Tuesday, January 20, 2015

Memahami Penyebab Harga Minyak Dunia

Untuk memulai pembahasan, mari kita melihat pergerakan harga minyak dunia mulai sejak minyak pertama ditemukan (1861) sampai 31 Desember 2013 yang terdapat dalam laporan BP (1).


Grafik hijau tua adalah harga minyak sesuai dengan harga rata-rata tahun yang bersangkutan (dikenal dengan istilah nilai nominal atau money of the day atau MOD), sedangan hijau muda adalah harga minyak jika disesuaikan dengan inflasi sampai tahun 2013 (nilai riil).

Dari grafik terlihat pergerakan harga minyak setiap periodenya. Kita tidak akan membahas latar belakang kejadian luar biasa di baliknya, namun akan secara garis besar melihat apa saja yang utama mempengaruhi pergerakan harga minyak tersebut. Terutama fenomena turunnya harga minyak mulai tengah tahun 2014 sampai Januari 2015 hingga menjadi sekitar USD 50/barrel, dari sebelumnya diatas USD 100/barrel.

Beberapa hal bisa menyebabkan pergerakan harga minyak, namun hanya empat faktor utama yang sebenarnya mempengaruhinya, yaitu demand, supply, geopolitics dan future trading (spekulator).

Demand
Seperti halnya komoditi lainnya, harga minyak secara jangka panjang (long-run) dipengaruhi oleh permintaan. Melihat data bahwa penduduk dunia meningkat signifikan dalam 10 tahun terakhir, maka jumlah penduduk tersebut adalah pasar nyata dari minyak. Grafik di bawah adalah contoh 3 negara yang mempunyai jumlah penduduk besar, China, India dan China dimana total ketiganya mencapai sekitar 40% penduduk dunia (2).


Di tiga negara tersebut juga mengalami pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata dari pertumbuhan ekonomi dunia seperti yang ditampilkan dalam grafik di bawah (3).


Dimana menurut penelitian OECD (4) seperti dalam grafik di bawah, tiga negara tersebut mempunyai elastisitas pendapatan terhadap permintaan minyak jangka panjang (long-run income elasticity) lebih tinggi dibanding negara maju (USA, EU, OECD, Japan). Artinya, pertumbuhan ekonomi yang kencang dari ketiganya (dan negara developing countries lain) adalah real demand dari minyak yang mempengaruhi harga minyak.


Studi tersebut dikuatkan oleh IEA yang melihat hubungan antara fuel consumption dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara non-OECD (5). Hasilnya seperti di bawah, bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar yang merupakan olahan dari minyak.  


Sehingga jelaslah, bahwa permintaan minyak dunia sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dunia, terutama negara berkembang.

Supply
Di sisi supply, telah berakhirnya era minyak mudah (easy oil) membuat biaya untuk menemukan (discovery), pengembangan (development) dan produksi (production) minyak semakin mahal. Berdasar indeks harga yang disusun oleh IHS (6) dengan menggunakan tahun 2000 sebagai basis indeks (100) dari Upstream Capital Cost Index (UCCI), biaya modal yang dibutuhkan naik signifikan seperti yang digambarkan grafik di bawah. Walaupun secara umum pergerakannya mengikuti harga minyak, namun ketika harga minyak turun penurunan UCCI tidak ekstrim seperti penurunan harga minyak. Artinya, biaya untuk proyek minyak semakin mahal dibandingkan dengan kenaikan harga minyak.


Ketika biaya semakin mahal yang artinya membuat banyak proyek tidak dikerjakan karena menjadi tidak ekonomis, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kapasitas cadangan (spare capacity) negara produsen minyak. Spare capacity menunjukan bagaimana kemampuan supply terhadap lonjakan permintaan. Jika spare cukup banyak, maka harga cenderung turun karena ‘over-supply’, begitu pula sebaliknya. IEA menerbitkan hasil kajian tentang hubungan antara spare capacity dan harga minyak seperti di bawah ini (7).


Dengan kondisi biaya yang mahal namun ada peluang harga bisa naik jika spare capacity rendah, maka produsen mempunyai harapan untuk menjalankan proyek-proyek baru.Dalam dunia bisnis dan ekonomi yang lebih luas, model interaksi yang dinamis antara demand-supply beserta lingkungan terkait bisa digambarkan dengan skema sistem sebagai berikut (8).



