Thursday, June 28, 2007

Save Energy!!!

Menyedihkan sekali, saat mendengar kabar akan terjadi rencana pemadaman bergilir listrik minggu lalu karena pasokan daya akibat kegagalan optimalisasi pembangkit listrik. Beberapa hari kemudian, sebuah gardu listrik meledak di jakarta sehingga 'mematikan' beberapa kawasan perkantoran penting Ibukota. Perusahaan listrik milik negara yang memonopoli listrik nasional ini tak henti-hentinya menimbulkan 'polemik' yang mengancam krisis listrik, seolah-olah melupakan peran utama-nya dalam penyediaan listrik.

Ok, ok lupakan saja saat Dirut PLN ditangkap, namun kemudian dibebaskan lagi dan sampai sekarang tetap memimpin BUMN pelat merah itu. Mari kita lebih melihat apa yang bisa kita lakukan untuk energi kita. Daripada menyalahkan PLN, toh ternyata menteri pun tak bisa berbuat banyak.

Jadi sebenarnya kita-kita lah yang seharusnya mulai ikut mengatasi krisis listrik tersebut. Dan ternyata, sangat banyak hal-hal kecil yang mampu kita lakukan setiap hari untuk bisa menghemat pemakaian listrik. Sehingga ketakutan beban puncak sehingga defisit daya tak terjadi. Hemat listrik, ujung-ujungnya kita juga yang akan lebih murah membayarnya. Intinya: matikan alat-alat listrik yang tidak digunakan dan efektifkan penggunaan alat-alat listrik (bisa kan?).

Sebagai contoh, apakah kita tahu? Bahwa:
- Energi yang dikonsumsi sebuah monitor komputer yang menyala diluar jam kerja setara dengan 4 lampu TL 20 W yang menyala saat jam kerja.
- Energi yang dikonsumsi sebuah mesin foto kopi yang dibiarkan menyala diluar jam kerja setara dengan energi untuk memfotokopi 1500 lembar.
(sumber: Energy Management Indonesia)

Lebih besar lagi, kita bisa melakukan hal-hal sederhana dan murah untuk menyelamatkan energi, Save our Energy. Karena sebagian besar energi yang kita gunakan saat ini adalah energi tak terbarukan. Jika kita tidak melakukan penghematan, penyelamatan energi, maka bisa jadi generasi esok tak bisa memakai apa yang sekarang kita nikmati, dan semoga mereka tidak bersama-sama menyalahkan kita.

Jadi, jika tidak sekarang oleh kita sendiri, siapa lagi yang akan melakukannya??
"duh, malam ini tidur pakai kipas atau cukup ..."

Catatan:
- Untuk tips hemat listrik alat listrik rumah, baca disini
- Untuk 10 langkah sederhana save energy, baca disini
- Disini juga bisa dibaca sebagai alternatif save our planet yang menarik

Monday, June 25, 2007

Dalam aktivitas IMB

Pada dasarnya semua manusia membutuhkan ruang-ruang untuk menyalurkan sisi sosial-nya, dimana yang paling sederhana adalah dengan melakukan aktivitas komunikasi dengan manusia lainya. Komunikasi dan interaksi yang lebih intim bisa dibangun oleh orang-orang yang mempunyai pandangan, atau kufu yang sejenis. Untuk yang seperti ini, batasan-batasan yang mungkin muncul tidaklah menjadi masalah besar untuk tetap merangkai interaksi sosial-nya.

Begitu pula yang dilakukan oleh Indonesian Muslim Blogger (IMB) atau biasa disebut muslimblog, sebuah komunitas maya blogger muslim yang mulai diinisiasi tahun 2004 oleh hanya beberapa orang dan sekarang mempunyai komunitas milis muslimblog dengan lebih dari 600 member. Hambatan ruang, tidak menjadi halangan bagi para penggiat IMB untuk eksis dalam blogosphere (dunia per-blog-an) Indonesia.

Saya sendiri mulai ikut dalam komunitas ini sekitar 1,5 tahun lalu dan mulai lebih aktif lagi kurang dari setahun yang lalu. Memang pada awalnya merasa canggung, karena sudah banyak blogger yang malang-melintang. Namun, lama kelamaan juga merasa terbiasa dan berani aktif di milis, karena bagaimanapun inti komunitas ini adalah membangun interaksi sosaial sesama blogger muslim.

Selain milis yang aktif, terdapat juga blog muslimblog serta beberapa aktivitas online maupun offline yang tersebar di bebarapa simpul kota-kota besar diantaranya Jabotabek, Bandung, dan Semarang. Diantara kegiatan tersebut adalah pelatihan blog atau penulisan, gathering, pernak-pernik IMB (kaos, pin dll), best post of the month dan kajian online muslimah.

