Tuesday, October 16, 2007

Khadijah, True Love Story

Perempuan mulia istri Rasulullah Muhammad Saw, Khadijah, menjadi pendorong, penyokong utama di masa-masa awal dakwah Islam. Kisah Muhammad dan Khadijah sebagai sepasang suami-istri istimewa menjadi dasar terbitnya buku yang inspiratif ini, Khadijah The True Love Story of Muhammad.

Cerita tentang kisah hidup mereka dimulai dengan latar belakang kondisi masing-masing, Muhammad sebagai ‘anak angkat’ Abi Thalib pamannya sedangkan Khadijah adalah seorang janda yang mempunyai kerajaan bisnis besar. Singkat kata, Khadijah mencari orang yang bisa dipercaya untuk menjalankan misi dagangnya, hingga akhirnya diputuskanlah Muhammad, orang terpercaya (Al-Amin) dimana Khadijah sudah memberi perhatian khusus kepadanya.

Misi dagang berhasil dan pembantu yang disertakan dengan Muhammad menceritakan kepada Khadijah tentang kebaikan karakter Muhammad yang semakin membuat Khadijah mantap untuk menjadikan Muhammad sebagai pendamping hidup. Maka diutuslah pembantu Khadijah untuk bertanya kepada Muhammad tentang rencana Khadijah tersebut.

Muhammad tahu diri, dibandingkan Khadijah yang terpandang sebagai perempuan saudagar, Beliau bukan apa-apa. Tidak ada terpikir dalam diri Muhammad untuk menikah dengan Khadijah karena Muhammad tidak mempunyai banyak hal untuk dijadikan sebagai mahar. Namun secara prinsip, Muhammad tidak menolak kemungkinan tersebut karena Khadijah adalah perempuan mulia yang bisa menjaga dirinya, dermawan dan teguh memegang moral agama Ibrahim.

Dan diundanglah Muhammad untuk datang ke rumahnya. Akhirnya, Khadijah sendiri yang menyatakan keinginan untuk meminang Muhammad sebagai suaminya. Muhammad menerima, maka menikahlah keduanya dalam usia Muhammad 25 tahun dan Khadijah 40 tahun.

Hari-hari kehidupan Khadijah-Muhammad pun berjalan. Muhammad sebagai kepala rumah tangga sekaligus pemimpin bisnis, Khadijah sebagai istri yang mendukung suaminya. Dan lahirlah putri-putri Rasulullah (Allah mentakdirkan Muhammad tidak mempunyai putra yang berumur panjang).

Selain tentang kehiidupan keluarga Muhammad-Khadijah, buku ini lebih banyak berbicara tentang sirah (sejarah) kerasulan Muhammad mirip halnya buku sirah lainnya. Hal ini tentu tak lepas karena kehidupan keluarga selalu menyertai kisah kenabian, usai diangkatnya Muhammad sebagai Rasul di usia 40 tahun.

Sedikit tentang keislaman sahabat, perjuangan dakwah Islam, hingga masa hijrah. Sehingga pembaca pun akan diberikan penjelasan cukup tentang kisah dakwah Rasulullah Muhammad Saw sendiri. Namun tetap, pembahasan selalu dikaitkan dengan peran keluarga (Khadijah) dalam mendukung dakwah Muhammad.

Buku ini diakhiri dengan keistimewaaan-keistimewaan Khadijah, dimana Allah sampai memberikan salam khusus kepadanya yang disampaikan kepada Muhammad melalui Jibril. Kepada Aisyah (Istri yang paling disayangi Rasul sepeninggal Khadijah) Muhammad mengatakan bahwa Khadijah tiada tergantikan, sehingga sering membuat Aisyah cemburu. Khadijah, dengan kelembutan hati, kesabaran, karakter mengayomi telah menyokong, mendampingi Muhammad di masa-masa awal Islam. Tidak hanya sebagai istri dan partner, Khadijah juga memberikan kasih sayang Ibu mengingat Muhammad sudah yatim piatu sejak umur 6 tahun.

