Friday, November 28, 2008

Manado, Denyut Indonesia Utara

Dari Sabang sampai Merauke,
Dari Timor sampai ke Talaud..

Selama seminggu saya berkesempatan mengunjungi Manado, pusat kota di Sulawesi bagian selatan. Pesawat Garuda berangkat pagi jam 7 dari Cengkareng, transit di Makasar dan sampai di Bandara Sam Ratulangi sekitar jam 13 (terbang efektif 3,2 jam dari Jakarta). Langsung kami (saya bersama teman-teman kantor) meluncur ke Hotel Santika, di Tongkaina, Kecamatan Bunaken.

Namun acara menginap di Santika tidak berlangsung lama sesuai rencana karena jauhnya lokasi hotel dari kota (Santika sangat cocok yang khusus menuju ke taman laut Bunaken karena hanya 10 menit). Maka esok harinya kami berganti ke Sintesa Peninsula, hotel yang baru beroperasi 1 oktober lalu.

Ini pengalaman pertama saya ke Manado. Tampaknya Manado adalah pusat kota yang unik, karena berada persis di tepi teluk Manado. Sangat dekat sekali dengan garis laut. Memandang dari jendela hotel, maka langsung mata menuju ke paduan kota dan laut. Eksotis.

Kawasan yang sangat terkenal di Manado adalah Boulevard. Kawasan ini berada sepanjang garis laut teluk Manado sekitar 5 km. Disini akana banyak ditemukan pusat bisnis, kuliner, hiburan hingga perbelanjaan modern. Kawasan ini sebagian merupakan hasil reklamasi pantai yang di lakukan pemerintah dimana pembangunan fasilitas masih terus berjalan. Sesuai dengan slogannya visi kawasan ini adalah area B&B, Bussiness and Boulevard.

Tidak terlewatkan untuk mencicipi makanan Manado. Sesuai dengan lingkungan laut, seafood menjadi makanan pilihan setiap malam sesuai variannya. Salah satu tempat makan yang nyaman, enak dan terjangkau adalah Raja Sate, dekat dengan MegaMall.

Ada juga resto yang terkenal di Boulevard yaitu Wisata Bahari, sekitar 3 km dari Mega Mall. Dibanding Raja Sate, harga di Wisata Bahari lebih mahal karena suasana makan di ’atas laut’ yang ditawarkannya dan live music nya. Kita akan mendengar debur ombak, dan bebas kita memandang laut malam.

Terusan Boulevard sekitar 7 km dari MegaMall, terdapat kawasan khusus pusat makanan laut yang dinamakan Kalesey. Banyak restoran berjejer di pinggir jalan yang langsung menghadap laut. Dari sini, kerlip Boulevard dan Manado lebih terlihat. Selain restoran, juga ada warung-warung pinggir jalan di Kalesey ini.

Untuk harga yang lebih terjangkau, ada Tikala di dalam kota (sekitar 1 km dari Bouleverd) tempat food area dengan dilengkapi free-wifi. Bermacam-macam penjual makanan ada disini. Bubur khas Manado yang terkenal juga bisa dinikmati di Warung Wakeke di Tikala ini. Jika Resto Wisata Bahari atau Kalesey banyak pejabat, bule atau keluarga disana, maka di Tikala akan banyak anak-anak muda yang nongkrong dengan laptopnya.

Makanan terjangkau ada Tikala, maka hotel yang terjangkau dan banyak direkomendasikan Indobackpacker adalah Unique Inn, lokasinya tidak jauh dari Boulevard. Hotel ini memang unik karena berada di atas jembatan penyeberangan jalan menuju ke Pelabuhan Manado. Di pelabuhan Manado (orang biasanya menyebut Hotel Celebes), akan banyak kapal untuk ke Bunaken atau daerah-daerah lain seperti Pulau Sangir, Bunaken atau Talaud.

Dan pengembaraan berikutnya adalah Bunaken. Dari dermaga Hotel Celebes, perjalananan membutuhkan 1 jam dalam cuaca baik. Namun kami tetap saja mual-mual dalam perjalanan pagi karena melawan angin laut dan efek tabrakan aliran air laut di teluk Manado. Konon jika gunung di Pulau Manado Tua (pulau di sebelah pulau Bunaken) tertutup awan gelap, maka ombak menuju ke Bunaken bisa mencapai 2 m.

Sampai di taman laut Bunaken, perkiraan saya bahwa taman laut berada di tengah laut salah. Taman laut ini berada sekitar 1-2 km dari garis pantai Pulau Bunaken. Tips dalam perjalanan ke Bunaken, jangan mendadak berhenti setelah melawan ombak. Karena isi perut akan menyesuaikan ombak jalan dengan ombak saat kapal diam yang akhirnya bisa membuat muntah (untungnya saya hanya mual).

Taman laut Bunaken mengesankan, luar biasa. Sekalipun saya tidak diving atau snorkling, dari dek kapal sudah terlihat bahwa taman laut Bunaken memang indah. Bersih dan nyata habitatnya. Pantas saja Bunaken termasuk dalam cagar alam dunia. Namun sayangnya, di kawasan pantai wisata Pulau Bunaken sendiri masih belum terawat dan terorganisir sehingga mengesankan sedikit kumuh. Kondisi ’standar’ yang masih terjadi umumnya di kawasan wisata Indonesia.