Namun sayangnya, kegiatan-kegiatan tersebut sudah mulai tiarap dan butuh untuk dihidupkan kembali, karena bagaimanapun ada kendala ruang-waktu serta kesibukan masing-masing blogger. Kecuali untuk yang terakhir, yang masih aktif hingga saat ini setiap siang pada hari-hari tertentu via conference, dimana salah satunya digawangi oleh Unisa (bagi yang berminat, silahkan hubungi langsung beliau).

Dan akhir-akhir ini, tekad untuk kembali menghidupkan aktivitas IMB mulai bergejolak (semoga tidak temporer!). Mulailah milis ramai untuk pemilihan ketua umum (pilketum) IMB yang baru hingga muncul beberapa kandidat dan program yang kira-kira ingin digulirkan. Kemudian disusunlah Sabtu, 23 Juni lalu untuk kopdar (kopi darat) IMB yang diadakan di komplek Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru.

Begitulah, rencana disusun dan member yang konfirm datang lebih dari 10, namun yang datang tidak lebih dari 5 orang, yaitu Adhika, Unisa (plus suaminya) dan saya sendiri. Dan sesuai mandat para IMB’ers yang tidak datang maupun secara umum member yang lain (karena pembahasan pilketum dan kopdar sudah sejak sebulan lalu) kepada yang datang untuk bermusyawarah, (sesuai prediksi semula) maka ‘terpilihlah’ Mas Dhika sebagai koordinator IMB untuk 2007-2010.

Jujur, nama Ketua yang selama ini ada dinilai kurang pas oleh Mas Dhika karena untuk komunitas yang dibutuhkan adalah koordinator dan atau formatur. Dan ‘masa kepengurusan’ yang 3 tahun itu sendiri hasil kesepakatan kami saja, untuk menjembatani waktu 1 tahun yang terlalu cepat atau 5 tahun yang terlalu lama.

Kemudian, kami pun sharing tentang program-program yang mungkin bisa dijalankan setelah pastinya disampaikan di milis, dan ngobrol-ngobrol ringan lainnya mulai memposisikan blog, kampus hingga sastra (Mas Dhika ini juga moderator klub-sastra yang lama saya ikuti, sedang suami Unisa adalah senior satu kampus -dunia memang sempit!).

Secara umum, programnya tidak banyak berubah dan akan dicoba dihidupkan kembali program-program yang lama serta simpul-simpul di masing-masing kota. Namun tetap, bagaimanapun inisiatif dan kreativitas IMB’ers untuk menghidupkan komunitas ini sangat dibutuhkan.

Oiya, jika teman-teman blogger muslim ingin bergabung dengan komunitas ini silahkan kirim mail kesediaan ke muslimblog-owner@yahoogroups.com, karena milis muslimblog hanya via invitasi moderator (jadi harus bersiap juga jika ditolak, coba lagi dan lagi!). Seperti halnya di masyarakat, di komunitas (milis) pun ada hal-hal ‘menarik’ atau ‘kurang menarik’. Namun pastinya, mari ikut bersama menghidupkan komunitas ini untuk kemaslahatan kita bersama.

Hare gene intim sama internet ga punya blog? Temennya tomat.., cabe deh...! Hare gene punya blog ga ikut satupun komunitas blog? Beli nasi di pondok gede, basi deh..! ^_^

Catatan:
- Tambah milis, jangan lupa membuat filter supaya mail milis rapi tersisir.
- Mas Dhika sabtu 30 Juni akan berubah status menjadi suami, dan koordinator IMB seolah menjadi ‘kado terbaik’ dari IMB’ers.
- Kronologis kopdar 23 Juni versi cerita, silahkan baca disini (loading rada berat)

Bolehkah

Bolehkah seorang laki-laki menangis?
Bukankah air mata khusus diberikan pada wanita?

Namun aku,
Ingin mencurah rasa,
Ingin tegar menghadapi semuanya, atau
aku yang terlalu rapuh kali ini?

Tapi aku malu,
Tangis ini bukanlah sebuah tangis agung
Bukan tangis Rasul, Umar ataupun Khalid
Tangis ini sederhana,
Tangis manusia biasa yang diam
Tak bergerak, di depan sebuah tangis suci

Sebuah tangis yang sederhana,
Aku ingin menangis dengan sederhana
Sesederhana bunda memberi sayang kepada anaknya
Sesederhana sahabat yang bisa mengerti tangisku

Ibu, bolehkah seorang laki-laki menangis?

