/1/
Suatu masa nanti, seorang anak bertanya pada bapaknya: “Ayah, apa itu cinta?”
Cinta. Nak, kau tak akan tahu jawabnya sebelum merasakan. Dan jika suatu saat kau merasa: rindu, sayang, cemburu, benci, ingin memiliki dan melindunginya, maka kau mungkin sedang jatuh cinta. Dan ketika kau mencintai, maka kau pun harus siap untuk terluka karenanya.
/2/
Sebuah kain batik, diberikan seorang ibu kepada anaknya.
Nak, bawalah kain ini untuk dirimu di rantau. Kain ini diberikan nenekmu, sebagai kain penutup dalam drama pernikahan ibu. Jika kamu kangen ibu, pakailah kain ini sebagai selimut tidurmu. Apalagi jika kamu sakit.
/3/
“Tidak ada pembagian struktur antara laki-laki dan perempuan, bahkan untuk domestik, hal yang sering diidentikkan sebagai tugas kaum perempuan semata.”
Jika setiap hari laki-laki seperti itu, aku tak akan pernah menjadi wanita.
Suatu masa nanti, seorang anak bertanya pada bapaknya: “Ayah, apa itu cinta?”
Cinta. Nak, kau tak akan tahu jawabnya sebelum merasakan. Dan jika suatu saat kau merasa: rindu, sayang, cemburu, benci, ingin memiliki dan melindunginya, maka kau mungkin sedang jatuh cinta. Dan ketika kau mencintai, maka kau pun harus siap untuk terluka karenanya.
/2/
Sebuah kain batik, diberikan seorang ibu kepada anaknya.
Nak, bawalah kain ini untuk dirimu di rantau. Kain ini diberikan nenekmu, sebagai kain penutup dalam drama pernikahan ibu. Jika kamu kangen ibu, pakailah kain ini sebagai selimut tidurmu. Apalagi jika kamu sakit.
/3/
“Tidak ada pembagian struktur antara laki-laki dan perempuan, bahkan untuk domestik, hal yang sering diidentikkan sebagai tugas kaum perempuan semata.”
Jika setiap hari laki-laki seperti itu, aku tak akan pernah menjadi wanita.
/4/
“Kakak, bentar lagi adik mau sholat terus tidur. Apa yang kakak minta?”
Dalam do’a, do’akan supaya bisa istiqomah di jalan-NYA.
/5/
“Setelah semua rasa aku tumpahkan, tetap saja tak ada satu pintu-pun yang terbuka.”
Pintunya sudah tertutup, waktulah yang menutupnya. Dan akan kuingat seperti katamu: dekat berjarak, jauh bertepi.
/6/
“Mengapa kau selalu mengharapkan. Tidak adakah hal lain yang bisa memalingkanmu?”
Untuk orang yang bisa melakukan sesuatu dengan tulus, maka aku pun pantas berjuang untuk menjadi bagian penting dalam hidupnya.
/7/
“Mintalah sesuatu, jika ada yang harus kulakukan untuk dirimu.”
Buatkan aku sebuah puisi, dari buah keteduhan jiwamu.
“Kakak, bentar lagi adik mau sholat terus tidur. Apa yang kakak minta?”
Dalam do’a, do’akan supaya bisa istiqomah di jalan-NYA.
/5/
“Setelah semua rasa aku tumpahkan, tetap saja tak ada satu pintu-pun yang terbuka.”
Pintunya sudah tertutup, waktulah yang menutupnya. Dan akan kuingat seperti katamu: dekat berjarak, jauh bertepi.
/6/
“Mengapa kau selalu mengharapkan. Tidak adakah hal lain yang bisa memalingkanmu?”
Untuk orang yang bisa melakukan sesuatu dengan tulus, maka aku pun pantas berjuang untuk menjadi bagian penting dalam hidupnya.
/7/
“Mintalah sesuatu, jika ada yang harus kulakukan untuk dirimu.”
Buatkan aku sebuah puisi, dari buah keteduhan jiwamu.
2 comments:
ingin membuktikan apa sih bos??
hehehehe
piss
refleksi yang sederhana namun berbobot. salam.
Post a Comment