Minggu lalu saya melakukan perjalanan backpacking bersama dengan empat rekan lainnya dalam 6 hari melintasi tiga negara, yakni Vietnam, Kambodia dan Thailand. Backpacking yang menantang, karena semuanya dilakukan mandiri dengan mengandalkan internet.
Tulisan ini merupakan seri pertama yang merupakan ringkasan perjalanan tersebut, terutama terkait dengan transportasi dan waktu perjalanan-nya. Seri-seri tulisan berikutnya (mungkin) akan membahas hal-hal lain yang lebih spesifik, misal dari sisi tempat wisata ataupun kejadian menarik khas backpacking lainnya.
Secara singkat, rute dan waktu perjalanan backpacking HSB ini adalah:
Hari pertama: Flight Jakarta-Ho Chi Minh City (Departure 15.30). Night market HCMC
Hari kedua: Sightseeing HCMC, Shopping. Bus HCMC-Pnom Penh (Dep 15.00) + rental mobil PNH-Siem Reap (arrival 03.30 hari ketiga)
Hari ketiga: Angkor Wat (small tour), Night Shopping
Hari keempat: Bus SR-Bangkok (Dep 08.00, arrival 19.00). Night market Bangkok.
Hari kelima: Grand Palace, Chinatown, Shopping
Hari keenam: Vimanmek Massion. Flight Bangkok-HCMC (Dep 04.00) + Flight HCMC-Jakarta (Dep 20.20, arrival 23.00)
Hari Pertama - Senin 2 April 2012 (HCMC)
Perjalanan pesawat Air Asia berangkat dan tiba di HCMC sesuai dengan jadwalnya. Karena backpacking, tiket yang digunakan pun 100% promo dengan tanpa tambahan apapun itu (bagasi, makanan, asuransi, dll). Perjalanan 3 jam masih bisa dilawan tanpa adanya hiburan personal yang biasanya menyertai penerbangan full service. Dan satu-satunya yang tidak bisa dilawan adalah lapar! Maka satu persatu kami membeli makanan atau minuman yang ditawarkan pramugari.
Tiba di HCMC, begitu masuk ke gedung bandara yang dilakukan pertama adalah foto-foto (hehe). Proses imigrasi berjalan lancar, pun Vietnam tidak membutuhkan semacam arrival card untuk memproses imigrasi. Sederhana tapi sangat efisien, karena masih banyak negara (termasuk Indonesia) yang masih menggunakan model arrival-departure card itu dalam proses imigrasi. Namun kesan bandara yang efisien ini akan dibuktikan di hari terakhir ketika menjadikan Vietnam sebagai hub dari Bangkok ke Jakarta.
Setelah sampai di Hostel NgocThao di sebuah gang Jalan Pham Nguc Lao, maka jalan-jalan malam pun sayang jika dilewatkan. Targetnya adalah Night Market di Ben Tanh Market (600 meter dari Hostel) dan makanan halal. Sekilas melihat dan mencoba menawar harga-harga di pasar malam itu, namun mungkin karena gensi masih tinggi maka belum ada barang yang terbeli malam itu. Makanan halal pun akhirnya lebih memilih kembali ke kedai Pakistan di sebelah Hostel, karena sepanjang jalan ke pasar ternyata tidak ditemukan kedai halal. Jam 00.00, kami masuk hostel, dan tidur sekitar jam 01.00 setelah mandi.
Hari Kedua – Selasa 2 April 2012 (HCMC)Hostel menyediakan sarapan dengan empat pilihan menu. Setelah yakin bahwa 2 pilihan menu halal, maka 2 menu tersebut menjadi pilihan bersama kami, yakni Pancake dan Roti + Telur. Kami berlima menyewa 1 kamar dormitory dengan 8 tempat tidur, maka otomatis kami pun berhak mendapat 8 set menu sarapan (aktualnya yang habis hanya 6.5 set!).
