Tuesday, July 26, 2005

Berlayar, Melihat, Merasakan [2]

Rabu, 13 Juli 2005

Namanya Ahmad Subhi, kami berkenalan waktu Pelayaran Kebangsaan. Kami sekamar, bersama 6 teman lainya. Dia dari Semarang, sebuah PTS disana.

Yang membuat unik adalah bahwa dia sangat jujur dan lugu, atau dalam bahasa kami terlalu jujur dan polos. Ditambah pula, logat dan c’engkok jawanya yang kental menambah kepolosannya. Baru satu dua hari kami berkenalan, tawa dan canda dengan sedikit ejekan meramaikan suasana kami akibat ulahnya.

Pertama, saat studium generale, hari pertama kami berlayar. Dia menanyakan tentang suatu metode pengenalan dari. Polosnya, dia dengan logat jawa dan dialek khasnya. Dia juga mengakui jujur (terlalu jujur mungkin) bahwa dia belum pernah mengisi isian seperti itu dan tanpa persiapan, sehingga bingung harus mengisi apa. Gubrak...karuan saja kmi ketawa. Bukankah semua juga tanpa persiapan? Tapi koq ya jujur sekali...

Berikutnya, saat break malam. Gelasnya memang terbatas, dan dia karena tidk kebagin gelas langsung menanyakan gelas2 yang masih di depan para cewek dengan terbuka dn logatnya, “apakah sudah kosong?”. Berani bener nih anak... lalu dia juga membagi-bagikan pisang rebus ke beberapa meja dan mengatakan bahwa ini shadaqah. Karuan para cewek bingung (glek...) ?!!!??!

Temanku....temanku......
Sudaraku....saudarku.....

Terakhir, dia bertanya dalam sebuah materi tentang Multikulturalisme (ini disebutkan dengan salah juga). Jalannya udh khas lngsung membuat teman2 ketawa sebelum di bertanya, terutama kelompoknya yng memberi label “maskot”.

Contentnya kami sepakat dan salut atas idenya (dan keberanian atau kenekadannya?). Tapi cara menyampikan, dan gayanya itu. Bimo, temen sekamar langsung membidik dnegan kamera besarnya layaknya mau menembak ala paparazzi. Eh..dia malah berkata, “wduh, grogi aku!! ” ger....

Setelah selesai pun, ada cewek yang bergegas ke depan untuk mengabadikn aksi subhi. Tapi di sudh selesai bertanya, kruan cewek menggandeng tangannya supaya tidak mundur dulu. Awalnya dia mau, eh...baru sadar trus di langsung buru2 mundur dengan kuping merah (sadar juga dia...), dan ketawa kami bergemuruh.

Malamnya, kami bahas di kamar. Dia ternyata tidak terlalu sadar bahwa tingkahnya membuat orang tertawa. Kemudian kami mengatakan kepada dirinya, bahwa dunia ini kejam. Maksudnya, dunia ini memiliki model dari kehidupan yang normal kebanyakan dn akan mencemooh kehidupan yang berkebalikan atau bahkan berbeda dengannya. Dia manggut2, walaupun aku juga tidak tahu apakah dia ngerti betul dengan yang aku sampaikan.

Padahal, subhi orang yang lugu dan bahkan ini adalah produk ketahanan dn kejujuran terhadap hegemonik kebudayaan materaialis. Bertahan karena keluguannya, dan jujur dengan mengatakan yang tidak diketahuinya tanpa harus tertembok rasa malu. Dunia memang kejam....

2 comments:

Anonymous said...

bagus banget trian.
ini gw iyan dari itp padang, masih ingatkan.

kamu mantap.

Anonymous said...

makasih yan, pasti amsih ingat.

koq tahu my blog? kamu ada blog?

biar saling kenal. kan aku tau kamu ga s*m****