Friday, May 19, 2006

aku bukan laki-laki biasa

aku bukan laki-laki biasa...
karena aku mencintai dengan cara yang berbeda...
mengharap cinta semesta yang sampai sekarang masih aku cari keberadaannya...

aku bukan laki-laki biasa...
bukan pula pria sederhana...
karena cinta yang ada pun tidak sesederhana yang aku kira...
tidak mampu mewujud dalam kata...
hanya rasa... dan setitik logika yang masih menyelamatkan jiwa...

suatu hari nanti jika aku jatuh cinta...

aku tak mau seorang pun bertanya-tanya!
mempermasalahkan tentang siapa yang aku cintai...
ataupun menggugat caraku mencintai...

suatu hari nanti jika aku jatuh cinta...
aku mau selamanya...
aku mau selama-lamanya...

begitu rumitkah?
hingga setiap cinta yang kubagi...
segenap cinta yang kutemui...
seluruh cinta yang pernah ada di hati...
terhenti...!

terlebih... karena aku tahu, cinta itu membuatku jauh...
dan luruh....

--------------

dari sahabat,
sedang mencari surga dan cinta

Tuesday, May 09, 2006

dialog ringan "dua generasi"

sekitar sepekan yang lalu, aku terlibat pembicaraan menarik dengan seorang "mas". pembicaraan yang menarik? konon katanya pembicaraan yang menarik itu ada dua dan sekitarnya, mistis dan wanita. dan ini membicarakan perihal yang kedua, walaupun bukan tepat kesana. pembicaraan ini dilakukan via YM (Yahoo Messenger), sebuah contoh komunitas dialog modern, kombinasi antara sisi manusia (tema, ekspresi, rasa) dan kekinian teknologi. terima kasih kepada mAjid (beliau ingin disebutnya begitu di sini), yang membagi pengalaman dan mengizinkan "dialog" kita dipublish di blog ini.
selamat menikmati...

-*-*-*-*-*-

trian_ha : tes..tes...*boleh meng-on-kan mode privat?

mAjid : siap

trian_ha : dulu gmn proses nikahnya mas?

mAjid : maksutnya? proses yg mana? ya gitu aja.. saya terima..blabla..

trian_ha : prosesnya gmn mas, ga mungkin "pacaran" kan ya?

mAjid : o.. proses sblm nikah..

trian_ha : yoi

mAjid : aku termasuk orang yg mau ”pacaran” dulu.. dengan tujuan pengen tau banyak ttg sifat calon ibu anak2ku, *bukan calon istri aku*..

trian_ha : ga ngerti deh..

mAjid : selama proses itu... aku coba untuk jaga jangan ampe melanggar norma2 agama..

mAjid : jd.. aku emang maen hajar buat dapetin yg aku kejar, yg aku kejar pertimbangannnya adalah agama dan fisik (yg ini manusiawi menurutt aku)

trian_ha : ok, ic...next

trian_ha : good choice iA mas..

mAjid : aku cari calon yg dapat membuat anak2 ku lebih bagus, terutama dalam hal agama...

mAjid : so.. cukup menjawab pertanyaan?

trian_ha : ya ya, gmn mastikan bhw "dia" cocok" ama kita..

trian_ha : tuh kan ga gampng, brgkali iya..bs jadi ga..

mAjid : itu kembali ke hati kita masing2... makannya aku lebih memilih proses perkenalan melalui "pacaran".. kita analisis.. kita pikir matang2.. apakah memang si A or si B yg pantas jadi istri kita...

mAjid : ps: pacaran disini buat aku berarti perkenalan lebih jauh dengan menjaga hati dan perbuatan agar tetap sesuai dengan batasan agama islam..

mAjid : ya klo bingung... istikharah..

mAjid : ya bs jd kayak strategi bisnis lah.. kita liat pake SWOT *heheheh*.. mana yg lebih baik buat kita..

trian_ha : wah...more than 1 choice?

trian_ha : kita jadi milih2 dong..

mAjid : yg jelas... gak ada yg sempurna.. semakin dalam kita tau mungkin makin banyak kekurangan+kelebihan yg dimiliki seseorang.. jagan cuma lihat kelebihannya... jangan cuma lihat kekurangannya..

trian_ha : hmmmm...

mAjid : buat aku.. Manusia dituntut untuk mengusahakan melakukan dan memperoleh yang terbaik... usaha dan do'a ... klo yg kita kejar bukan yg kita dapat.. tawakal.. krn memang 4JJI selalu memberikan yg terbaik buat hamba-NYA..

trian_ha : siip, emg ga lewat perantara2 gitu mas?

mAjid : spt aku bilang td.. aku termasuk org yg mau pacaran dulu.. gak pake perantara, perantara buat aku adalah orang sekitar calon aku yg memberikan informasi mengenai bagaimana sifatnya calon aku itu.. aku merasa memang perlu informasi dari orang lain, karena bisa jadi mata aku tertutup krn aku suka sama calon aku..

mAjid : emang masing2 ada kelebihan dan kekurangan.. klo lewat cara aku, kelebihannya aku bisa lebih melihat dan menimbang sendiri yg aku inginkan dengan berdasarkan informasi yg aku dapat sendiri maupun dari orang lain... artinya.. aku HARUS menerima keputusan yg aku ambil, krn aku "yg memilih", bukan orang lain..

trian_ha : ok mas, jadi pelajaran bg ku bgt..

mAjid : menurut aku... klo lewat perantara.. bisa jadi aku (ini aku pribadi lho), takutnya, ada perasaan menyesal... menyesal gak milih sendiri misalnya.. skali lagi.. ini menurut aku pribadi..

trian_ha : ya...gmn kl perantaranya bs ngasih bbrp alternatif, jd kt ttp milih..