*tengah tahun, 2006

---
selamat ulang tahun, buat ibuku..

Monday, June 18, 2007

tentang memberi nama

Seorang bayi terlahir ke dunia, kemudian kedua orang tuanya pun 'menghadiahkan' sebuah nama padanya. Nama adalah do'a, sehingga memberikan nama yang baik adalah wajib.

Bagaimanakah nama yang baik itu? Yang memancarkan do'a disana? Disinilah, orang tua mencarikan nama-nama, yang kadang menemukan kesulitan. Meminta bantuan kerabat, teman atau tokoh kadang dilakukan.

Tidak ada pedoman yang pasti tentang memberi nama, intinya memberi nama yang baik (dan do'a tadi). Bagi orang Islam, nama yang baik diidentikan dengan nama-nama Islam (baca: Arab). Apalagi bagi para aktivis pergerakan Islam yang marak dewasa ini. Sehingga bisa kita jumpai hari-hari ini, nama-nama 'Islam' sangat ramai di tengah-tengah kita.

Namun menurut saya, nama yang baik bukan hanya nama dalam bahasa Arab semata. Dan secara substansi, nama baik bisa dihadirkan dalam bahasa indonesia, daerah semisal jawa atau bahasa asing lain yang memberikan arti kebaikan, harapan atau do'a.

Dan karena nama juga identitas, maka pencantuman 'identitas lokal' dalam sebuah nama anak ada bagusnya. Bukan berarti nama yang semua Arab itu kurang baik, namun lagi-lagi secara substansi nama non-Arab pun bukan masalah.

Yang kadangkala pula, nama Arab (atau asing) lebih sulit diucapkan oleh lidah indonesia, seperti nama Muti'ah Najiatuzzahra. Alih-alih memberikan do'a, jangan-jangan karena salah ucap bisa berbeda artinya. Apalagi jika pemberiaan nama ala Arab dilakukan secara serampangan asal terlihat keren, misal: Muhammad Imam Syaithoni (?!?!!).

Menurut saya, justru merupakan 'keindahan' jika nama 'Islam' tersebut digabungkan dengan nama-nama lokal, semisal dalam istilah jawa atau sunda. Semacam kombinasi, antara identitas 'universal' Islam (bahasa Arab) dan identitas lokal. Dalam istilah yang lebih rumit, membuat tidak tercerabutnya lokalitas dalam sebuah nama. Contoh yang menarik, dari nama Nadya Paramitha-Nadya dalam arab artinya penyeru, sedangkan Paramitha dalam khasanah jawa artinya anggun), buah hati kedua antara mbak Helvy Tiana dan mas Tomi.

Hal ini pula yang sering saya sampaikan, jika bertemu seorang kakak, atau kenalan yang sang istri baru melahirkan dan sedang dalam pemberian nama bagi anaknya, atau yang sedang hamil tua. Selama ini dari beberapa orang rata, dan ada yang pada akhirnya tetap memberikan edisi full-Arab-version. Bukan jadi soal (apalagi saya 'orang luar' yang memberi pesan), karena sekali lagi, sebstansi nama adalah do'a dan harapan.

**
Lalu, jika kemudian kita diberikan kesempatan untuk mengusulkan nama, seperti tengah bulan lalu saya mencoba bernostalgia dengan masakan Mas Muslimin. Istrinya yang dinikahi beberapa bulan lalu, sedang mengandung bulan ke-5. Dan sekalipun sering meminta kakak atau teman untuk memberikan nama anaknya dengan kombinasi universal-lokalitas diatas, memberi usulan sebuah nama, tentu bukan perkara gampang. Pun Mas Muslimin juga setuju dengan usul adanya kombinasi tersebut.

Waktunya kurang lebih 2 bulan lagi. Dimana setelah nyari-nyari di internet, belum ada source nama-nama terutama bagian identitas lokal. Apa harus membuka Primbon kembali? Kalau sudah seperti ini-meminjam ucapan seorang guru, ane kan jadi bingung!.

Jadi kalau teman-teman ada usulan, silahkan dituliskan. Bener, mohon sharing-nya. Untuk nama laki-laki dan perempuan, sekaligus artinya kalau bisa. Terima kasih banyak.

Note: postingan ini akan 'relatif lama', dan update sesuai usulan nama yang masuk.

- Syaifullah Muhammad Abdi // Ghina Sukma Paramitha (terima kasih Mr Fajarsyah)
- // Halwa Lutfiah (terima kasih Pyuriko)

Friday, June 15, 2007

Cerita kakak dan adiknya

apa yang kamu lakukan? Sedih sekali melihatnya. Coba bayangkan kerja keras orang tua. Mikir!! Apa ga malu? Apa kamu tidak kasihan dengan mereka?..”

