Di tengah karir yang cukup nyaman, apakah anda berpikir untuk melanjutkan sekolah lagi?
Sesudah mempunyai master, apakah anda berpikir untuk mengambil master yang kedua?
Dengan kehidupan keluarga yang cukup, mengapa harus beresiko relokasi ke luar negeri?
Tiga pertanyaan diatas adalah contoh dari beberapa pertanyaan yang muncul ketika saya mengambil keputusan untuk ingin sekolah lagi akhir tahun 2013. Ketiganya sebenarnya memliki benang merah yang sama, bahwa kenyamanan itu kadang membuat kita lupa bahwa kita perlu untuk melakukan sesuatu untuk bisa mendapatkan hal lain yang lebih baik.
Saya memang salah satunya termotivasi oleh pidato Pak Anies Baswedan saat wisuda Paramadina October 2012. Menurutnya, kita bisa menghadapi masalah dengan baik dengan semakin banyak mendapatkan masalah. Bagaimana masalah muncul adalah dengan meninggikan ekspektasi kita, karena masalah adalah selisih antara ekspektasi dan realita.
Bukankah "ketidaknyaman" bisa diciptakan tanpa harus sekolah lagi, tanpa harus meninggalkan banyak hal yang sedang berjalan? Bukankah belajar itu bisa di pekerjaan tanpa harus melalui sekolah?
Hal-hal tersebut memang ada benarnya, namun saya mengambil keputusan untuk lebih jauh lagi. Ditambah faktor semakin terbukanya akses beasiswa dari pemerintah Indonesia melalui LPDP, maka Alhamdulillah.. jadilah mulai September 2014 lalu saya mulai sekolah (master) lagi University of Aberdeen, Scotland, United Kingdom, dengan program Petroleum Energy Economics and Finance.
Lalu, apa saja yang terkait dari keputusan tersebut?
1. Studi finance yang lebih spesifik di bidang petroleum & energy economics
Well, ini mungkin alasan yang "kuat", tapi mungkin "tidak kuat" juga, terutama karena saya sudah mengambil sekolah Finance sebelumnya. Alhamdulillah, beberapa capaian semester 1 kemarin (publikasi journal international, presentasi paper di Australia) semoga bisa mengurangi label sekedar 'kuliah di luar negeri'.
2. Keluarga (istri dan anak)
Ini mungkin alasan utama, pengalaman tinggal di luar negeri meskipun 1 tahun tentu bisa mewarnai hidup kami (karena sebelumnya belum punya pengalaman sekolah atau kerja luar negeri). Apalagi buat anak (Safa, 5 yo) yang ikut sekolah Primary disini sekaligus praktek langsung English.
3. Putus "sementara" dari perusahaan
Merasakan tidak digaji perusahaan termasuk benefit-nya (unpaid leave) selama studi ini salah satu restriksi saat pengambilan keputusan. Plus beberapa teman sudah berpindah tempat kerja karena benefit yang lebih tinggi. Again, I am probably a calculating-risk person. :)
Terima kasih kepada LPDP atas kesempatan yang diberikan dan semuanya atas dukungan dan do'anya. Semoga sekolah dan yang mengiringinya lancar, Amin.
2 comments:
Halo mas, kok bisa ambil master lagi ya walopun udah pernah sekolah master? Soalnya di Web nya lpdp, yang sudah s2 tidak bisa ngambil s2 lagi. Tks.
Dulu 2013/2014 belum diatur secara eksplisit :)
Post a Comment