Geopolitics
Kembali ke grafik pergerakan harga minyak sejak 1861 diatas, terlihat bahwa faktor geopolitik cukup sering mempengaruhi harga minyak. Sejarah mencatat setidaknya ada tiga masa dimana terdapat pergerakan ekstrim harga minyak sebelum tahun 2000, yakni pertama tahun 1973 ketika terjadi perang Yom Kippur antara dunia Arab dengan Israel yang menduduki Palestina. Saat itu dunia arab menurunkan produksi minyak (embargo minyak) dan mengeluarkan peraturan pajak baru yang menyebabkan harga minyak naik menjadi USD 12/barrel.

Kedua, periode 1979-1981 ketika terjadi perang Iran-Iraq dimana keduanya adalah anggota OPEC, menyebabkan harga minyak menjadi USD 34/barrel. Sedangkan ketiga adalah penurunan harga menjadi USD 7/barrel tahun 1984-1986 karena pembatasan kuota produksi OPEC gagal dan terjadi perang harga minyak ketika Saudi berusaha kembali untuk mempertahankan dominansi di pasar (market share).

Walaupun sebuah penelitian (10) menyatakan bahwa kejadian-kejadian politik terutama di timur tengah hanya mempunyai efek yang kecil terhadap harga minyak, namun kejadian tersebut jelas berkontribusi terhadap perubahan ekspektasi pasar minyak setelahnya, terutama kemungkinan berkurangnya pasokan dari produsen minyak yang bisa menyebabkan harga minyak naik.  

Future Trading
Sebenarnya terdapat dua jenis pasar di pasar minyak dunia, pertama pasar fisik (wet oil market) dan kedua pasar kertas (paper oil market). Pasar fisik adalah transaksi sesungguhnya ketika penjual menjual dan mengirimkan minyak kepada pembeli. Sedangkan pasar kertas adalah menjadikan minyak sebagai instrument investasi (spekulasi), baik dalam bentuk future contract yang diperjualbelikan, dibundel dengan komoditi yang lain, bahkan dijadikan underlying asset untuk berbagai macam produk derivatives.  

Yang menarik, aktivitas ‘kedua pasar’ tersebut saling mempengaruhi. Pasar fisik akan melihat pergerakan harga di pasar kertas yang melihat ekspektasi masa depan, sedangkan pasar kertas akan melihat riil transaksi hari ini untuk membangun ekspektasi tersebut. Berdasar statistik IEA di bawah, aktivitas pasar kertas meningkat signifikan menunjukan bahwa minyak adalah salah satu komoditi investasi (spekulasi) yang menarik bagi investors (11).



Jadi, kombinasi antara keempat faktor diatas yang menyebabkan harga minyak bergerak dinamis sehingga tidak ada satupun orang yang bisa memprediksi secara tepat.

Referensi:
(1) British Petroleum 2014, "BP Statistical Review of World Energy", June 2014, vol. 63rd edition, no. BP Plc.
(2) World Bank 2014, , Population, Total [Homepage of The World Bank], [Online].
(3) World Bank 2014, , Economic Growth [Homepage of The World Bank], [Online].
(4) Fournier, J., Koske, I., Wanner, I. & Zipperer, V. 2013, The Price of Oil – Will it Start Rising Again?, Organisation for Economic Co-operation and Development.
(5) EIA 2014, 10 July 2014-last update, What drives crude oil prices? An analysis of 7 factors that influence oil markets, with chart data updated monthly and quarterly [Homepage of U.S. Energy Information Administration], [Online]. Available: http://www.eia.gov/finance/markets/ 
(6) IHS 2013b, UCCI vs Brent Cride Price, Que$tor 2013 User Group Meeting edn, IHS, Jakarta.
(7) EIA 2014, 10 July 2014-last update, What drives crude oil prices? An analysis of 7 factors that influence oil markets, with chart data updated monthly and quarterly
(8) Mobus, G. 2010, 11 August 2010-last update, Peak Oil: Why a Supply Crunch Can Lead to lower Oil Prices. Available: http://oilprice.com/Energy/Oil-Prices/Peak-Oil-Why-A-Supply-Crunch-Can-Lead-To-Lower-Oil-Prices.html
(9) Bhattacharyya, S.C. 2011, Energy economics: concepts, issues, markets and governance, Springer, London
(10) Kilian, L. 2014, "Oil Price Shocks: Causes and Consequences", vol. CEPR Discussion Paper No. DP9823, no. Centre for Economic Policy Research (CEPR)
(11) EIA 2014, 10 July 2014-last update, What drives crude oil prices? An analysis of 7 factors that influence oil markets, with chart data updated monthly and quarterly

No comments: