terlena sehingga masih bisa mensiasati kegiatan liburan akhir pekan atau perjalanan dinas keluar kota.

Setelah lolos padatnya semester satu, malah di semester dua ini kesehatan menjadi catatan khusus. Satu minggu istirahat di Rumah Sakit dan satu minggu di rumah karena Hepatitis A. Tidak ada penyebab khusus, selain pola makan salah dan ketahanan tubuh melemah. Allah SWT mungkin memberikan peringatan bukan di saat kita siaga terhadap kondisi yang akan menimpa kita, tapi malah disaat kita lengah untuk menghadapinya.

Dan tibalah sekarang di semester tiga alias semester terakhir dari yang dijadwalkan tiga semester. Saya ingin menyelesaikan sekolah ini secepatnya dalam tahun ini. Sehingga cuti awal tahun satu minggu penuh yang lalu, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun draft Thesis. Masih jauh dari selesai, namun kerangka dan jalan menuju akhir sudah terlihat. Meski terlihat, masih mungkin ada jalan berliku yang akan ditemukan saat sedang menuju kesana nantinya.

Hal yang memudahkan dalam sekolah ini adalah, kebaikan Medco Foundation untuk membiayai biaya sekolah saya di Paramadina Graduate School program Strategic Finance. Dan tentu saja, karena dukungan penuh dari istri tercinta (daripada sering terpisah karena di lapangan ya?hehe) dan secara tidak langsung adalah buah hati kami.

Bagi saya keputusan sekolah setahun yang lalu sehingga seperti ini sangatlah tepat (Alhamdulillah). Dan pasti saya juga sangat gembira bila mengetahui bahwa saudara, sahabat, atau teman juga sedang melanjutkan sekolahnya dimanapun itu.

Manusia memang tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi dengan kebijaksanaanNYA, Allah SWT pasti akan melihat siapa diantara hambaNYA yang mempersiapkan diri untuk menyongsong hari esoknya.

Selamat sekolah lagi..

No comments: