Wednesday, October 15, 2008

Kereta Api Jalan di Tempat

Perjalanan jauh menggunakan kereta api menjadi salah satu pilihan. Pertimbangan karena lokasi stasiun dekat dengan tujuan, harga yang lebih terjangkau, cepat dan anti macet atau karena alasan emosional adalah beberapa alasan kenapa memilih kereta api menjadi moda transportasi.

Moda kereta api merupakan moda transportasi massal yang sangat efektif dan efisien. Mampu mengangkut banyak penumpang, konsumsi bahan bakar relatif rendah, dan dapat menempuh perjalanan dengan cukup cepat.

Dengan kelebihan yang dimiliki, kemajuan sektor transportasi sebuah negara selalu dikaitkan dengan kondisi sistem kereta api di negara tersebut. Kereta api cepat lintas daerah dan negara, serta subway adalah sistem kereta api yang menjadi andalan transportasi di negara maju.

Di indonesia, kondisi kereta api masih sangat jauh dari sistem perkeretapian modern. Indikasi yang kentara adalah dalam aktivitas lebaran saat kemarin. Kereta ekonomi masih berjubel, bisnis di bebas-tempat-dudukan dan eksekutif harga selangit dengan pelayanan yang pelit.

Wajah kereta api setiap tahun pun tidak mengalami perubahan berarti. Kita bisa melihat ke belakang, kereta api 10 tahun lalu dan sekarang tidaklah berbeda. Fasilitas sama, model pelayanan sama, masih keterlambatan, serta ketidaksesuaian antara harga dan pelayanan, menurut saya beberapa poin yang masih saja berulang. Artinya dalam 10 tahun (atau malah lebih), kereta api kita jalan di tempat.

Benar-benar menyedihkan, jika tahun-tahun mendatang kita akan tetap disuguhkan potret lebaran dengan kereta api dan tidak ada perbaikan terhadapnya. Padahal dalam momen lebaran tersebut, PT Kereta Api mengantongi nilai omzet yang tidak sedikit yang bisa digunakan untuk perbaikan ke depannya.

Di belahan dunia lain, kereta api sudah sedemikian majunya. Sedangkan kita masih membayangkan kapan Jakarta-Surabaya bia ditempuh dalam 3 jam dengan kereta api sejenis Shinkansen yang petama dioperasikan tahun 1964. Atau kapan ada subway di Jakarta yang tanahnya makin hari makin kritis.

Memang sudah terwacana, cerita revitalisasi PT Kereta Api. Divisi Jabodetabek sudah menjadi anak perusahaan PT KA. Juga rencan revitasliasi itu akan ada anak perusahaan yang khusus mengelola aset-aset non-operasional kereta api, seperti lahan dan gedung PT KA. Dengan revitalisasi tersebut juga, dibuka peluang investor swasta dalam perkerataapian nasional.

Tapi menurut saya, yang lebih penting seharusnya terjadi pemisahan PT KA sebagai operator sarana kereta api dan pengelola prasarana kereta api (stasiun dan rel). Dengan pemisahan tersebut, diharapkan operator swasta masuk dalam perkeratapian kita. Karena jika PT KA tetap seperti sekarang sebagai operator dan pemilik prasarana, swasta sulit masuk menjadi operator kereta api karena harus membangun dulu prasarana kereta api.

Padahal dengan masuknya swasta dalam perkeretaapian, layanan kereta api diharapkan menjadi lebih maju. Lebih cepat, tidak terlambat, dan nyaman. Atau apakah mungkin PT KA menjadi progresif lalu mengubah ’budaya’ layanannya menjadi jauh lebih maju? Menjadi operator kereta api modern dengan sarana canggih? Saya sendiri sangsi, karena PT KA tampaknya masih lebih suka ’memainkan’ tarif seperti turunnya kereta api Jakarta-Bandung atau naik drastisnya kereta api mudik (eksekutif), di bandingkan membenahi fundamental kualitas operasi kereta api sendiri (sarana dan prasarana).

