Sunday, February 07, 2021

Melihat Hasil Investasi Alternatif Sektor Riil

Keterlibatan investasi pribadi ke sektor riil dimulai dari 2012 dengan membangun kandang pembesaran ayam petelur, namun sampai tahun 2015 belum ada keterlibatan pihak lain (investor) dalam usaha tersebut. Baru kemudian di tahun 2016 (sepulang dari UK) dan karena mendapat amanah sebagai salah satu pendamping di sebuah perusahaan investasi skala kecil menengah, maka keterlibatan dengan dunia investasi semakin banyak serta tentu mulai berinteraksi dan membuka diri dengan para investor.   

Keterlibatan investor dimulai dengan teman-teman sendiri (ring-1), terutama teman kantor dan kampus. Alhamdulillah, tidak terasa sudah 4+ tahun sejak pertengahan 2016 hingga akhir 2020, keterlibatan para investor baik di usaha sendiri maupun di usaha teman-teman juga semakin meningkat. Maka selain berusaha menjadi investment manager yang mengajak dan mengelola investasi dari teman-teman, saya pribadi juga sebagai investor, serta pemilik usaha kecil sendiri (dan juga masih karyawan hehe).

Dari sekian investasi yang saya kelola, terdapat seorang investor yang saya jadikan profile bagaimana hasil dari investasi proyek-proyek di sektor riil dalam portfolio 4 tahun terakhir di bermacam bidang usaha, seperti pertanian, peternakan, konveksi, trading, dan properti. Proyek disini adalah modal kerja yang berjangka waktu tertentu, bukan kepemilikan saham atas perusahaan. Grafik berikut menggambarkan hal tersebut, dimana;

- Invest-out: Dana keluar dari investor untuk masuk dalam investasi proyek

- CF-in: Dana masuk yang diterima investor, baik pengembalian modal ataupun bagi hasil (ujroh)

- Net-CF: Selisih antara Invest-out dan CF-in

- Cum: Kumulatif Net-CF dari tahun sebelumnya

- NAV bef Margin: Net Asset Value (pokok/modal investasi) sebelum potensi marjin (bagi hasil) yang akan diterima mendatang    

Dari grafik profil diatas, CAGR (compounded annual growth rate, kumulatif pertumbuhan tahunan) dalam 4 tahun mencapai 11.2%, yakni dengan menghitung NAV (864) atad Cum CF (565). Artinya secara modal (buku), investor tersebut masih tercatat memiliki investasi sebesar 864 Juta, namun sebenarnya secara riil cash tinggal sisa 565 Juta karena ada pokok dan marjin (bagi hasil) yang sudah diperoleh. 

Jika katakanlah semua investasi bisa dicairkan di 1 Januari 2021, maka investor akan mendapatkan hak nya sebesar 864 Juta. Tentu kenyataan nya tidak mungkin bisa dicairkan karena masing-masing mempunyai perjanjian investasi dengan durasi yang belum jatuh tempo di 1 Januari 2021.  

Lalu apa artinya CAGR 4 tahun sebesar 11.2%? Artinya secara rata-rata portfolio investasi ke proyek-proyek usaha sektor riil menghasilkan ROI rata-rata 11.2% per tahun selama 4 tahun tersebut secara compounding (100 menjadi 111 di tahun ke-1, lalu menjadi 123 tahun ke-2 dst). Kelihatan tidak sangat besar, tapi lihatlah efek dalam 4 tahun membuat nilai 864 Juta sudah menghasilkan sekitar 300 juta, sehingga hanya menyisakan dana keluar net 565 Juta. Bisa dibalik, 565 Juta menjadi 864 Juta dalam 4 tahun. 

Namanya rata-rata, ada proyek yang ROI tahunan diatas 11.2%, dan ada pula proyek dengan ROI tahunan di bawah 11.2%. Itulah yang dinamakan diversifikasi, untuk mengurangi resiko dengan tidak menempaktkan semua investasi ke 1 jenis investasi (proyek) saja. 

Namun secara perbandingan, nilai CAGR 11.2% sangatlah tidak buruk dibandingkan kinerja CAGR IHSG dalam  20 tahun seperti dalam tabel di bawah. Sekali lagi CAGR adalah rata-rata, tentu ada return nilai saham-saham diatas rata-rata dan ada di bawahnya. Malah jika dilihat hanya 2 tahun (2018 ke 2020), IHSG menghasilkan negative return sekitar 10%, atau CAGR -4.8% dalam 2 tahun, dan yang paling besar CAGR IHSG periode tahun 2000 hingga Feb 2018 dengan CAGR 18.6%. Namun, siapa yang bisa dengan pasti menebak arah market IHSG?  


Selain itu, terdapat perbandingan nilai beberapa instrumen investasi yang dilihat dari IHSG, emas dan nilai dolar terhadap rupiah. Untuk yang konservatif (defensif) dalam investasi, mempunyai emas adalah pilihan yang safe heaven (sangat aman). Namun, sebenarnya tidak ada yang pasti bisa menebak harga emas di masa mendatang. Nilai emas akan cenderung naik sebagai penjaga nilai atas inflasi, atau bisa naik signifikan jika ada ketidakpastian atas kondisi ekonomi negara (dunia). 

Dengan monitoring dan kontrol investasi di usaha sektor riil ada di tangan para investor (dan investment manager terpercaya), maka secara kinerja investasi di sektor usaha riil sebenarnya cukup bersaing dibandingkan kinerja IHSG dan emas. Yang juga penting, bisa kontribusi langsung menggerakan ekonomi secara riil melalui usaha-usaha yang bisa berdampak ke ESG (Environment Social Governance). Plus pastinya ikut membantu usaha teman-teman sendiri yang sebagian besar skala kecil ke menengah untuk bisa perlahan naik kelas. 

Tantangan nya adalah mendapatkan seorang (lembaga) investment manager terpercaya yang secara amanah dan profesional mengelola (mengarahkan) dana para investor. Welcome on board! :)         

No comments: