Wednesday, August 02, 2006

Sang Pemimpi

Jika Shakespeare dengan Romeo dan Juliet nya, Paulo Coelho punya Sang Alkemis, Sadeq Hedayat ada The Blind Owl, maka karya unggulan seorang penulis yang biasa kita sebut masterpiece, selalu menjadi pembanding bagi karya-karya tulisan mereka lainnya. Serasa tidak adil memang, acapkali pembaca sangat excited terhadap sebuah karya, kemudian memendam kesan kuat itu dalam khasanah nya, lalu mengharapkan karya berikutnya lebih dahsyat atau setidaknya sama baiknya dengan masterpiece itu.

Andrea tentu menjadi salah satu yang (akan) mengalami fenomena itu. Laskar Pelangi (LP) menjadi bookseller, mengguncang jagad buku dan sastra Indonesia, berani melawan arus, membawa nilai-nilai konservatif dan menggambarkan potret paradoksial pembangunan setelah 4 dasawarsa kemerdekaan negeri ini.

Sang Pemimpi (SP), novel kedua nya yang dibuat sebagai bagian kedua dari rencana tetralogi LP benar-benar ditunggu oleh penikmat buku, terutama orang-orang telah mendaki indahnya pelangi filicium, dan rindu dengan nuansa pendidikan yang menyenangkan dan penuh hikmah yang tergambar dalam LP.

Pembaca agaknya akan mengalami overestimated di awal-awal membaca SP ini. Andrea memberikan bagian akhir dari cerita besar tentang kejar-kejaran, yang baru diketahui keseluruhan cerita itu setelah membaca selesai mozaik pertama. Istilah dan bahasa yang digunakan di bagian awal, langsung mengajak pembaca untuk memasang kerutan dahi, berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Dan terlihat berbeda dengan LP, yang lebih enak dibaca di awal karena pendekatan yang digunakan adalah narasi ringan kecemasan orang tua murid SD Muhammadiyah di hari pertama masuk sekolah.

Cerita SP adalah penggalan kehidupan lanjutan ikal, subyek pencerita yaitu Andrea sendiri. Penggalan karena saat-saat awal SMU tak pernah digambarkan disana, pun cerita lulusan SMU hanya diberikan tentang pembagian rapor SMU terakhir. SP banyak mengekplorasi kerasnya perjuangan hidup tiga anak manusia, ikal, Arai (saudara sepupu jauh ikal yang ditinggal orang tua dan menjadi saudara pungut orang tua ikal), dan Jimbron (anak gagap, yang mengidap obsesif kompulsif terjadap kuda, berperawakan tambun, mempunyai dunia sendiri tapi berhati bersih).

Mozaik saat Arai ditinggal orang tuanya, menunggu dijemput ayah ikal di tengah kebun tebu di depan gubuknya yang reot, lalu dukanya tersembunyi saat ikal dan ayahnya datang, menghibur ikal yang ngilu di depan seorang anak 9 tahun yang sudah menjadi Simpai Keramat-sebutan melayu yang menjadi orang terakhir dalam suatu klan, mengingatkan kita dengan kisah Lintang. Usaha kerasnya mengayuh sepeda puluhan km demi mencicipi pendidikan, belajar di tengah-tengah malam ditemani kemerlip bintang ilmuwan-ilmuwan tersohor. Benar-benar, Arai adalah Lintang nya SP. Jika Lintang harus menanggung beban keluarga, Arai lebih beruntung dengan hanya menanggung hidup sendiri untuk terus mengenyam pendidikan. Disini, pembaca disajikan kerja keras dan optimisme. ”Kita tak ’kan pernah mendahului nasib, ” ungkap Arai.

Kisah hikmah indahnya pendidikan tidak hilang (dan sepertinya menjadi mainstream tetralogi LP). Pak Balia, adalah ”malaikat” yang melanjutkan kisah hikmah Bu Mus dan Pak Harfan. Seorang guru sastra, yang selalu mengajak anak didiknya bercita-cita tinggi, dan tak perlu takut dengannya. Padahal cita-cita itu seolah-seolah menjadi mimpi bagi anak-anak Belitong yang menimati ”sedikit” pendidikan di SMU Bukan Main, satu-satunya SMU di kawasan Belitong. Sekilas buah ajarnya yang dalam : Setiap peristiwa di jagat raya ini adalah potongan-potongan mozaik. Terserak di sana-sini tersebar dalam rentang waktu dan ruang-ruang. Namun, perlahan-lahan ia akan bersatu membentuk montase seperti Antoni Gaudi. Mozain-mozaik itu akan membangun siapa dirimu dewasa nanti. Lalu apa pun yang kau kerjakan dalam hidup ini, akan bergema dalam keabadian.., ”maka berkelanalah di atas bumi ini untuk menemukan mozaikmu!”

Dan mimpi itu dikibarkan tinggi-tinggi. ”Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkah kakimu di atas altar suci almamater terhebat sepanjang tara: Sorbone. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra dan seni hingga mengubah peradaban..”

Maka anak-anak Belitong berkesempatan memetik buah hikmah pendidikan sejati dari Bu Mus, Pak Harfan dan Pak Balia. Tertancap dalam, kuat, membentuk visi dan kekal.

Dan jika A Ling dan nuansa mistis menjadi feature LP, maka SP punya cerita Arai berjuang menarik Nurmala yang indifferent, Jimbron yang akhirnya membuat Laksmi tersenyum dan kenakalan remaja menginjak dewasa menerobos pintu bioskop yang terlarang bagi pelajar demi dorongan Testoseron akibat foto wanita bercarik merah yang membawa Pudel nya.

Setelah kita hanya disuguhkan singkat dengan cerita singkat di LP tentang ikal di UI, manjadi juru sortir dan mendapatkan beasiswa S2 ke luar negeri, maka SP memberikan cerita lengkapnya. Walaupun ada banyak irisan dengan LP dan kurang menarik lagi, karena kita sudah tahu ending dari kisah itu. Yang ’baru” adalah suasana syahdu keluarga ikal dan Arai di kampung Belitong menerima dan membuka surat pemberitahuan beasiswa. Dan mozaik kehidupan itu mereka bangun, altar suci itu pun mereka dapatkan, keduanya diterima di : Sorbone.

Sekali lagi, kesenangan kita membandingkan-bandingkan satu karya dengan karya lainnya dari seorang penulis sah-sah saja, dan itu memang kewajaran. Namun, kesewenangan kita untuk men-judge karya satu adalah lebih baik, masterpiece tak tertandingi dan berujung kekecewaan bahkan menjadi underestimeted terhadap karya-karya selanjutnya, menurut saya adalah tindakan kurang adil. Walaupun itu, memang hak pembaca. Setiap karya adalah unik, dan hikmah apapun yang kita dapatkan, sedikit atau banyak tetaplah hikmah, yang menjadi mozaik kehidupan kita.

Menyodorkan buku kepada pembaca yang punya hak istimewa itu, mirip dengan ungkapan Andrea yang dituliskan di akhir SP, setelah mendapat petuah tentang tingginya sastra melayu. Menceburkan diri dalam sastra melayu, sama rasanya menggoda sarang tawon.

Selamat membaca dan menemukan mozaik-mozaik kehidupan..