Selain Pulau Bunaken, ada beberapa pulau tempat wisata yang lain diantaranya Siladen dan Lembeh. Jika punya cukup waktu (dan dana pastinya), agendakan untuk pulau-pulau tersebut sekaligus program diving. Dengan mengunjungi Manado ini, saya semakin sadar bahwa negeri kita adalah negeri yang besar dan bersatu dalam kemajemukan.

Sulawesi Utara sendiri merupakan ’tapal batas’ Indonesia di bagian utara, berbatasan laut dengan Filipina. Jika kita hafal lagu diatas, maka Talaud merupakan kepulauan di bagian utara Sulut dimana membutuhkan 24 jam perjalanan kapal penumpang dari dermaga Manado. Semakin tidak terbayang alangkah jauh dan luasnya Indonesia ini. Sayang sekali jika penduduk Indonesia sendiri tidak pernah saling mengunjungi di buminya yang luas nan indah.

***
Manado yang ingin menjadi kota wisata laut dunia 2010 sedang berusaha keras berbenak untuk menyambut World Ocean Conference (WOC) 2009. Giatnya pembangunan tidak akan lepas dari lingkaran-lingkaran di sekelilingnya. Jika anda berjalan menyusuri Boulevard lebih dari Jam 9 WITA, maka di titik tertentu akan ditemui ’kembang malam’. Sehingga tidak heran ada plesetan B&B menjadi Beach and Bitch.

Akhirnya saya ingat pernah dapat cerita, bahwa mengunjungi Manado ’haruslah’ mencoba 4B, yaitu pertama datang ke Boulevard, makan Bubur khasnya, jangan melewatkan berkunjung Bunaken, dan terakhir rasakan Bibir manado. Maka saya sudah mencoba sempurna 3B nya. 1B yang terakhir, pasti saya tak mau mencoba. Saya segera ingat untuk pulang ke rumah esok hari.

*sharing: Manado Album

Wednesday, November 26, 2008

Selamat Pagi Manado

Matahari menyusup keluar balik gunung.














Kota di pinggir laut, tersapu hembusan angin laut pagi.













Manado, 5.34 WITA


Saturday, November 22, 2008

Menjadi Warga Depok

Awalnya proses pencarian tempat tinggal dilakukan dengan memilah beberapa lokasi di sekitar Jakarta yang potensial dijadikan hunian. Karena aktivitas kerja di Jakarta, maka prioritas utama adalah wilayah di dalam kota Jakarta sendiri.

Karena ’harga tidak wajar’ untuk ukuran ’layak’ hunian di dalam kota, kemudian beralih di Jakarta pinggiran. Jujur sebenarnya surveinya sendiri tidak dilakukan dengan optimal karena padatnya waktu yang tersisa saat di Jakarta (dibandingkan di Palembang). Serta tentunya keinginan kuat untuk memproses sebuah rumah secepatnya (tahun ini).

Dan akhirnya, pilihan pun jatuh ke Depok. Kenapa depok? Inilah beberapa alasannya menurut saya.
1. Harga rumah yang ’relatif terjangkau’ dimana tetap bisa mendapatkan hunian’cukup layak’. Memang dari biaya hidup umumnya tidak jauh berbeda dengan Jakarta, namun indeks harga pasti lebih rendah dibanding Jakarta.

2. Sarana transportasi yang tidak hanya mengandalkan jalan raya, tapi juga kereta api (KRL) yang scheduled, banyak waktu dan varian. Jika bosan motor/mobil/bus, bisa sesekali naik KRL. Untuk jalan raya sendiri, konon nantinya akan dibangun jalan tol dari Simatupang sambung ke Depok. Menuju Jakarta pun bisa menggunakan jalur alternatif non Margonda (Beji-Kukusan).

Pun alasan pribadi, dengan jadwal kerja selama ini 2 minggu di Palembang, 1 minggu kantor Jakarta dan 1 minggu off, maka praktis dalam sebulan saya hanya ’terjebak transportasi’ Depok-Jakarta selama 5 hari kerja (kadang malah cuma1 hari ke kantornya). Dengan kondisi ini tentu sangat tidak ekonomis jika meneruskan tinggal kos sekalipun di belakang kantor.

3. Universitas Indonesia. Ya..karena UI jadi salah satu pertimbangan. Saya bukan UI (dan dari dulu tidak punya cita-cita masuk UI!), tapi lingkungan kampus (UI dan beberapa kampus lainnya) memang membuat suasana kota menjadi lebih energik dan dinamis. Secara track record akademik pun, lulusan SMU Depok masuk ke kampus unggulan. Indeks pembangunan SDM Depok selama 2006-2007 tertinggi di Jawa Barat. Jadi lingkungan akademik cukup terkondisikan, pastinya untuk masa depan anak-anak nantinya.