Jika kisah cinta Muhammad-Khadijah bagaikan ‘kisah ideal’, maka di bagian paling akhir juga disertakan sekelumit kisah Ali bin Abi Thalib dan Fathimah bin Muhammad yang ‘lebih membumi’. Keduanya dipersatukan dan sangat dicintai Rasul. Ada kemuliaan, namun ada juga kesahajaan. Ada kesejatian, tapi juga ada kecemburuan. Dari Ali-Fathimah, Muhammad mendapatkan 2 cucu yang sangat dicintai beliau, Hasan dan Husain.

Membaca buku ini, akan banyak hal ‘manusiawi’ kehidupan yang menyertai perjuangan awal dakwah Islam. Semua yang dibahas dalam buku ini tentu sangat berbeda dengan kondisi zaman sekarang. Namun pesan kehidupannya selalu sama, karena manusia kapan dan dimanapun mempunyai akal dan perasaan. Dengan pesan inilah, Muslim zaman sekarang harus berusaha mengejawantahkannya. Dengan contoh yang paling baik, semoga juga dihasilkan keluarga yang baik di zaman ini.

Hal yang ‘cukup unik’, sampul buku ini tertulis label ‘100% untuk wanita’. Namun tentu tak ada salah jika dibaca oleh para laki-laki. Karena dalam keluarga, bukankah keduanya harus saling mendukung? Karena di balik suami yang hebat, selalu ada perempuan hebat di belakangnya. Pun sebaliknya. Selamat membaca, belajar dari kehidupan cinta Khadijah, Muhammad, keluarga, dan sahabat-sahabatnya.

8 comments:

Anonymous said...

kalo nggak salah buku itu ditujukan buat muslimah deh,
hmmm... i know i know...
tanda2 lg nyari istri shalehah ya Tri?
good luck :-)

Anonymous said...

Cerita Khadijah menunjukkan, bahwa perempuan bisa tetap berkarya, tanpa mengabaikan keluarganya.

Setuju pendapatmu Trian (atau hasil diskusi kita kemarin sore???), bahwa di balik suami yang sukses ada isteri yang mendukung, juga sebaliknya. Dan karir seorang perempuan, hendaknya tetap digunakan untuk keberhasilan keluarganya ( untuk anak dan suami), karena kebahagiaan dimulai dari rumah tangga yang bahagia. Isteri yang bahagia akan membuat keluarganya bahagia, karena juga akan menjadi seorang ibu yang bahagia

icHaaWe said...

emang cerita ini populer banget,disini jg bgitu

Galih said...

Bagus,

Istri ? Hahaha...Belum kepikir...

Dika Amelia Ifani said...

Nampaknya bukan hanya aisyah yang cemburu, tapi akan banyak muslimah yang cemburu dengan pribadi khadijah. Semoga akan dilahirkan khadijah-khadijah baru,yang dengannya wajah indonesia dan wajah dunia akan menjadi lebih baik.

*Baru baca buku khadijah seperempatnya nih.

Hesti Prastia said...

hemhem... ini buku fav aku. ih iya bener kata dika, aku pun cemburu. andai khadijah ada didunia ini, aku pengen bangen peluk dan curhaattttt.... oh ummul mu'minum

cs said...

assalamualaikum
af1 akh, kl blh ana ad saran bwt antum utk tdk hanya mgmbarkan grs bsar dr isi buku tsb, tp (dg niatan utk tdk merugikan pihak mnapun, hy ingin brbagi pengetahuan saja)antum masukin itu buku utk di download :p hehehe

Anonymous said...

inilah contoh yang baik buat umat islam bagaimana menghargai perempuan. Kalau Hadijah saja bisa meminang seorang Nabi besar Muhammad SAW, kenapa para laki2 selalu memandang sebelah sama perempuan ? Memang ada contoh yang lebih baik selain contoh dari Nabi & Khadijah ini ? Ayo kaum perempuan bangkitlah !!!. Jadilah seperti Khadijah. Jangan mau kalah perannya dengan kaum laki2.