Tuesday, November 14, 2006

Sabtu, 11 November 2006

Jam menunjukan pukul 08.45, dan semakin banyak orang yang gerah menahan panasnya ruangan. Sebenarnya bukan karena tidak ada pendingin atau ruang kurang besar, tapi jumlah orang di dalamnya ditambah hampir semuanya berdegup kencang menantikan suasana yang dinantikan itu. Tapi bagaimanapun, setiap orang yang masuk ke ruangan ini sepanjang pagi sangat ceria. Tidak ada rona kesedihan, selalu ada kecerahan memancar dari wajah bersih nan ayu.

08.55 seorang tampak di layar memegang tongkat, terlihat dia paling depan dengan cukup banyak orang di belakangnya. “Rektor, Majelis Wali Amanat, Majelis Guru Besar dan Senat Akademik memasuki ruangan sidang terbuka.” Semua berdiri, degup semakin kencang dan prose situ pun semakin dekat. Antara tak sabar dan khidmat, semuanya diam menanti. Penuh harap.

Jelaslah sudah, pagi itu adalah wisuda bagi 1221 sarjana, magister dan doktor Institut Teknologi Bandung.

Semua berjalan lancar. Rektor membuka sidang, Indonesia Raya, mengheningkan cipta lalu dilanjutkan pengambilan janji wisuda dan pelantikan wisuda. Janji lulusan ITB tersebut adalah :

Kami
Segenap lulusan
Institut Teknologi Bandung
Demi Ibu Pertiwi

Berjanji,
Akan mengabdikan ilmu pengetahuan
Bagi kesejahteraan bangsa Indonesia
Perikemanusiaan dan perdamaian dunia

Kami berjanji akan mengabdikan
Segala kebajikan ilmu pengetahuan
Untuk menghantarkan bangsa Indonesia
Ke pintu gerbang masyarakat adil dan makmur
Yang berdasarkan pancasila

Kami berjanji akan tetap setia
Kepada watak pembangunan kesarjanaan Indonesia
Dan menjunjung tinggi susila sarjana,
Kejujuran serta keluhuran ilmu pengetahuan
Di manapun kami berada

Kemi berjanji
Akan senantiasa menjunjung tinggi
Nama baik almamater kami
Institut Teknologi Bandung

Ada tangan di lemparkan ke pundak berlawanan saat Indonesia Raya berkumandang dan pengambilan janji. Ada yang mendekap lurus keduanya di depan bawah, sambil menundukan wajah. Ada juga yang meletakan tangan ke belakang layaknya tertawan, untuk membantu semakin dalam wajah tertunduk.

Ada air mata hangat membasahi pelupuk, dari sumber-sumber air mata kesucian. Ada bibir-bibir gemetar menahan suasana. Ada pandangan hampa ke depan, tanpa maksud apapun, benar-benar lurus. Semuanya bertekur, dalam mayapada alam makna.

Jarum jam menunjuk 09.25, Rektor membacakan pidato kepada wisudawan dan hadirin semuanya. Tentang hal-hal baru di ITB, peran dan posisi ITB, pesan kepada wisudawan dan tak lupa selamat kepada orang tua. Lalu membusunglah para cum laude saat pembacaan keputusan rektor tentang status itu. Selingan terjadi saat dibacakan beberapa kesan wisudawan terhadap ITB.

Pukul 09.55, mulailah pemberian ucapan selamat kepada para wisudawan, dimulai dari doktor, magister dan sarjana. Panjang dan lelah untuk menunggu. Tapi mau tidak mau kesannya, inilah”wisuda” itu. Maju ke depan dan menerima ucapan selamat dari rektor, dekan dan ketua program. Setelah pembacaan pidato perwakilan wisudawan, do’a dan penutupan sidang, maka rektor dan lainnya meninggalkan ruang.

Senyum lepas menyeringai puas di setiap orang. Perasaan syukur, bangga, berhasil dan sukses terlukis dalam setiap helaan nafas.

Walaupun selalu saja akan ditemui wajah sarat harap ditutupi keceriaan, senyum mermbalut cemas dan tawa menimpa paksa gundah. Ini bukan saja waktu mulai untuk menapak kehidupan nyata, tapi ini adalah tentang tanggung jawab. Terhadap diri sendiri, orang tua, masyarakat, bangsa-negara dan agama. Pantas tidak bukan lagi soal, toh semua sudah berhasil hari ini. Tapi tanggung jawab, tidaklah bicara dalam ranah pantas atau sematan.

Karena berani maju, maka tidak ada pilihan untuk tidak mengambilnya. Dengan cita dan cinta. Selamat berjuang kawan!

6 comments:

Anonymous said...

maksutnya 'membusunglah para cumlaude'? kesannya yang cumlaude pada sombong gitu.
Iri ya gak cumlaude :p

Trian Hendro A. said...

you know who said? i really don't know...(banyak org seliweran sih :p)

dalam kata lain, bangga.
iri? belum tentu yg cumlaude sukses jg koq.

dika amelia ifani said...

Janji sarjana....
untuk siapa?

berat??

siapa yang menangis saat jannji itu diucapkan?

Anonymous said...

sesuatu yang tidak bisa didapatkan semuanya, hendaknya jangan ditinggalkan semuanya..

jika ada yang tidak sesuai dengan janji itu, apa janji itu mutlak salah? kenapa tidak mengganti yg salah dgn yg benar?

maka itu akan menjadi berat,
maka itu akan menjadikan air mata membasah

*siapapun yang tau janji itu hakikinya kepada siapa

agung said...

Akhirnya ketemu juga janji sarjana
Makasih ya yan!!

Trian Hendro A. said...

iya mas agung, sengaja buat anak ITB yang kangen ama kampus..

ika, wah..kamu kayanya sama juga (atau malah lebih dramatis?).