Hening. Dua anak manusia duduk di pagar kebun. Yang putri dan lebih besar, berseragam biru-putih, tersedu dalam mengucap kata-kata diatas. Si kecil, hanya bisa diam tak berkata-kata. Ah, anak kecil itu masih terlalu dini untuk diajak berpikir dewasa atas tindakan yang lakukannya. Masih terlalu dini untuk tahu, apa arti tangis seorang perempuan. Masih terlalu dini.

Yang berjongkok di depanya hanyalah kakak kedua, sedang kakak pertama seolah sedikit peduli dengan hidup si kecil. Bahkan saat balita pun, ibunya sering cerita batapa kakak kedua lebih sayang kepada si kecil. Makan digendong dan harus sambil menonton sapi di kebun, atau mencuci bekas kotoran di celana si kecil di sungai, adalah dua pekerjaan yang telaten dilakukan sang kakak kepada si kecil.

Lalu si kecil beranjak sadar. Namun, tidak banyak yang si kecil ingat tentang kakaknya masa itu. Selain daripada kedua kakaknya berangkat sekolah pagi hari dengan bersepeda sejauh kurang lebih 5 km. Kedua kakaknya, ingin punya sepeda sendiri-sendiri. “Biar lebih bebas”, kata mereka. Dan dari itu, kentara sudah betapa kedua kakaknya itu seperti dua putri sama namun berbeda.

Mereka bertiga, si kecil dan kedua kakaknya, adalah anak yang selalu dilibatkan dalam urusan keluarga. Tentang pendapatan orang tua, sejak umur 7 tahun si kecil pun tahu berapa gaji ayahnya. Sehingga dari kakaknya, sering si kecil berhitung pendapatan rata-rata setiap hari, dan merasa bersalah bila dalam satu hari meminta sesuatu yang melebihi pendapatan rata-rata itu.

Untuk urusan rumah, si kecil selalu melihat saban pagi hari bahwa mereka berbagi kapling kebersihan. Kakak pertama untuk rumah depan, kakak kedua untuk rumah belakang, ayah untuk halaman depan, dan ibu untuk dapur. Dan terlalu kecil, jika si bungsu harus mengangkat sapu. Kakak pertama-kedua, selisih 1.5 tahun, sedang kakak kedua dan si bungsu, selisih 7 tahun.

Dari kakak keduanya, si kecil juga dibimbing belajar saat menjelang mendekati ujian. Si kecil ingat kala itu, rangking pertama caturwulan pertama saat kelas satu di sekolah dasar berhasil didapatkannya. Tentu, terutama berkat kakak keduanya lah yang mengajari cara berhitung, mengeja, membaca dan menulis, terutama saat malam hari menjelang ujian.

Dan lambat laun, si kecil pun mulai belajar tentang apa arti perempuan jelita bagi laki-laki dewasa. Tahu apa arti perhatian, dan belajar dari kedua kakaknya arti kedekatan. Bukan, bukan dari kedua kakaknya persisnya. Karena sama tak serupa, maka si kecil lebih banyak mendapatkan dari kakak keduanya. Sedang kakak pertama, terlalu keras sikap dan pendirian. Sekalipun sering dikatakan kedua orang tuanya, kakak kedua lebih malas daripada kakak pertama, namun ternyata konsistensi kakak kedua-lah yang membuktikan ukuran kepintaran itu.

Hubungan si kecil dan kedua kakaknya mulai merenggang, setelah kedua kakaknya masuk di sekolah atas di kota. Jarak setahun tingkat kelas mereka, dan pergi pulang setiap hari dengan sepeda motor mereka lakukan bersama. 25 km, jarak kota itu dengan kampung rumah mereka. Dan karena alasan kesehatan, maka sang kakak kedua lah yang banyak membonceng kakak pertama.

Hingga suatu siang, saat si kecil kelas 4 dasar, didengarnya berita kakak keduanya kecelakaan. Oh, hari itu seharusnya kedua kakaknya berangkat sekolah bersama. Namun, sang kakak pertama tak sehat hari itu dan kakak kedua akhirnya berangkat sendiri. Dan, terjadilah siang itu sebuah bus menghantam sepeda motor dan pengendaranya. Si pengendara, langsung dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi sekarat.

Sepulang dari rumah sakit di atas kendaraan, sayup-sayup terdengar, cerita betapa sang kakak kedua menunggu ibunya untuk berucap selamat tinggal. Selamat tinggal untuk selama-lamanya. Seorang anak yang manis, sekalipun malas namun bisa membuat suasana selalu nyaman.

