Karena ’harga tidak wajar’ untuk ukuran ’layak’ hunian di dalam kota, kemudian beralih di Jakarta pinggiran. Jujur sebenarnya surveinya sendiri tidak dilakukan dengan optimal karena padatnya waktu yang tersisa saat di Jakarta (dibandingkan di Palembang). Serta tentunya keinginan kuat untuk memproses sebuah rumah secepatnya (tahun ini).
Dan akhirnya, pilihan pun jatuh ke Depok. Kenapa depok? Inilah beberapa alasannya menurut saya.
1. Harga rumah yang ’relatif terjangkau’ dimana tetap bisa mendapatkan hunian’cukup layak’. Memang dari biaya hidup umumnya tidak jauh berbeda dengan Jakarta, namun indeks harga pasti lebih rendah dibanding Jakarta.
2. Sarana transportasi yang tidak hanya mengandalkan jalan raya, tapi juga kereta api (KRL) yang scheduled, banyak waktu dan varian. Jika bosan motor/mobil/bus, bisa sesekali naik KRL. Untuk jalan raya sendiri, konon nantinya akan dibangun jalan tol dari Simatupang sambung ke Depok. Menuju Jakarta pun bisa menggunakan jalur alternatif non Margonda (Beji-Kukusan).
Pun alasan pribadi, dengan jadwal kerja selama ini 2 minggu di Palembang, 1 minggu kantor Jakarta dan 1 minggu off, maka praktis dalam sebulan saya hanya ’terjebak transportasi’ Depok-Jakarta selama 5 hari kerja (kadang malah cuma1 hari ke kantornya). Dengan kondisi ini tentu sangat tidak ekonomis jika meneruskan tinggal kos sekalipun di belakang kantor.
3. Universitas Indonesia. Ya..karena UI jadi salah satu pertimbangan. Saya bukan UI (dan dari dulu tidak punya cita-cita masuk UI!), tapi lingkungan kampus (UI dan beberapa kampus lainnya) memang membuat suasana kota menjadi lebih energik dan dinamis. Secara track record akademik pun, lulusan SMU Depok masuk ke kampus unggulan. Indeks pembangunan SDM Depok selama 2006-2007 tertinggi di Jawa Barat. Jadi lingkungan akademik cukup terkondisikan, pastinya untuk masa depan anak-anak nantinya.
4. Lingkungan kota yang relatif nyaman menurut saya dan teman yang lainnya dibandingkan ’kota satelit’ Jakarta lainnya. Depok itu kecil dan terpusat (coba bandingkan dengan Bekasi dan Tangerang), masih ada pedesaannya dan cukup kental nuansa Islamnya. Tentu ini terkait dengan pengaruh lingkungan sosial terhadap kehidupan keluarga (anak) nantinya.
5. Alasan lainnya. Untuk yang terakhir ini, anda pun bisa membuat alasan kelima versi masing-masing.
***
Akhirnya tepat 2 tahun sejak mentas dari kampus, saya membeli sebuah rumah. Sebuah rumah milik sendiri. Tentu tidak menggunakan uang sendiri, Alhamdulillah..ada kesempatan yang bisa dimanfaatkan di kantor.
Rumahnya relatif ’tidak besar’, simpel dan siap huni (dengan sedikit perapihan). Tentu pertimbangan lokasi strategis menjadi dasar memilih lokasi hunian. Termasuk di lingkungan Kota Depok, tidak jauh dari terminal ataupun stasiun Depok Baru. Dekat SMP, SMU dan pastinya UI. Pasar tradisional hingga pasar modern, RS, dan bank juga mudah di akses.
Saat akad di depan notaris dan akhirnya transaksi di Bank, perasaan saya deg-deg an. Saya belum pernah transaksi sebesar ini, dan yang lebih lagi karena itu sebuah rumah. Cukup mendebarkan saat dijelaskan hak dan kewajiban sebagai pembeli dan pemilik rumah. Saya belum pernah merasakan yang seperti ini, mudah-mudahan perasaan yang baik sehingga timbul tanggung jawab untuk merawat dan mengelola rumah, tidak hanya sekedar tempat pulang.
Terima kasih atas dukungan dan do’a teman-teman semua. Suatu waktu silahkan berkunjung dan sampaikan via pesan pribadi saja. Sekarang kondisinya masih kosong karena harus dirapihkan dulu sebelum pengisian rumah (plus mengatur budget, maklum rumah pertama hehe).
Terakhir, saya ingin berbagi diantara sudut dalam rumah yang paling saya sukai berikut. Hmm, tidak harus pintar memasak. Tapi setidaknya ’dia’ mau belajar memasak buat saya, buat kami.. :)
18 comments:
Waah, dapurnya nyaman. Strategi bagus biar betah masak. Hohoho, jadi siapa ini calonnya? ;))
4. Lingkungan kota yang relatif nyaman menurut saya dan teman yang lainnya dibandingkan ’kota satelit’ Jakarta lainnya.
tumben mas tiran tidak memberikan hyperlink, khususnya ke frase "teman yang lainnya" :) alhamdulillah bro
Alhamdulillah, barakallah ya :)
bener2x perfeksionis orang yang satu ini. Barakallah juga buat calon penghuni yang satu lagi, siapapun itu..
kok g ada foto tampak depan, tampak samping?
Artikel yang bagus.. Jadi bahan masukan kalau nanti weko cari rumah.
well..well...ayok bikin house warming party!
sip dah! sekarang tinggal ditunggu undangannya,,;p
Alhamdulillah...
hebaaat... punya rumah sendiri, nggak perlu numpang di komplek Mertua Indah :P
daya tawarnya gede nih buat nyari 'koki' di rumah :D
Insya Allah kapan2 saya mampir ya Tri...
hebat2... tambah ngganteng wae mase siji iki, hehe
asyik,, rumah baru. kapan-kapan boleh main ga?
rumahnya masih dihuni sendiri atw sudah mempersiapkan "penghuni kedua"?
barakallah,, turut berbahagia :D
Wah tetanggaan kita.
Alhamdulillah, selamat Trian. Semoga berkah..
ciyeh...udah mulai nyebut2 si dia nih ye..
btw menuh2in depok aja nih..jadi tambah padat deh..
*kabur*
Sebel.. ko terenyuh ya saya.
Such a nice post, Trian.
Mengamini Ulya, barakallah ya!
Itu. Endingnya keren. Sungguh beruntung dia yang terpilih. Bukan karena Trian sudah punya rumah:p tetapi insyaAllah karena didampingi orang yang visioner dan konkret.
Two thumbs up!
*Jarang2 ni muji. Duh jadi pusing abis muji...
ikut senang buat trian.
setuju sama yang lain, ditunggu undangannya ^^
Kapan mengundang makan2 kerumahmu Trian?
Diantara pilihan lain, saya juga pilih Depok, walau rumah tak pernah ditempati karena suka kebanjiran, dan ada tanah juga yang masih menganggur....
Boleh lah kapan2 kalo sempat saya main ke rumah sampeyan mas. Asiik dah punya rumah euy, selamat2 mas :)
Post a Comment