kenapa manusia bekerja? sebuah pertanyaan yang bisa dijawab oleh orang sesuai dengan tipe atau karakter orang tersebut.
orang pertama, akan menjawab bahwa bekerja adalah untuk mempertahankan hidup. sebuah istilah penghalusan, dan tentu ada istilah yang lebih "jelas", yaitu untuk mencari uang. sederhana, tapi pasti.
orang jenis kedua, akan menjawab bahwa bekerja adalah panggilan manusia. kalau manusia tidak bekerja, dan berarti juga tidak beraktivitas, maka ia bukan manusia. urusan uang, bagi dia akan menjadi pertimbangan, tapi tentu bukan hal utama. bukankah pertanyaannya kenapa bekerja? dan, bukan kenapa berpenghasilan?
dalam tahap lebih, bekerja karena kebutuhan manusia adalah ibadah, sebuah bentuk penghambaan manusia kepada Pencipta. walaupun, biasanya terlupa akibat rutinitas yang terjadi.
orang tipe ketiga, adalah orang yang menggunakan filosofi kebutuhan puncak Maslow, eksistensi. manusia bekerja bukan untuk mencari uang, atau sekedar memenuhi penggilan alam, tapi itu adalah caranya untuk menjadi "aku". sebuah pengakuan akan lahir disana. dan karena pengakuan, maka masuklah aspek sosial disana, priceless. dalam istilah lain, bekerja manurut artian tipe ini adalah kontribusi.
ketiga istilah diatas bukan hal statis un sich, malah seringkali dinamis. selalu ber-elaborasi, tumpang tindih, atau berkombinasi.
bagi orang yang baru memulai masuk di "dunia nyata", atas alasan baik apapun -mulai dari untuk menapak masa depan, supaya lebih banyak bersedekah, atau untuk menggenapi setengah jiwanya-, alasan mendasarnya tidak akan jauh dari tipe pertama. mencari uang. dan itu bukan mutlak sebuah kesalahan.
bagi orang yang sudah lama, bertahun-tahun bekerja sehingga kerja itu sebagai sebuah rutinitas, maka nilai uang mungkin hanya muncul saat-saat periode tertentu, misal saat gajian atau bulanan. dia berangkat atau mulai kerja, karena setiap pagi hari kerja dia mandi, sarapan dan setelahnya bekerja. sorenya pulang, dan besok kembali lagi. bekerja, seperti kebutuhan makan, minum, atau buang air.
dan bagi orang yang berkecukupan (baca: kaya), atau mungkin sudah merasa bercukupan, atau karena sebuah alasan emosional, kontribusi adalah bekerja. jangan memberikan materi macam-macam kepada orang ini. cukup berikan saja pengakuan dan penghargaan.
semua manusia pasti akan melewati fase-fase tiga tipe persepsi manusia tentang bekerja, cepat atau lambat. jadi, bukan pada jenis pekerjaan, tapi bagaimana kita memandang pekerjaan. meskipun, jenis pekerjaan juga mempengaruhi, misal seorang pialang, atau jurnalis.
dan pertanyaannya, seberapa waktu yang kita inginkan untuk menjalani fase-fase itu?
bagiku, ingin rasanya segera melakukan ketiganya. walaupun kadangkala harus memilih, sebab tidak selalu mungkin untuk merengkuhnya bersama. dan dari sanalah, yang aku yakini, sebuah kedewasaan nantinya akan terbangun.
8 comments:
to work is to earn..., to learn..., to play..., to create..., to express..., to contribute..., and to serve in one stop package...
"aktualisasi" mungkin maksudnya...beda lho!
ganda, could we be a humanity worker?
seharusnya bisa, aktualisasi dan dapat uang!
humanity worker? damn sure we can!(ups!). as long as you keep your passions, ambitions, and dreams beneath your care, humbleness, and dignity
ane ga ngerti ah...
Sori OOT.
Trian, tolong tanyakan ke Andrea dong, berapa persen cerita Sang Pemimpi yang benar2 nyata? Penasaran nih.
Makasih ya.
wah kram, aku pernah tanya itu ke andrea pas di gramedia, ga dijawab tuntas..
ya, itu..bahwa fiksi yang dibungkus dengan karya sastra. secara umum, memang fakta semua kejadian. sedangkan deskripsi suasana bisa saja merupakan imajinasi.
Kerja juga bukan cuma buat dunia, buat Akherat kita juga perlu kerja, karena dunia ini fana, sementara, tapi akherat selama nya, maka porsi kerja kita sesungguhnya lebih banyak untuk kerja akherat.
Untuk dunia sesungguhnya kita tak perlu kerja terlalu keras, untuk dunia kita sesungguhnya ALLAH SWT sudah atur dan siap kan semua, seluruh makhluk yg ada di dunia ini ALLAH ciptakan untuk berhidmat, melayani manusia.
Yang perlu kita kejar di dunia ini adalah bekal kita untuk kehidupan yang Abadan Abada, Akherat.
Post a Comment