Dan seorang kakak berarti bagi adik bungsunya, si kecil. Setengah tak percaya, si kecil memegang wajah tertegun dengan kedua tangannya sepanjang jalan pulang, dengan bulir air hangat membasah kelopak matanya. Air mata penghayatan seorang anak kecil.

Jadi, jangan bertanya tentang air mata kepada si kecil, karena air mata adalah pelajaran perasaan yang didapatkan paling dini dan ditinggalkan paling akhir dari kakakya. Dan jangan pula bertanya tentang arti perpisahan kepadanya, karena dia pun sudah mengalami saat-saat itu di masa kecilnya.

Dan sekarang, saat si kecil beranjak dewasa menatap kehidupan, betapa seolah kehadiran kakak kedua dibutuhkan olehnya. Si kecil ingin belajar lagi, apa arti kasih sayang, perjuangan dan keikhlasan. Dan tak lupa, ingin sekali si kecil merebahkan kepala di atas pangkuan kakaknya. Seperti dulu lagi, untuk mengantar si kecil berangkat mimpi.

Wednesday, June 13, 2007

Senyum bocah lawu

Menemukan kereta luncur pengangkut sayur di jalanan Gunung Lawu adalah hal menarik, karena kereta itu tak bisa ditemukan sepanjang waktu di setiap harinya. Dan saya menemukannya dalam perjalanan pulang saat berkunjung singkat ke Sarangan lalu.

Tampak dari belakang dua anak kecil masing-masing mengendalikan kereta luncur mengangkut sayuran, tampaknya sayur kangkung. Seorang anak lagi naik di bagian belakang salah satu kereta. Kereta tanpa bahan bakar, hanya mengandalkan perbedaan ketinggian untuk meluncur menuju tempat yang lebih rendah. Kereta meluncur kencang dengan dikendalikan arah-kecepatannya dengan kemudi serta rem di tangan pengemudinya.

Kereta ini biasanya membantu para petani sayur pegunungan mengangkut sayuran ke pasar di daerah yang lebih rendah. Disini, kereta luncur digunakan untuk mengangkut sayur dari daerah Sarangan atau Kecamatan Plaosan atas menuju Pasar Tradisional Plaosan.

Segera saja saya menyalip dan mengambil gambarnya dari arah depan. Bocah-bocah lawu ini tampak senang dan tersenyum cerah, secerah tengah siang itu. Beberapa saya menyalipnya, mengambil gambarnya. Dan tanpa disengaja oleh bocah-bocah, ada sedikit ikat sayur yang jatuh. Hanya ikat kecil sayur, tapi mereka tetap harus mengambilnya. Bocah yang tidak mengemudilah yang mengambil dan saya pun kemudian berbincang dengan dua bocah pengemudi.

Segera saya menjulurkan tangan, menyebutkan nama kepada masing-masing. Mereka tampak ragu menanggapinya. Aku lihat sekilas, tangan mereka penuh tanah kering yang melekat. Coklat. Sudahlah teman, lupakan tangan kotor itu. Jabat saja tanganku. Tangan kalian lebih mulia daripada tangan ini. Ingin sekali kukatakan itu. Kumajukan lagi tanganku, dan mereka pun akhirnya menyambutnya.

Namanya Agus dan Heri. Heri, kelas 6 SD yang pastinya sudah selesai UN saat itu dan sedang menunggu proses masuk SMP. Agus, sudah kelas 1 SMP. Ah, sayang saya lupa menanyakan dimana mereka sekolah. Tapi mereka tinggal di sekitaran Sarangan atas.

Agus dan Heri memakai bahasa Jawa Krama Alus (tingkatan di bawah Krama Inggil -tingkatan tertinggi dalam bahasa Jawa), sekalipun saya menanyainya dalam Jawa Ngoko (bahasa keseharian, pergaulan). Betapa mereka tahu tata-krama, hal yang rasa-rasanya semakin menipis saja di kehidupan kita.

Senang berbicang dengan mereka dalam bahasa seperti itu. Dengan orang jawa dalam situasi pergaulan informal, saya selalu lebih suka dengan bahasa itu. Lebih enak, dan dekat. Paling tidak nyaman menanggapi, jika ada orang jawa dalam bicara informal memakai Bahasa Indonesia. Dalam kamus gaul, blagu!. Toh Bahasa Indonesia-nya juga Indonesia logat Jawa.

Agus bertanya, mau dikemanakan foto-foto yang kuambil tadi. “Apa dimuat di koran?” tanyanya. Kontan saja saya jawab tidak di koran, hanya untuk pribadi. Ah, seandainya mereka tahu kalau saya ingin sekali menulisnya disini, di blog ini. Blog, internet, terlalu asing jika itu dipaksa-katakan kepada mereka, bocah-bocah lawu itu. Maafkan mas, Agus.