Kemudian jam 8 dengan menggunakan taksi menuju War Museum sebagai target pertama. Museum ini menceritakan kisah Vietnam yang diserang Amerika, tentu dengan lebih banyak dari sudut pandang Vietnam.
Berikutnya dengan berjalan kaki 400 meter menuju Independence Building, sebuah gedung perumusan dan kongres kemerdekaan Vietnam. Kami hanya sebentar di gedung ini, entah karena kelelahan belum biasa berjalan kaki atau waktu mepet karena harus berangkat dari HCMC menuju PNH jam 15.00, sedang target belanja belum dilakukan.
Dengan berjalan sekitar 400 meter lagi, kami mengambil gambar di depat Gereja Catedral. Lalu dengan taksi, kami menuju Ben Tanh market untuk berburu souvenir. Sekitar jam 13 kami sampai hotel, dimana sebelum berangkat pagi sudah memesan tiket bus ke PNH jam 15. Makan siang dengan mencampur rendang perbekalan teman dan nasi dari hostel serta sedikit Pop Mie. Kami berpikir nasi itu harus beli, ternyata ketika akan membayar pemilik hostel malah menggratiskan. Mungkin pemilik hostel melihat wajah-wajah ngirit kami yang makan menu ‘seadanya’.
Sesuai jadwal bus berangkat Jam 15 menuju PNH dengan hanya sekitar 40% kursi terisi. Karena kecapekan, belum sampai keluar kota HCM saya sudah tidur dan bangun jam 17 sesaat sebelum sampai perbatasan. Proses imigrasi berjalan lancar baik keluar Vietnam atau masuk Kambodia karena dibantu oleh awak bus Mekong Ekspress. Tentang liku-liku di border, saya (mungkin) akan membahasnya di lain waktu nanti.
Kami beli nasi putih di border ini mengingat akan sulit mencari makan lagi karena tujuan Siem Reap masih 6 jam lagi dari PNH. Maka, di dalam rental mobil sambil bergelap itulah kami makan berbagi rendang yang tersisa siang tadi. Lalu tidur pulas sampai tiba di Siem Reap keesokan harinya.
Hari Ketiga– Rabu 3 April 2012 (Siem Reap)Mobil berangkat dari PNH jam 21 malam sebelumnya, sampai di Hostel Downtown Siem Reap jam 03.30. Kami sebenarnya sempat menambah 1 malam lagi di Hostel itu jika sampai di SR Rabu dini hari. Ternyata sampai sudah 03.30 dan jam 5 akan dijemput lagi untuk tour ke Angkor Wat, maka 1 malam tambahan dibatalkan. Setelah dijemput dan tiba di pintu gerbang lokasi, loket sudah sangat ramai oleh turis mancanegara yang ingin berburu sunrise di Angkor Wat.
Di Angkor Wat sendiri, sudah banyak turis bersiap dengan beragam jenis kamera mengabadikan Sunrise. Setelah Angkor Wat, kami ke komplek Bayon dan Ta Phrom. Sekedar info, Ta Phrom ini adalah lokasi syuting Mrs Pitt dalam Tomb Raider. Sorenya, kami berburu Sunset di Phnom Bakheng yang harus naik ke bukit sekitar 400 meter.
Sebuah kesempatan langka buat kami bisa makan siang masakan halal di SR siang itu. Kami memang keluar komplek Wat untuk makan siang ke kampong muslim di SR. Tak menunggu lama, makanan seafood itu pun ludes semuanya. Tercatat, makan siang itulah adalah makanan terbaik selama backpacking ini!
Malamnya, belanja di Night Market SR yang berjarak 250 meter dari Hostel cukup mudah. Berbeda dengan Ben Tanh (dan Night Market Bangkok) yang harus menawar paling tidak 1/3 sampai 1/2 dari harga pembukaaan, di SR proses nego hanya bisa bergerak di turun 20%-an. Tentang liku-liku belanja ini, saya pun akan mencoba membahasnya di lain waktu nanti.
