Sunday, August 07, 2005

oleh-oleh.....?

setiap kali aku pulang atau bepergian, hal yang [sebenarnya] tak ingin kudapatlan adalah ucapan : jangan lupa oleh-pleh ya? sebaliknya, aku pun berusaha untuk tidak mengucapkannya kepada orang lain. bukan semata-mata karena aku tidak ingin mendapatlan ucapan itu.

oleh-oleh, hampir semua orang mengartikannya sebagai "makanan" atau barang khas. orang jarang yang menerjemahkan oleh-oleh sebagai suatu hal yang berharga yang diberikan setelah bepergian. bisa jadi sebuah cerita, kisah, foto dan pengalaman.

dengan mengidiomkan oleh2 hanya sebagai makanan atau barang (makanan yang paling banyak), maka kita telah menyempitkan makna kehidupan itu sendiri. apakah hidup ini hanya materi berupa makanan atau barang?

pun sebenarnya juga, alasan lebih teknis, tempatku pulangt di magetan bukan di tenmpat yang memudahkanku untuk mencari atau membeli oleh2. aku tinggal bukan di kota magetan, tapi jauh dari kotanya (sekitar 25 km). ketika orang meminta oleh2, maka yang terpikirkan bagaimana aku harus membelinya di kota. hiks....hiks...5x

selain itu, orang tuaku tinggal berdua sendiri. ketika pulang, hal pertama yang kulakukan adalah membersihkan kamar kemudian mencuci. aku pun tidak ingin membebani beliau2 dengan yang namanya oleh2. walaupun dengan oleh2 itu, aku dianggap manis di depan temen-temanku.

ibuku mungkin berbeda dengan ibu2 lainnya. seringkali beliau tidak akan menyiapkanku oleh2 setiap pulang jika aku tidak meminta. untuk kembali ke bandung, aku mempersiapkan segalanya sendiri dan bagiku menjadi kebanggaan karena tidak membebani.(mudah2an pendampingku kelak paham akan kebutuhan yang sesunguhnya)

dalam setiap bepergian pun, aku tak mau terbebani secara fisik apa yang dinamakan "makanan". kalaupun barang, masih rada mendingan. kalau kita dibebani oleh2, aku takut arti perjalanan itu sendiri jadi kurang.

ada beberapa orang yang aku tahu juga tidak ingin "terbebani" dengan oleh2. seorang kawan, setiap ada orang yang meminta oloeh2 kala pulang kampung ke semarang, selalu menjawab tegas, " aku tidak akan membawa oleh2 buat kamu!!"

tapi aku tidak ingin seperti dia. terlalu jujur bagiku, dan itu sangat dalam bagi arti persahabatan. sekali-kali, aku pun masih juga membawakan oloeh2. jika ibuku atau bapakku memaksaku membawanya. itu juga kalau ibuku sudah terlanjur membelinya.

sekarang, sementara aku hanya tersenyum ketika banyak orang menanyakan oleh2 setelah aku bepergian atau pulang kampung. dan itu hanya mampu dipahami oleh sahabat saja, bukan sekedar teman biasa. maafkan aku teman....

[refleksi desa tercinta]

1 comment:

Novasyurahati said...

Adakalanya, memberikan sesuatu yang berupa materi berarti menggambarkan kasih sayang kepada yang diberi. Bukankah salang memberi hadiah adalah sunnah Rasulullah untuk mepererat ukhuwah? (bukan bermaksud minta oleh-oleh ya.. :b )