Pemerintah pun sebenarnya sangat berperan dalam revitalisasi kereta api ini. Tapi sayangnya, pemerintah kurang komprehensif dalam menyusun kebijakan transportasinya. Proyek jalan Trans Jawa dikedepankan. Dimana sebenarnya semakin banyak jalan raya akan membuat laris kendaraan bermotor kelas menengah atas, sedangkan masyarakat umum tidak mendapatkan transportasi yang layak. Proyek itu sendiri sekarang masih alot proses pembebasan lahan di beberapa ruas. Padahal kereta api, lahan sudah siap tersedia sepanjang Jawa. Hanya membutuhkan investasi sarana dan prasarana tambahan, maka masa depan transportasi indonesia pun bisa lebih cerah.

Lalu jika 5 tahun lagi kereta api tetap seperti ini, sampai kapan kereta api akan jalan di tempat? Saya hanya bisa berharap, suatu saat (masih) bisa menikmati perjalanan yang menyenangkan dengan kereta api yang lebih modern.

9 comments:

Adit-bram said...

bener yaan....

satu pertanyaan, kenapa klo kita naik kereta api klo kita ketinggalan kita rugii (gak ada penggantian)..tp keretanya klo telat sampai tujuan gak ada kompensasi apa apa yaaa dari PT KAI nya....

bayangin donk gw naik Cirebon ekspress harus nya setengah 9 malem sudah sampe jakarta, eh ini masih di cirebon jam segitu,jadinya sampe jakarta jam 12 malem *#&*(^#&@%^ untuuung cuma beli tiket bisnis, jadi ruginya ga kebangetan :p

atau smua moda transportasi gitu yaa...karena kita butuh...

Trian Hendro A. said...

Wah Dit, rugi waktu itu jauh lebih mahal dibanding biaya.

Tidak semua transportasi seperti itu, khususnya pesawat meskipun Garuda yang menjadi andalannya.

Tapi Bus malam juga tidak ninggal penumpangnya tuh..malah ada call services nya, nelepon penumpang yang telat hehe.

Ulya Raniarti said...

"Saya hanya bisa berharap, suatu saat (masih) bisa menikmati perjalanan yang menyenangkan dengan kereta api yang lebih modern"

ke negara tetangga yan, kalau mau, g perlu nunggu lama2x :p

kondisi transportasi di Indonesia memang menyedihkan, pangkal persoalannya di disiplin kayaknya.Langsung dicoba memberantas sampe ke akar2xnya ke semua pihak, termasuk saya :)

amircool said...

hhmm... selain infrastruktur...pelayanan juga kurang ok. Maaf kalau saya membandingkan dengan pelayanan Singapore Airline. Di SQ, pramugarinya ramah, senyumnya terlihat tulus, ada lain lagi, ketika seseorang mendapati TV di kursinya rusak, dia dpat voucer belanja 100 Dollar ...
Di kereta mudik kemaren, kereta eksekutif, AC nya mati, panasnya minta ampun, tapi tidak ada permintaan maaf sama sekali dari pihak KA nya, bisanya nyari2 alasan kalau ditanya, sudah begitu, tiketnya mahal dan tidak ada kompensasi atau ganti rugi..

Adit-bram said...

kapok pak de..kalo musti naik bis malem..sinar jaya eksekutif tegal-jakarta yang membuat saya kapok dengan hilangnya barang saya di situ :( tp emang gak semua bis malam begitu sih hehehe

Trian Hendro A. said...

#Ulya: betul sekali Ul, makanya memang kudu sering jalan ke luar negeri ya.

#Amir: saya juga merasa begitu Mir, sudah mahal tapi pelayanan KA yang amit-amit. kalau mahal dan worthfull, kita masih bisa terima. duh..

#Adit: wah, kamunya aja yang ga bisa jaga barang sendiri hehe.jadi tampaknya kudu mulai ada 'teman perjalanan' tuh :p.

Lucky said...

beginilah kalo monopoli, dan lebih buruk lagi, yang melakukan monopoli itu bersangkut paut ama pemernitah pulak...

Solusi: free market-capitalism! hehehe

Anonymous said...

Perlu dilakukan restrukturisasi...dan sebelumnya harus dilakukan due dilligence, dan analisa secara komprehensip. Dukungan dan komitmen dari pemerintah sangat diperlukan.

Anonymous said...

betul mas, setuju ini program pro-rakyat. Usulkan ke calon presiden dari partai itu tu mas...:p Biar program2nya makin strategis secara ekonomi dan sosial.