Aku ingat ketika saat itu, anam terlibat pertimbangan matang tentang posisi ku di kabinet KM ITB. Bukan atas maunya sendiri memang, semuanya dipertimbangkan demi kebaikan yang lebih besar.
“trian, kau dibutuhkan di tempat lain. saya tidak bisa memastikan kau ikut bergabung atau tidak,” singkat, padat dan mengena.
Namun akhirnya, aku ambil juga tawaran itu. sekali lagi,bukan anam yang semata-mata mau. Karena aku sendiri pun sebenarnya menginginkannya. Keputusan pribadi. Kemahasiswaan, sudah lama kutinggalkan. Aku merindukanya, seperti halnya aku rindukan kampungku disana. Entah itu amanah atau apa, yang jelas, dengan penuh sepenuh kesadaran, aku mengiyakannya.
Waktu berjalan. Yang kuingat, tidak ada diantara para menteri, sekjen dan anam tentunya sangat jelas kita mau kemana. Oiya, uintuk pertemuan pertama, kita sampai malam waktu itu. jam 2 pagi. Sukma sudah curi-curi terlelap. Siapa lagi ya? Oh..andro juga tidak lebih baik. Aku ingat, aku baru saja memejamkan mata dan tiba-tiba dibangunkan untuk pulang. Merdeka! Kita berpikir tentang kampus dan teman-teman kita. Luar biasa kawan.
Ajun, orang satu jurusan yang awalnya kurang dekat. Dia sangat himpunan, sedangkan aku kurang dekat dengan himpunan. Dia pernah interview saya untuk masuk di suatu lab TI. Saya gagal disana, eh..kita ketemu disini. Posisi sama, bukan antara senior-yunior, tapi sesama mentri. Naik nih pride gw..
Beny, katanya mantan prince mesin. Tapi koq ga tampak-tampak amat (karena udah ga kali..). prince mesin, sekarang menteri keprofesian teknologi. Ga nyambung. Kata anam, dia punya visi bagus disana. Ok, good choice nam.
Mahmuy, aduh namamu udah kadung terkenal itu (aslinya mahmud sapa gitu..). LSS pisan. Cocok lah, orsenbud (olahraga seni dan budaya). Tapi udah mulai jarang-jarangan sejak tengah tahun. Kamana akang? Lieur urang teh sareng maneh..
Sukma, selain terkenal suka tidur duluan (malu-malu lagi, mata sayu, terbuka, sayu, terbuka..., kenapa ga jujur aja ma?), dedikasi luar biasa. Menteri of the year lah...rela ninggalin TA (yang bener atau tholabul akh***), suka yang “tipis” juga, dan sampai akhir punya energi. dan pasti, yang terkenal di kita...antek pak widyo. Keep calm ma...
Agung, ini anak paling gedebag-gedebug bareng. walau beda angkatan, cuek aja. Pukul sana, dorong, guyon dan haha hehe... pinginya rame kalau ketemu. Melobi ibu (yang sering telpon anytime) menunda kelulusan, juli lewat, oktober lewat, akhirnya maret deh... (masa menteri pendkesma molor?). dan sekarang, Erasmus Mundus!
Andro, paling ga betah melek malam-malam. Suka senyum-senyum, dan sepertinya kurang olahraga...(letoy gitu..hehe..). ini yang menteri karier, deputi of the year tahun lalu euy, sekarang jadi menteri pengabdian masyarakat. Klop..sabar, penyanyang, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung...
Wiyono, hampir saja lupa. Kagak jelas tuh anak, maunya berantem melulu ma kongres. Tapi aku suka juga...kongres, hajar aja. Kagak kongkrit mereka! Kapan ya wi, kita mulai kenal? Lupa. Di Sospol, mainnya konspirasi terus. Segalanya dipolitisir, sampai aksi juga...lumayan dapet saweran.
Abi, sok kebapakan dan kalem padahal ga gitu-gitu banget. Pantaslah, sekjen internal jadi bapak kampus. Dikenal dengan ITB-1, karena paling sering nongol di forum2 kampus dibanding anam. Ternyata, oktober TA kelar. Pinter curi-curi juga, menterinya disuruh kerja.. eh...dia melenggang. Tapi setia sampai akhir, walaupun kompre C..
Gortum, keantosan heula...(Gortum = Goris antum), orang paling menyebalkan di kabinet, tapi kongkrit. nafsu jaringan sangat besar, dana kabinet banyak mengalir berkat dia. Suka bikin kegiatan aneh2..asal dana masuk. Sebenarnya ga rajin baca banyak buku2 amat, tapi ngomongnya nyerocos. suka mengulang kata2 yang sama..ruh kemahasiswaan..
Terakhir anam, baru kenal saat serumah. Awalnya serius, trus bisa diajak kekanak-kanakan. Setelah jadi presiden, ga berani lagi deh, hormat. Melankolis-plegmatis, apa pernah liat anam marah? Tapi berkat anam, aku tahu bahwa presiden juga manusia. Thanks nam, atas kepercayaan bergabung dengan gaya KM kita... kauniyyah.
Ada lagi? Ada banyak sekali. Ratih yang cerewet, risma yang merengut, echa horee, rida yang senyum2, dini sangat koleris, silda unclear, ulya berlagak bijak (tapi jadi kagok), della sok sibuk (makasih ASPL-nya), aliva yang bingung, pipit sang feminis, nova yang GTM (gaul tapi manut), puput yang geregetan, winda yang lucu, febri al-kacruti, weko dan staf kominfo (imoth “susah dihubungi”, edi “hidup indramayu”, adit “pecinta pram”, fajar “pujangga”, n arsi “cool”), serta sejuta rasa lainnya. bangga dan senang rasanya menjadi bagian kalian.
Sejenak sadar bahwa dalam rasa itu, kita sedang membuat sejarah kemahasiswaan ITB. apa adik-adik kita akan mengingatnya batu bata ini? Entah apa kita akan saling ingat, 5 tahun, 10, 20 dan 40 tahun lagi. Kenangan indah, pasti menjadi sebuah kisah klasik. Tapi satu hal aku belajar dari kalian. Semuanya dibangun dengan ketulusan. Terima kasih Allah, atas kesempatan ini...
Trian, menteri kominfo kabinet 0506