Hari Keempat-Kamis 4 April 2012 (SR to Bangkok)
Jam 8 pagi kami sudah siap di pool bus menuju Bangkok. Ok, sebenarnya bus hanya dari SR ke border kemudian setelah masuk border Thailand berganti mobil Toyota berbodi Alphard (interior seperti mobil travel) dan berbahan bakar gas. Dari jadwal jam 03.30 yang ‘dijanjikan’ di agen SR, ternyata jam 7 malam kami baru sampai di Bangkok. Ditambah pula, turunnya di pinggir jalan Bangkok, bukan di tempat umum yang mudah bertanya tentang arah. Untungnya salah satu rekan kami membawa GPS (ipad) sebagai bahan nego Tuk-tuk menuju hostel (Thanks to him, yang juga membawa rendang buat kami hehe).
Sebenarnya ada opsi kombinasi selain bus dari SR ke Bangkok dan rencana ini sebenarnya rencana awal kami dengan menimbang kesempatan naik beragam moda (kereta ekonomi). Saya kopikan dari lonely planet sbb:
Step 1, travel from Siem Reap to Poipet by bus or private car: In the morning take a private car, bus or share taxi from Siem Reap to Poiphet on the Thai frontier, it's around 152 km or 95 miles. A private car will cost around $25 for 1 passenger for the whole vehicle, $40 for 2 passengers, and takes around 2 hours 25 minutes so you can safely leave just before 09:00. An air-conditioned bus takes around 3 hours with departures from Siem Reap bus station (3 km east of the town centre) at 07:30 and 08:30, fare $9, with free hotel pick up prior to those departure times. You can buy bus tickets or arrange a private car at any of the many travel agencies around town the day before departure.
Step 2, walk across the border into Thailand: You'll be dropped at the entrance to the border point at Poipet. Complete the passport stamping and fingerprint scanning at the Cambodian 'departures' office at the border entrance, then walk through the border, past the casinos, under the Cambodian 'Angkor' arch to the Thai border point 100 yards ahead. Fill out a Thai arrivals card and get your passport stamped here and emerge from the border. The whole process should only take around 25 minutes, although at busy times it can take an hour or more. The border is open 07:00-20:00.
Step 3, take a tuk-tuk from Poipet to Aranyaprathet station. Now you're in Thailand. Find a tuk-tuk and take it the 6 kilometres (3.8 miles) from Poipet to Aranyaprathet railway station. A tuk-tuk costs 100 baht ($3, £2) although you can bargain for a cheaper price if you're good at haggling. If you need a meal or a beer, there's a simple and cheap Vietnamese restaurant at the road junction at the foot of the station approach, and there's an ATM up the road from the restaurant, simply turn your back towards the station and walk up that road about 300 yards.
Step 4, take a train from Aranyaprathet to Bangkok. Two reliable trains a day run from Aranyaprathet to Bangkok, 255 km or 159 miles. You should be able to make the 13:55 departure from Aranyaprathet, arriving Bangkok at 19:55. The other train leaves Aranyaprathet at 06:40, arriving Bangkok at 12:05. Both trains are 3rd class only, but they are clean and it's a very pleasant ride with a breeze blowing in through the open window. The fare is only 48 baht (£1/$1.60), no reservation necessary, simply turn up and buy a ticket at the station. The train also drops off at Makkasan (19:40) and Phaya Thai (19:46) before arriving at Bangkok Hualamphong, these can be more convenient stations at which to get off if you're staying in northern Bangkok.
Tapi, karena ‘tergoda’ kemudahan 1 pihak yang mengatur perjalanan, biaya yang lebih murah dan waktu ‘priceless’ yang lebih cepat, maka kami memutuskan naik bus. Sekarang kalau ditanya lagi, saya pribadi lebih memilih opsi kombinasi diatas daripada bus dari SR ke Bangkok. Sekalipun tiba di Bangkok lebih malam(19.55), tapi akses ke public transport lebih mudah karena Station akhir itu tersambung ke MRT.