Bocah yang mengambil sayur jatuh sudah kembali, sekali lagi mereka saya ambil gambarnya. Si bocah pengambil meminta uang pada saya sambil bercanda. Saya hanya menjawab dengan senyum. Oh, uang tak akan bisa membayar pelajaran yang saya dapat dari kalian hari itu. Percayalah dik!

Jika awal Juni itu, sebagian kecil teman-teman kalian di kota besar bergembira merayakan Hari Anak, maka kalian disini sebenarnya lebih layak mendapatkan makna hari itu. Keceriaan, kalian selalu dapatkan bahkan dalam kondisi kalian harus ikut bekerja membantu orang tua kalian yang mungkin telah menunggu kalian di pasar hari itu. Keramahan, kalian benar-benar bisa menghargai orang lain lewat bahasa komunikasi. Dan tanggung jawab, seikat kecil sayur jatuh yang kalian ambil telah tunjukan itu.

Saat akan meninggalkan mereka, kusapa lagi mereka. Kupesankan untuk belajar yang benar. Lalu apa lagi? Saya sangat yakin, jika bocah-bocah lawu ini adalah aset daerahnya, Magetan serta bangsa ini di masa depan. Selamat menggapai cita-cita adik-adikku.

Monday, June 11, 2007

Bermilis-ria dengan Gmail

*Karena sedikit pengetahuan bisa dibagi, dan tidak semua orang tahu tentang suatu hal

Seperti yang sudah sedikit saya jelaskan saat merapikan accounts, gmail jadi pilihan karena:
1. Untuk satu subyek bahasan (balas-berbalas) jadi 1 thread, kecuali subyek berubah. Dan ini sangat nyaman buat milis.
2. Filter di gmail lebih dari Yahoomail yan
g hanya 15 (mungkin unlimited).
3. Dari pengalaman, Gmail relatif lebih sedikit spam!
4. Login gmail integrated utk seluruh google accounts (blogger, gtalk, reader etc yg banyak).

Untuk alasan kapasitas, tidak penting karena Yahoo pun sudah besar dan kabarnya akan unlimited. Tapi Google selalu punya strategi perlawanan.

Dan untuk untuk bermilis-ria dengan Gmail, pastinya kita harus sudah sign up di Gmail. Selanjutnya, kita perlu membuat filter (pemilah mail). Caranya:
1) create filter, kemudian akan muncul kolom create filter.

Ada beberapa pilihan. Biasanya orang akan memilih To (misal, To: milis@yahoogroups.com ), dimana setiap mail yg dikirimkan milis itu (dan dikirim ke kita sebagai membernya) akan difilter. Kelemahannya, seringkali orang mengirim ke milis melalui BCC yang tidak terdeteksi oleh filter diatas.

Sehingga saya cenderung untuk menggunakan Subject dan diisikan dengan nama milis saja, tanpa embel-embel yahoogroups.com (misal, Subject: Milis). Tapi untuk beberapa milis, nama milis yang biasa didalam [...] setiap mail dari milis, sudah diganti. Dan ini harus dilihat lagi nanti setelah bergabung di milis tersebut (tapi biasanya tetap menggunakan nama milis).

Awas, gmail menggunakan logika 'and' dalam aturan filter, antara To, From, Subject, Has word etc . Jika kita mengisi semuanya, justru kemungkinan banyak mail milis yang lolos karena logika 'and' yang tidak dipenuhi (beda jika 'or'). Sehingga sebaiknya memilih salah satu saja (CMIIW).

2) next step
3) centang skip inbox, supaya mail milis tidak ngendon di inbox (jadi inbox hanya untuk non-milis).
4) apply label > new label. Beri nama label/folder sesuai keinginan kita atau sesuai nama milis.

Lalu kita butuh create filter lagi buat owner milis (moderator yang biasa memberikan banyak info ke milis, dan seringkali ’lolos’ kalau tidak ikut difilter). Ulangi langkah create filter diatas, tapi sekarang di kolom from. Contoh, from: milis-owner@yahoogroups.com (maksudnya, semua yg dari/from moderator bakal difilter). Dan pastinya, apply label ke label yang sama dengan sebelumnya.

Create Filter juga bisa digunakan untuk memfilter mail dari teman-teman kita (atau penyedia layanan macam friendster) yang sangat sering berkorespondensi. Jadi, kita bisa memilahnya khusus masuk ke folder (label) tertentu dan tidak menyesakan inbox.

