Sudah cukup lama saya mencari buku ini, dari tahun lalu dan kemudian baru dapat awal tahun ini langsung berhubungan dengan penulis nya. Usut punya usut, ternyata memang buku ini tidak dijual bebas. Melalui email, penulis memberitahukan bahwa pembelian buku bisa dilakukan di kantor DEN (Dewan Energi Nasional).
Buku ini di awali dengan pendahuluan dimana selain mensarikan bab-bab isi buku, juga menjelaskan bagaimana kekecewaan penulis terhadap kondisi energi khususnya sektor migas di Indonesia. Secara umum buku ini sangat cukup sebagai gerbang untuk mengetahui kondisi serta problematika migas. Ada beberapa sumber energi lainnya yang dibahas dalam buku ini, namun korelasi kuatnya dalam rangka menyoroti iklim yang belum kondusif untuk pengembangan energi non-migas padahal di sisi lain energi migas kita sangat terbatas.
Buku yang disponsori Pertamina ini bisa dibilang sangat “gado-gado”. Mulai dari rumus-rumus akademis dalam menentukan cadangan migas dan keekonomian nya dan juga beberapa keekonomian sektor energi lainnya, sebagai bukti pengalaman, keahlian dan jalur akademis penulis sebagai pengajar di Teknik Perminyakan ITB. Ada juga mengenai beberapa tulisan kegelisahan pengelolaan energy, dan tulisan mengenai prospek energy masa depan Indonesia yang belum terlalu dikembangkan saat ini seperti CBM (Coal Bead Methane), panas bumi, nabati dan energi terbarukan lainnya.
Jika anda adalah orang awam yang ingin mengetahui kerangka seluk-beluk migas indonesia, buku ini layak untuk dibaca sekalipun untuk beberapa hal tertentu cukup dalam pembahasan teknis nya. Dan justru detil tersebut sebagai pelengkap untuk yang ingin mengetahui lebih dalam sedikit keteknikan migas. Tidak heran penulis sebagai anggota DEN dalam setiap kesempatan dengar pendapat dengan pemerintah atau DPR, selalu merekomendasikan untuk membaca buku ini seolah sebagai buku pengantar migas Indonesia.
Dan jika anda adalah orang pengalaman di dunia migas, maka buku ini pun bisa membuka cakrawala yang lebih luas daripada “hanya” sekedar memenuhi target pemerintah (dan perusahaan migas) untuk selalu menjaga atau meningkatkan produksi migas. Walaupun untuk beberapa hal teknis seperti perhitungan cadangan, cost recovery & keekomian migas, anda yang pengalaman dalam bidang tersebut tidak akan puas dengan sedikit saja metode yang dicantumkan dalam buku ini.
Karena keinginan buku ini untuk menyasar kalangan pemula dan pengalaman di sisi lain justru menjadikan buku ini setengah-setengah. Dimana seharusnya hal tersebut bisa diatasi dengan pengelompokan bab-bab menjadi bab besar yang mencakup sebuah ide pokok, dimana 31 bab buku ini pun bisa menjadi tiga atau empat ide pokok atau bab besar. Misalnya tentang tulisan akademis, dunia migas, keekonomian energi dan opini energi.
Selain itu, layout masih menjadi salah satu kelemahan buku-buku wacana keteknikan seperti ini. Cukup membosankan buku berisi rumus yang segmentasi nya bukan kepada mahasiswa jika dikemas dengan layout yang kurang baik. Selain itu, penjelasan teknis rumus-rumus juga masih belum memudahkan pembaca pemula untuk mulai belajar memahami dunia teknik migas.
Di pendahuluan sendiri, penulis (atau editor?) memaksakan jalinan ide antar paragraph dengan menyesuaikan isi bab-bab dalam buku. Bisa saja hal tersebut dilakukan, namun rasanya tidak harus memasukan semua bab buku dalam pendahuluan. Jika sudah dilakukan pengelompokan menjadi bab besar diatas, maka bisa dibuat pendahuluan yang mengalir.
Siapapun anda yang peduli dan ingin tahu lebih dalam tentang migas Indonesia, maka anda wajib membaca buku ini. Jika bisa, anda harus bertemu langsung dengan penulisnya untuk membicarakan buku ini. Bukan hanya untuk quote dan tanda tangan, tapi juga semangat Prof Widjajono Partowidagdo tentang Migas dan Energi Indonesia.
Buku ini di awali dengan pendahuluan dimana selain mensarikan bab-bab isi buku, juga menjelaskan bagaimana kekecewaan penulis terhadap kondisi energi khususnya sektor migas di Indonesia. Secara umum buku ini sangat cukup sebagai gerbang untuk mengetahui kondisi serta problematika migas. Ada beberapa sumber energi lainnya yang dibahas dalam buku ini, namun korelasi kuatnya dalam rangka menyoroti iklim yang belum kondusif untuk pengembangan energi non-migas padahal di sisi lain energi migas kita sangat terbatas.
Buku yang disponsori Pertamina ini bisa dibilang sangat “gado-gado”. Mulai dari rumus-rumus akademis dalam menentukan cadangan migas dan keekonomian nya dan juga beberapa keekonomian sektor energi lainnya, sebagai bukti pengalaman, keahlian dan jalur akademis penulis sebagai pengajar di Teknik Perminyakan ITB. Ada juga mengenai beberapa tulisan kegelisahan pengelolaan energy, dan tulisan mengenai prospek energy masa depan Indonesia yang belum terlalu dikembangkan saat ini seperti CBM (Coal Bead Methane), panas bumi, nabati dan energi terbarukan lainnya.
Jika anda adalah orang awam yang ingin mengetahui kerangka seluk-beluk migas indonesia, buku ini layak untuk dibaca sekalipun untuk beberapa hal tertentu cukup dalam pembahasan teknis nya. Dan justru detil tersebut sebagai pelengkap untuk yang ingin mengetahui lebih dalam sedikit keteknikan migas. Tidak heran penulis sebagai anggota DEN dalam setiap kesempatan dengar pendapat dengan pemerintah atau DPR, selalu merekomendasikan untuk membaca buku ini seolah sebagai buku pengantar migas Indonesia.
Dan jika anda adalah orang pengalaman di dunia migas, maka buku ini pun bisa membuka cakrawala yang lebih luas daripada “hanya” sekedar memenuhi target pemerintah (dan perusahaan migas) untuk selalu menjaga atau meningkatkan produksi migas. Walaupun untuk beberapa hal teknis seperti perhitungan cadangan, cost recovery & keekomian migas, anda yang pengalaman dalam bidang tersebut tidak akan puas dengan sedikit saja metode yang dicantumkan dalam buku ini.
Karena keinginan buku ini untuk menyasar kalangan pemula dan pengalaman di sisi lain justru menjadikan buku ini setengah-setengah. Dimana seharusnya hal tersebut bisa diatasi dengan pengelompokan bab-bab menjadi bab besar yang mencakup sebuah ide pokok, dimana 31 bab buku ini pun bisa menjadi tiga atau empat ide pokok atau bab besar. Misalnya tentang tulisan akademis, dunia migas, keekonomian energi dan opini energi.
Selain itu, layout masih menjadi salah satu kelemahan buku-buku wacana keteknikan seperti ini. Cukup membosankan buku berisi rumus yang segmentasi nya bukan kepada mahasiswa jika dikemas dengan layout yang kurang baik. Selain itu, penjelasan teknis rumus-rumus juga masih belum memudahkan pembaca pemula untuk mulai belajar memahami dunia teknik migas.
Di pendahuluan sendiri, penulis (atau editor?) memaksakan jalinan ide antar paragraph dengan menyesuaikan isi bab-bab dalam buku. Bisa saja hal tersebut dilakukan, namun rasanya tidak harus memasukan semua bab buku dalam pendahuluan. Jika sudah dilakukan pengelompokan menjadi bab besar diatas, maka bisa dibuat pendahuluan yang mengalir.
Siapapun anda yang peduli dan ingin tahu lebih dalam tentang migas Indonesia, maka anda wajib membaca buku ini. Jika bisa, anda harus bertemu langsung dengan penulisnya untuk membicarakan buku ini. Bukan hanya untuk quote dan tanda tangan, tapi juga semangat Prof Widjajono Partowidagdo tentang Migas dan Energi Indonesia.