Sampai di Bangkok, ternyata hostel kami (D’ Lub) hanya sekitar 800 meter dari dunia malam Bangkok yang terkenal, Pat Pong. Celakanya, di dekat area itu juga terdapat KFC, MCD dll serta night market sebagai target buruan kami. Jam 11 malam kami kembali ke hostel dari makan malam dan survey harga barang belanja.
Hari Kelima– Jum’at 5 April 2012 (Bangkok)Full day di Bangkok dan masih ada setengah hari keesokan hari adalah sebuah kelebihan di Bangkok. Sengaja kami buat demikian, karena jika kami miss saja satu hari dari perjalanan sebelumnya, maka di Bangkok setidaknya masih dapat 1 malam dan setengah hari.
Grand Palace (komplek istana Bangkok) dan beberapa Wat di Bangkok serta China Town menjadi tujuan hari itu. Setelah di China Town tidak mendapat barang belanja khas pelancong (Indonesia), pilihan kami jatuh kembali ke area Night Market Pat Pong. Untungnya jam 16 dimana sebagain pedagang sudah buka tapi ‘dunia malam’ belum buka sehingga kami bisa leluasa belanja.
Thailand tahun 2011 lalu menghasilkan penjualan mobil Toyota terbesar se-ASEAN, sedang Indonesia di peringkat kedua. Jadi, macet adalah biasa di Bangkok juga. Untungnya, 1 jalur MRT dan 2 jalulr BTS Skytrain serta 1 River Boat sangat membantu menjelajah Bangkok. Sekalipun MRT tidak se-integrated Singapore, atau Skytrain tidak sehalus Monorail KL, setidaknya masyarakat Bangkok punya pilihan public transport yang lebih baik dibanding Jakarta.
Hari Keenam– Sabtu 6 April 2012 (Bangkok, HCMC, Pulang)
Jika membeli tiket Grand Palace yang berlokasi di tengah Bangkok, maka secara otomatis juga mendapatkan tiket masuk Vimanmek Massion di bagian utara Bangkok. Maka tengah hari terakhir sengaja untuk menghabiskan jatah tiket Vimanmek, targetnya hanya tiket disobek dan foto-foto (hehe). Vimanmek sendiri adalah sebuah mansion kayu terbesar di dunia.
Sepanjang di Bangkok tidak ada bus umum yang menggunakan huruf latin, semuanya huruf Thai. Sehingga kami tidak pernah naik bus umum. Kecuali bus yang melewati Vinmanek Massion itu, bus berkode 515 dan 18 yang menuju Victory Monumen tempat BTS terdekat. Jadi di Bangkok, praktis hanya Taxi Bangkok yang masih jahiliyah ‘sistem borongan’ yang belum pernah kami coba.
Jam 16.30 pesawat Air Asia Bangkok-HCMC take off dari Svarnabumi Airport, delay 30 menit dari jadwal. Kami sempat was-was karena pesawat Air Asia HCMC-CGK jam 20.20. Jam 18 sampai HCMC airport, ternyata kami harus keluar imigrasi dan keluar bandara untuk pindah ke departure gate. Ditambah lagi, mesin check-in Air Asia yang biasa tersedia tidak ada, dan memaksa manual (artinya tas terancam diperiksa beratnya). Kesan HCMC airport yang efisien di hari pertama hilang karena proses pulang yang lebih banyak usaha ini.
Jadi, lebih baik menjadikan KL sebagai hub Air Asia (yang memang Base AA di KL) jika ingin melakukan perjalan serupa dengan kami ini. Malahan, jika bisa mengulang perjalanan ini, saya bisa memilih nambah 7 hari dan 4 negara (+ KL) jika perjalanan dari Bangkok ke KL menggunakan opsi Night Bus. Kedua negara relatif lebih aman dan maju, sehingga night bus yang nyaman banyak menjadi opsi bagi backpackers.
Oiya, untuk detail biaya saya akan mencoba membahasnya di tulisan berikutnya. Tertarik untuk mencoba yang serupa?
Biaya Non-Flight & Oleh2