Selanjutnya, bagaimana migrasi mail (misal: nama@yahoo.com) yang sudah menjadi member di sebuah milis Yahoo (misal: milis@yahoogroups.com) ke gmail baru kita (misal: nama@gmail.com) tanpa harus men- unsubscribe terus subscribe lagi ke milis tersebut.

Begini langkah-langkahnya:
Pertama,
masuk aja yahoogroups (biasa langsung bisa sign in jika mail yahoo sudah terbuka). Klik bagian atas ada my account > edit member, tambahkan mail baru (nama@gmail.com). Mail baru tersebut butuh utk di-verified. Jadi cek inbox gmail tersebut dan lakukan verification mail. Dari sini, kita masih perlu untuk mengubah mail default di sebuah milis denganh mail baru yang sudah verified. Maka lakukan langkah kedua di bawah.

Kedua, add mail baru dari halaman group. Masuk ke group misal milis, klik edit membership/add new mail address. Dari sini, mail juga butuh utk di-verified seperti langkah diatas. Dan yang penting, jangan lupa untuk Save Changes.

Dari my account/edit member, juga bisa menghapus mail yang tidak kita ingin pakai lagi (misal mail domain kantor). Yang tidak bisa dihapus dan ditambahkan adalah mail dari Yahoo, karena sudah default (sebagai account kita di yahoogroups).

Jika seperti ini, maka 28 milis (dan mungkin lebih) pun bukan masalah. Dan email pun tersisir rapih. Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.

Disclaimer: No promotion of gmail and don't call me a gmail engineer! (^_^)

Thursday, June 07, 2007

Sekilas Sarangan-Magetan

Dalam sebuah long weekend lalu, saya berkesempatan untuk mudik ke Magetan, kota kecil di Jawa Timur bagian barat (rumah saya sendiri bukanlah di 'kota'-nya). Dan seperti biasa, selalu ingin untuk mencoba tanjakan menuju Sarangan, dilanjutkan naik ke Cemoro Sewu, persis di lereng Puncak Gunung Lawu.

Sarangan adalah sebuah lokasi wisata di dataran tinggi Gunung Lawu, dengan obyek utama telaga dan air terjun, dikelilingi nuansa pegunungan yang khas. Dari Magetan masih ada 17 km arah barat (menuju gunung) untuk tiba di Sarangan.

Ini adalah jalan menuju sarangan, yang kelihatan berkelok-kelok tapi indah. Buat pengendara motor, ini akan menjadi sangat menyenangkan. Menguji skill berkendara sekaligus menikmati segarnya udara. Membuat rindu jika lama tak melakukannya.





Gambar berikut adalah Telaga Wurung (terima kasih mbak edratna) yang ada sebelum di kawasan wisata Sarangan. Lake view -nya terlihat dari jalan menuju sarangan. Masih alami, normalnya sepi dan biasanya ramai saat musim memancing (serta cocok untuk 'dunia milik berdua' - tapi kata mbak edratna, pamali!).




Setelah beberapa kali belokan-menanjak, maka kita akan tiba di pintu utama masuk kawasan wisata Sarangan. Saya tidak tahu persis berapa tiket masuknya sekarang-dan mungkin sejak dulu pun tidak pernah tahu!. Karena dulu biasa saya (dan teman-teman) masuk kesini melalui 'jalur gang' sehingga mampu melewati pos penjagaan. Dan kemarin, karena tujuan naik lagi (Cemoro Sewu) maka lewat saja. Toh kalaupun masuk ke lokasi wisata sarangan, akan ada pintu pemeriksaan lagi (yang bisa 'jalur gang' juga - awas, hanya untuk Magetan asli!).

Sekilas dari arah jalan ke Cemoro Sewu, terlihat Telaga Sarangan yang sudah 'tidak perawan'' lagi karena banyak dikelilingi bangunan-bangunan, mulai pasar tiban hingga hotel.






Naik terus, terdapat jalan yang menghubungkan antara Sarangan (Magetan) dan Tawamangu (Karanganyar). Jalanan ini mempunyai gradien tinggi, dan sangat menyusahkan bagi pengendara yang kurang berpengalaman (3 mobil pada hari itu mogok!). Semoga gambar di samping bisa menunjukan bahwa jalan ini benar-benar naik terjal (bahkan mungkin hingga 45 derajat), dan berbelok tajam. Dan saya pun pernah tersungkur dulu, saat menuruni jalan di Tawamangu menuju Jogja.