4. Lingkungan kota yang relatif nyaman menurut saya dan teman yang lainnya dibandingkan ’kota satelit’ Jakarta lainnya. Depok itu kecil dan terpusat (coba bandingkan dengan Bekasi dan Tangerang), masih ada pedesaannya dan cukup kental nuansa Islamnya. Tentu ini terkait dengan pengaruh lingkungan sosial terhadap kehidupan keluarga (anak) nantinya.

5. Alasan lainnya. Untuk yang terakhir ini, anda pun bisa membuat alasan kelima versi masing-masing.

***
Akhirnya tepat 2 tahun sejak mentas dari kampus, saya membeli sebuah rumah. Sebuah rumah milik sendiri. Tentu tidak menggunakan uang sendiri, Alhamdulillah..ada kesempatan yang bisa dimanfaatkan di kantor.

Rumahnya relatif ’tidak besar’, simpel dan siap huni (dengan sedikit perapihan). Tentu pertimbangan lokasi strategis menjadi dasar memilih lokasi hunian. Termasuk di lingkungan Kota Depok, tidak jauh dari terminal ataupun stasiun Depok Baru. Dekat SMP, SMU dan pastinya UI. Pasar tradisional hingga pasar modern, RS, dan bank juga mudah di akses.

Saat akad di depan notaris dan akhirnya transaksi di Bank, perasaan saya deg-deg an. Saya belum pernah transaksi sebesar ini, dan yang lebih lagi karena itu sebuah rumah. Cukup mendebarkan saat dijelaskan hak dan kewajiban sebagai pembeli dan pemilik rumah. Saya belum pernah merasakan yang seperti ini, mudah-mudahan perasaan yang baik sehingga timbul tanggung jawab untuk merawat dan mengelola rumah, tidak hanya sekedar tempat pulang.

Terima kasih atas dukungan dan do’a teman-teman semua. Suatu waktu silahkan berkunjung dan sampaikan via pesan pribadi saja. Sekarang kondisinya masih kosong karena harus dirapihkan dulu sebelum pengisian rumah (plus mengatur budget, maklum rumah pertama hehe).

Terakhir, saya ingin berbagi diantara sudut dalam rumah yang paling saya sukai berikut. Hmm, tidak harus pintar memasak. Tapi setidaknya ’dia’ mau belajar memasak buat saya, buat kami.. :)

Tuesday, November 11, 2008

[Disapproved] Kartu Kredit Mandiri

–----Original Message-----
From: *****.******@m*********.com [mailto:*****.******@m*********.com]
Sent: Monday, November 03, 2008 8:47 PM
To: Customer Care
Cc: *****.******@m*********.com
Subject: Mail Contact Us Bank Mandiri, Ticket ID : CBCC/0000097.11/08
Ticket ID : CBCC/0000097.11/08
Tanggal : 11/3/2008 8:46:59 PM
Bahasa : Indonesia
Nama : TRIAN
No.Identitas : 121908190484****
Alamat : ******** Office, Jl Gatot Subroto, Jakarta
Telepon : 0811190****
Nasabah : Nasabah Perorangan
Jenis masalah : Komplain
Topik masalah : Fitur Produk
Detail masalah : Kartu Kredit Mandiri Visa

Isi masalah : sudah 3 bulan (per 6 Aug 08) pengajuan kartu kredit saya menggantung. setiap telepon ke 14000 (sudah 3x) selalu bilang akan speed up. saya mengajukan aplikasi double kartu kredit dengan platform satu.
Dan saya hanya butuh kepastian, kalau tidak approved tidak apa-apa. Saya bisa cari bank yang lain. apa sebegitu lama untuk keputusan ya/tidak??

CC : Ya Attachment File : IP : 202.173.65.68

***
From: Customer Care [mailto:customer.care@bankmandiri.co.id]
Sent: Tuesday, November 11, 2008 11:55 AM
To: Trian Hendro Asmoro
Subject: [MV] Reply from Bank Mandiri CBCC/0000097.11/08

Bapak Trian yang terhormat,

Terima kasih atas kepercayaan Bapak kepada kartu kredit Mandiri.
Kami memahami ketidaknyamanan yang Bapak alami sehubungan dengan lamanya proses persetujuan pengajuan aplikasi kartu kredit Mandiri Bapak. Untuk itu perkenankan kami menyampaikan permohonan maaf.

Sehubungan dengan pertanyaan Bapak dapat kami sampaikan bahwa permohonan aplikasi kartu kredit MandiriVisa dan Mandiri MasterCard Bapak saat ini belum disetujui. Bapak dapat mengajukan kembali aplikasi kartu kredit setelah 6 bulan dari hasil pengajuan aplikasi terakhir.

Jika masih terdapat pertanyaan, Bapak dapat menghubungi kami melalui Call Mandiri (layanan 24 jam) di nomor telepon (021) 5299 7777 atau 14000 (pulsa lokal) atau melalui layanan email ini.
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Bapak, kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Customer Care Kartu Kredit Bank Mandiri

***
Note: Petugas minta fax copy kartu kredit lain yang digunakan at 6 Okt 2008 (Done per 7 Okt)
Kesimpulan: ???