Tuesday, June 20, 2006

fragmen peradaban

Sejarah selalu mengajarkan banyak hal kepada kita. Sejarah adalah jembatan antara masa lalu dan masa kini. Konflik dalam sejarah selalu mendahului solusinya. Sehingga orang yang mengetahui sejarah akan bisa memilah, mana hal yang baik untuk ditirunya dan mana yang harus dihindarinya. Dari sejarah, manusia belajar menghargai masa kini untuk menatap masa depan. Kita, harus belajar sejarah. Karena kita, adalah pelaku sejarah…


***

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, saya, Khalid bin Walid memberikan jaminan atas nama Allah bagi seluruh penduduk Damascus, Bahwa akan diberikan jaminan keamanan terhadap jiwa, harta dan gereja kota Damascus tidak akan dihancurkan dan mungkin akan ada beberapa orang muslimin yang akan tinggal disebagian rumah mereka. Inilah yang dijanjikan kepada mereka, sebagai mana janji Allah, janji Rasul, janji Khalifah dan orang-orang yang mengikuti mereka, sejauh mereka membayar pajak, tidak ada lain kecuali kebaikan bagi mereka.

[Pidato Khalid bin Walid sebelum masuk kota dalam penaklukan Damascus (635-636 M), yang menjadi tonggak bagi seluruh panglima Islam selanjutnya]

*

Allah menciptakan kami untuk mengeluarkan manusia dari kesesatan menyembah manusia dan mengajak mereka supaya hanya menyembah Allah SWT. Untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan dunia kepada cahaya terang benderang, untuk mengeluarkan mereka dari kezaliman sistim manusia kedalam keadilan Islam.

[Perkataan Rib’yi bin Amir (utusan Saad bin Abi Waqqash), bertemu dengan Jazdagird kisra Persia untuk pertama kalinya tahun 644M saat pasukan muslim berhasil membuka sebagian besar Persia. Perkataan itu adalah khutbah yang pernah disampaikan oleh Rasul saat Haji Wada’]

*
Hey People! There is nowhere to run away! The sea is behind you, and the enemy in front of you: i swear to God, you have only sincerity and patience, and no minister but your swords.

[Pidato Thariq bin Ziyad dalam pendaratan di Andalusia (711M), dan akhirnya pasukan islam berhasil membebaskan Andalusia dari panjajah (Visigoth, aristrokrasi militer Jerman) dan menjadi tonggak kemajuan Andalusia yang menerangi Eropa]

*

Baitul Maqdis adalah rumah Allah, dan saya datang bukan untuk mengotori kesucian kota ini dengan menumpah darah. Karena hendaklah kalian menyerahkan kota ini kepadaku. Aku akan menjamin keamanan kalian dan memberikan tanah kepada kalian sesuai kadar kekuatan kalian untuk mengolahnya.

[Pidato Shalahudin Al-Ayubi dalam usia 50 tahun, ketika memasuki kota Baitul Maqdis (1187M) setelah kota tersebut dikuasai oleh pasukan Eropa selama 88 tahun. Shalahuddin sebelumnya menyisir untuk membebaskan beberapa kota di sekitarnya seperti Thabariah (tepi sungai Yordania), Akka (pesisir pantai), Azkalan dan Shuar dari pasukan Eropa untuk menuju Al-Quds.]

*

Niyatku hanyalah semata-mata ekspresi dari pemerintah yang tidak lain adalah perintah- Nya yaitu jihad dijalan Allah (Niyatii hiya imtitsaali lilamru illa hiya-Jahiduu Fii Sabilillaah), dan semangatku sesungguhnya dia adalah semangat di jalan agama Allah (wa Hamaasii innamaa huwa hamaasu fii Sabiili Dinullaah).

[Syair Sultan Muhammad Al-Fatih (Muhammad II bin Murad), diatas punggung kudanya dalam selalu kelelahan berjuang. Sultan, dalam usia 24 tahun (Mei 1453M) berhasil menaklukan Constatinopel, ibukota Binzantium, setelah pada masa sebelumnya kota ini sudah dikepung oleh kaum Muslimin sebanyak enam kali, pada tahun 664M armada laut Muslimin Dibawah Bisr bin Artha’ah mengepung kota ini, pada tahun 672M Yazid bin Muawiyyah juga mengepung kota ini, setelah empat kali armada Muslim berusaha mengepung dan menguasai kota tetapi belum pernah berhasil. Keberhasilan Al-Fatih ini membuktikan Nubuwwah Rasulullah Saw yang pernah ditanya sahabat, mana yang akan takluk terlebih dahulu, al-constantin atau ar-ruum (roma). Dan Rasul menjawab al-constantin, kemudian ar-ruum. Lalu Rasul mengatakan bahwa panglima yang memimpin pembebasan itu adalah sebaik-baik panglima dan pasukannya adalah sebaik-baiknya pasukan. Sehingga sahabat dan generasi berikutnya “berlomba” menuju itu.]

*

Nasehati mr. Hertzl agar dia tidak terlalu serius menanggapi masalah ini. Sesungguhnya saya tidak sanggup melepaskan kendati hanya satu jengkal tanah itu, Palestina, sebab bukan milik pribadiku. Tapi milik rakyat, rakyatku sudah berjuang memperolehnya sehingga mereka siram dengan darah. Silahkan Yahudi itu menyimpan kekayaan mereka yang milyaran itu. Bila pemerintahanku sudah tercabik-cabik, saat itu mereka baru bisa menduduki Palestina dengan gratis. Adapun jika saya masih hidup, maka tubuhku terpotong-potong adalah lebih ringan ketimbang Palestina terlepas dari pemerintahanku. Kasus ini tidak boleh terjadi. Karena saya tidak kuasa melihat tubuhku diotopsi sedang nadiku masih berdenyut.

[Perkataan Sultan Abdul Hamid, menolak imbalan yang ingin diberikan Israel untuk “membeli” tanah palestina (1902). Diantara imbalan tersebut adalah, 150 juta poundsterling Inggris khusus untuk sultan, membayar semua hutang pemerintah Ustmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling Inggris, membangun kapal induk untuk menjaga pemerintah, dengan biaya 120 juta Frank, memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga, membangun Universitas Ustmaniyyah di Palestina. Semuanya ditolak sultan, bahkan sultan tidak mau menemui Hertzl, diwakilkan kepada Tahsin Basya, perdana menterinya. Padahal Utsmaniyah saat itu dalam kondisi akut. Tapi karena Palestina telah diwakafkan oleh Umar Bin Khatab kepada seluruh umat islam (637M). Yaitu dalam kemenangan Abu Ubaidah bin Jarrah dan Khalid bin Walid terhadap Bizantium, setelah dikepung oleh pasukan muslim selama berbulan-bulan, penguasa kota Yeruzalem, Shophoronius, mau menyerahkan kunci kota Yeruzalem dengan syarat, penerimaan kunci kota Yeruzalem dilakukan sendiri oleh Khalifah Umar, maka berangkatla Khalifah Umar ke Yeruzalem. Dan penduduk Yeruzalem memperlakukan sama dengan penduduk Damascus.]


tiada kemuliaan tanpa kekuatan..