Anda bisa apa? Pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Tapi ketika pertanyaan diubah menjadi anda mau jadi apa? Maka akan ada banyak hal yang ingin dilakukan. Jadi sebenarnya, apa yang bisa dilakukan atau kita mau jadi atau seperti apa? Bagi saya, akan lebih enak dan tidak takut neko-neko kalau saya menjawab pertanyaan yang kedua. walaupun mungkin ada benarnya, dan ada korelasinya dengan pertanyaan pertama. Tapi itu mungkin.
Saat pertama kali punya lintasan masuk ITB, pasti banyak hal yang ingin sebagai sarana menjadi tujuan yang lain, yang biasanya berdimensi lebih panjang dan berukuran lebih besar. saya sendiri ingin menjadikan ITB sarana tercapainya cita-cita, walaupun masuk ITB sudah merupakan anugerah cita-cita sendiri buat seorang dari daerah kecil di ujung barat jawa timur ini. tapi dulu, hal yang lebih besar ingin diraih adalah menjadi seorang manajer. Sehingga, masuknya juga yang ada relasi dengannya. Teknik industri jadi jawaban menurut saya.
Nah, mau apa berikutnya di TI. Kuiah itu pasti dan belajar segala hal menjadi kemutlakan juga. Dengan memperkuat basis keilmuan, maka saya bisa menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi banyak manusia. Bukan berarti yang kuliah (dalam arti keprofesian) secukupnya, tidak bermanfaat. Cuma kita bisa menjadi lebih bermanfaat ketika kompetensi kita mumpuni. Dan itu sudah terlihat potensi ketika masuk di tahun keempat ini. apakah berarti kudu lulus empat tahun? Itu perkara lain, karena menyangkut pihak-pihak yang tidak bisa disbutkan namanya.
Lalu bagaimana dengan belajar tadi? Ya, jawaban simple (baca: simpel) ada di organisasi. Dan mulailah diri ini merangkak di beberapa organisasi kampus. Gamais, KSEP, Kokesma, MTI dan Kabinet KM adalah komunitas yang pernah dirasakan. Tapi dasar karena tidak bisa ngebagi waktu dan minim konsistensi, jadinya hanya dua yang dilakukan sampai penghabisan sekarang. Pertama kabinet di sospol sampai maret 2004, Gamais selesai formal april tahun ini, dan kabinet (lagi) sedang berjalan.
Mau apa dengan keduanya? Saya jadi teringat dengan “curhat” dengan Pak Leksananto (Dosen wali), waktu tingkat dua awal. Beliau bertanya, kenapa milih Gamais dan KM? Dengan sekenanya kujawab, supaya seimbang antara peran akademik (kuliah), agama dan wawasan kebangsaan. Nah mungkin itu yang dinginkan oleh diri ini. Bagaimana ketiganya bisa sinergis, walaupun mungkin karena kemalasan seringkali jadi tidak seimbang.
Dengan hobi baca dan diskusi serta sedikit corat coret, maka melengganglah ke pentas kabinet (ada pengaruh “tukar guling” juga kayaknya). Maka sudah cukup lengkap sarana yang dilewati, mulai kuliah, Gamais dan Kabinet. Dengan posisi sekarang, maka terbuka kesempatan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan. Walaupun tidak harus diartikan sempit menjadi bisang sosial politik. karena tingkat politik tertinggi masyarakat ada pada pemberdayaannya, dan itu ada sebuah media yang menjembatani. Jadi peran media sendiri bisa dianggap sebagi perab pondasi sekaligus berkesinambungan.
Trus apa lagi? Mungkin (padahal sudah berusaha menghindari mungkin, karena ga enak didengar) sekarang berikutnya saya mau ngapain? Dengan segala yang dimiliki sekarang, maka peningkatan kompetensi menjadi pilihan niscaya. Tinggal dua semester kuliah lagi (yakin sih.., kuliah koq), jadinya kudu manfaation banget. Dan melebarkan wawasan khasanah ilmu juga, yaitu dengan kemungkinan besar mengambil mata kuliah selam dan salah satu MK TL semester depan. Mumpung “seminar wawasan” gratis dan fasilitas ada di ITB.
Trus organisasi gimana? Itu yang sulit dijawab oleh banyak orang yang tahu dan susah memilih. Sebentar, bukan susahnya karena harus memilih, karena memang tak ada pilihan yang lebih “ahsan”. Jadinya simpelnya (udah mulai bisa simpel), selesaikan amamah sekarang dengann sebaik-baiknya, sekaligus menyiapkan infrastruktuir berikutnya secara formal dan wajar.
Itu saja yang ingin disampaikan, semoga dengan tulisan ini semakin membuka kesempatan untuk bertanya, “jadi sebenarnya kamu mau jadi apa?”. Yang jelas, jawaban “be yourself” kayaknya basi. Sederhana saja, ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Dan itu sebuah proses, bukan tujuan.
No comments:
Post a Comment