Karena alasan terjal-tajam serta sempit itulah, Pemda Magetan sejak beberapa tahun lalu menggagas proyek jalan tembus yang lebih smooth. Rencananya, jalan tembus (berawal dari sebelum main gate Sarangan sampai Cemoro Sewu) ini selesai pembangunannya agustus 2007 ini (tampaknya akan molor). Dengan jalan ini, maka Solo-Madiun yang biasa 2 jam bisa 'hanya' 1 jam-an. Ceritanya 'bermimpi' seperti puncak, Bogor (semoga jadi memacu pertumbuhan ekonomi Magetan).

Kemudian tibalah di Cemoro Sewu, sebuah desa yang masuk wilayah Magetan, dimana Cemoro Sewu (bahasa jawa, yang arti 'melayu'-nya: Seribu Cemara) ini adalah titik pendakian menuju puncak lawu. Gambar disamping adalah gerbang menuju track puncak lawu.




Disini, udaranya sangat dingin. Saat itu, Jam 11 siang namun kabut tak menghalangi untuk menyelimuti Cemoro Sewu. Saya dengan 'jaket ospek' masih merasa sangat kedinginan dengan suhu udara yang mungkin sekitar 18 derajat celcius.





Ada beberapa kedai disana, yang menyajikan makanan khas wisata gunung, semisal jagung bakar, sate kelinci (katanya ada yang monyet?) dan pastinya minuman hangat. Cukup ramai juga hari itu. Tapi saya tidak menyempatkan duduk, karena garing kalau mampir sendirian.




Dan untuk memenuhi 'kangen' para mas/mbak alumni SMU kami tercinta (SMU 1 Magetan), maka saya sempatkan mengambil gambar gerbang depannya, yang persis menghadap jalan raya Magetan-Sarangan (jadi jangan salahkan kalau anak SMU sering 'naik').




Terakhir, ini adalah sajian gethuk pisang (ada campuran ketela juga) yang ditaburi kelapa serut diatasnya, plus segelas dawet. Menu khas ini bisa ditemukan di perempatan Tawang (saya lupa nama jalan-nya). Sekalipun sederhana dan lumayan murah (2500 untuk gethuk dan 1500 untuk dawetnya), tapi sepertinya akan potensial jika sajian seperti ini dibawa ke kota besar (?).


Bagaimanapun juga, 'kampung halaman' memang selalu membuat kita rindu untuk mengunjunginya.
Saranga

Monday, June 04, 2007

Memandang pekerjaan

Bekerja adalah niscaya, seperti halnya bergerak. Manusia tak hidup bila tak bergerak, sehingga manusia pun tak bisa hidup kecuali dengan bekerja (dalam arti umum).

Berbicara tentang bekerja, terutama sebagai karyawan, dalam keadaan 'sulit' dan modern seperti ini, maka terdapat dua perspektif dalam memandang kondisi bekerja.

Pertama, perspektif sebagai hamba yang bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Hal ini karena mencari dan mendapatkan pekerjaan tidak bisa dikatakan gampang. apalagi untuk pekerjaan tepat sesuai dengan keahlian, kemampuan dan kemampuan-nya.

Sehingga, perspektif pertama dalam bekerja yang harus disikapi oleh 'menusia pekerja' adalah bersyukur karena dirinya telah mendapatkan pekerjaan. dan syukur ini, hendaknya tak hanya cukup diucapkan, melainkan harus pula dilanjutkan dengan tindakan, misal dengan zakat (jika sudah memenuhi nishob) dan atau infak.

Kedua, perspektif profesional. Disini, melakukan pekerjaan yang diberikan dan menjadi tanggung jawab dirinya dengan sungguh-sungguh, profesional. Keberadaan pekerja di kantor (atau tempat kerja), harus efektif untuk melakukan pekerjaan. Berapa digaji, maka diberikan timbal baik yang (minimal) setimpal dengan gajinya tersebut.

Dalam perspektif profesional ini, maka selalu untuk berkembang dan berkembang adalah kebutuhan. Sehingga, mencari tempat kerja yang lebih baik kadangkala menjadi solusi bagi jiwa yang selalu tertentang ingin berkembang dan maju. Dan dalam pandangan profesionalisme, berpindah kerja untuk sesuatu yang lebih baik (bukan hanya salary, tapi hal-hal lainya semisal personal development, prestise perusahaan, proximity to home, visi masa depan-sekolah lagi, dll). Dan prinsip dalam keinginan berpindah adalah, jangan melepaskan merpati di genggaman sebelum mendapatkan rajawali yang masih di angkasa.

Jadi, jika kita bekerja atau sedang akan melangkah bekerja, dua sayap perspektif bekerja diatas selayaknya harus digunakan. Dan akhirnya, selamat bekerja.

to work is to learn, earn, and contribute