Wednesday, February 15, 2006

kisah pertama

Hari masuk sekolah pertama kita. Sekolah dasar. Ingat, saat itu kita pakai seragam apa? Jangan lupa sepatu juga. Saat itu, kita gembira akan menjadi orang sekolah. Berpakaian seragam, menenteng tas, belajar di waktu malam, bisa membaca, bermain bersama teman.

Tapi, tak ada yang lebih bahagia mungkin, bapak ibu kita. Anaknya telah mulai sekolah. Untuk menggapai cita-cita, betapa indahnya. Tapi, seandainya mereka tahu apa yang anaknya kerjakan di sekolah. Pasti uang jajan kita akan dipotong. Susst..diam saja ya.

Oiya, waktu itu pula kita pertama kalinya terjun ke sungai kampung. Ingat? Ah, aku sendiri lupa kapan aku mulai belajar berenang. Yang kutahu sekarang, aku lancar berenang tanpa berpikir, bagaimana aku harus memulainya.

Dan tentang jatuh cinta. Jangan kau bilang dulu kalau cinta itu gombal. Toh kamu sendiri yang pernah mengenalkanku pada cinta. Bahkan kita sendiri belum dikenalkan oleh orang tua kita. Dasar anak-anak, masih kecil maunya dianggap dewasa.

Tapi cinta pertama, kapan ya aku memulainya. Apa saat aku mulai menganggap ada makhluk lain yang indah dipandang mata? Mata seorang anak kecil. Satu, dua, tiga...ah, lupa aku mengingatnya, siapa saja mereka. Atau, cinta yang saat itu kita berani mengatakan “kita pacaran yuk”. Aduh, anak kecil norak. Tapi waktu itu sudah bukan SD lagi, seingatku sudah SMP. Ya..tetap aja, cinta monyet.

Indahkah cinta pertama? Benar-benar beda dengan gaya sekarang yang di TV. Masa cinta harus seperti barang, dilihat, dipilah-pilah, dibeli, dipakai, trus bosan, dan daaagh. Benar-benar cinta anak-anak, tak tau apa yang harus dilakukan. Diam saja. Dan dunia terus berputar. Lalu, buat apa kau pacaran?

Beberapa tahun kemarin, ngarasin pertama kalinya masuk sekolah ga pakai seragam. Wuuihhh, udah dewasa kita, mahasiswa. Masuk kuliah tak teratur, bisa bergaya dimana-mana tanpa malu pakai seragam. Benar-benar gagah.

Rasanya kita benar-benar telah hilang kebahagaian. Tak bisa merasakan indahnya dulu, jalan kaki saat pertama kalinya ke sekolah dasar. Atau saat pertama kalinya, mandi di sungai itu. ataukah, bahagia hanya milik anak-anak? Atau sudah berbeda arti bahagia itu. menjadi angka-angka nominal? Jangan munafik, kau sendiri yang juga menghilangkan kebahagiaan itu.

Dan baru saja kemarin, kau terima gaji pertama. Benar-benar pertama dalam hidupmu. Mau kau apakan gaji itu? bukankah orang tua masih mengurusmu? Kau masih lajang. Pacar, tak mudah untuk menaklukanmu.

Atau kau mau langsung mewujudkan cintamu? Yang kutahu, kau sangat kesal dengan lintasan cinta yang tiap hari menggodamu. Tapi kau malah terlalu berhati-hati. Tak ingin, generasimu lahir dari orang yang tak kau tahu. Katamu apa itu? Bibit, bobot dan bebet ya. Terserahlah.

Yang penting, jangan lupakan aku. Hari ini aku menulismu. Kelak, kau harus tersenyum padaku. Hal yang sulit kau lakukan sejak itu. sudahlah. Kau tak mau aku membahasnya bukan.

Seandainya kau tahu. Ini adalah hari terindahku. Karena kau hadir kembali di hadapanku. Walaupun hanya goresan tinta. Terima kasih waktu.

Jadi, kapan kita akan bersama lagi? Melanjutkan kembali kisah pertama kita.


Selamat milad, 14th feb
buat sahabat

2 comments:

ikram said...

Aha, lo lg teringat masa lalu yak.
(Sok tau dikit nih gua)

Trian Hendro A. said...

hahaha...:)) tau aja kram, emang terinspirasi oleh sobat lama, yang ultah kemarin.