mAjid : ya kembali pada informasi yg kita dapat.. dari informasi tersebut kita analisa mana yg lebih baik.. sambil istikharah tentunya.. menurut aku salah satu proses dari istikharah itu adalah kita analisis dan cari tau mana yg lebih baik.. nanti dari sana kita dapat jawabannya.. langsung ataupun tidak langsung itu adalah jawaban dari 4JJI..

trian_ha : ya ya, cuman takut aja...nafsu yg akhirnya bnyk main..wlupn itu "manusiawi"

mAjid : betul... makannya hati2 dgn yg "manusiawi" satu itu..

trian_ha : hehehe, siiip

mAjid : makannya perlu pendapat orang lain... terutama orang sekitar dia.. apakah orangnya seperti yg kita rasakan/lihat ngga..

trian_ha : siip

mAjid : good luck Jim.. hehehehe..

trian_ha : ok

mAjid : o iya... makannya td aku bilang "aku cari calon buat ibu dari anak2 aku".. itu adalah salah satu cara aku biar aku ngga buta oleh sifat "manusiawi" aku..

trian_ha : ok

-*-*-*-*-*-

jadi, anda mau cara gimana?

buat sahabat yang sedang bersiap

Tuesday, May 02, 2006

potret manusia pembelajar

Namanya Muslimin, angka usianya telah beranjak 28 tahun. Dia masih lajang, walaupun dalam segi kematangan, aku pikir tak ada yang kurang untuk menjadi seorang suami. Pekerjaannya memang “hanya” penjual nasi goreng, sebenarnya bukan penjual, karena tentu saja di sendiri yang memasaknya. Tidak tiap hari dia ada di depan rumahku, tiap kurang lebih seminggu sekali dia bergantian dengan dua temanya yang lain. Sepertinya memang penjual nasi goreng di bandung menjadi semacam “kartel” yang jumlahnya banyak.

Sejak lama aku amati, dia berbeda dengan dua temannya yang lain. pendiam dan ramah, kesan pertama tentang orang ini. dengan topi yang manjadi ciri khasnya, dia sangat mudah tersenyum. Kesan yang membedakan dengan dua temannya, yang satu rambutnya dicat dan yang satunya masih sangat muda (kutaksir sekitar 20an tahun).

Selain itu pastinya adalah masakannya, mie kuah, mie goreng, nasi goreng, atau campuran diantara mie dan nasi goreng (biasa disebut mawut). aku sendiri dulu sempat berpikir bahwa karena penjual nasi goreng adalah “kartel” maka siapapun yang membuat, maka hasilnya 11-12, tak jauh beda. Tapi bagiku, mas muslimim beda. Tidak terlalu gurih, tidak hambar, tidak terlalu pedas, dan porsi yang pas. Aku tidak tahu, apa gara-gara pengaruh simpatik pada seseorang sehingga membuat apapun yang berasal darinya adalah nikmat. Tapi beberapa temanku juga merasa hal serupa.

Hal yang khas, aku amati dia suka membaca. Ya...seorang penjual nasi goreng hobi membaca. Dengan tekun berusaha mencari cercah cahaya, dia membaca. Koran, bacaan yang hampir selalu aku temui padanya. Mombalik-balik koran, sepertinya adalah kebahagian tersendiri seperti halnya mengetahui ada (calon) pembeli yang memesan masakannya.

Pernah suatu hari aku bertanya padanya, kenapa suka membaca (sebuah pertanyaan retoris). Dia menjawab, “mengisi waktu luang mas, daripada ngelamun tidak jelas. Baca bisa tahu berita-berita”. Lalu aku timpali, “lho emang itu koran kapan mas?”. Sambil ketawa dia menjawab, “wah ini udah koran lama, bulan desember (tahun lalu!). lumayan lah, buat baca-baca”

Di tempat yang lain, Mak Etak sedang berusaha keras bisa membaca dan menulis. Anda tahu usia Mak Etak? Sudah lebih dari 60 tahun! Usia yang mendekati usia Sang Nabi ketika dipanggil ke haribaan Kekasihnya. Jalannya pun sudah tidak tegak lagi. tapi terlihat dia bersemangat, ketika harus maju ke depan kelas menuliskan sesuatu di papan tulis. Di sebuah desa, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Mak Etak bersama teman-teman sebayanya belajar dalam sebuah lembaga pendidikan lanjut usia.

Ketika ditanya, buat apa Mak Etak belajar membaca?. Senyum cerahnya dan jawaban polos berlogat betawi meluncur, “biar bisa baca aksara, baca-baca berita, di koran dan lain-lain” (Metro Pagi, ahad 30 April 2006)

Sosok muslimin, Mak Etak, (dan potret anak-anak belitung) adalah gambaran betapa belajar adalah sesuatu yang dilakukan dengan tulus, tanpa mengharapkan apa-apa, sebuah nilai, label kelulusan, atau yang berujung pada gaji yang tinggi. belajar yang hakiki, adalah kegiatan yang mampu menjadikan manusia terlepas dari keterbelengguannya menuju sinar cerah pengetahuan.

Muslimin bukan orang yang berpendidikan tinggi, tapi dia berjuang mendapatkan wawasan seperti halnya berjuang mempertahankan hidup. Mak Etak, betapa sedihnya kelak jika akhirnya beliau harus membaca berita-berita koran negeri ini, tak ada berita harapan menghampiri. Yang ada, kekerasan, penipuan, kemaksiatan dan segala ketidakenakan lainnya. Tapi bukan akhir yang mereka tampaknya ingin capai. Sebuah proses yang disana tergantung cita-cita adalah energi kehidupan mereka.

Maafkan aku Mas Muslimin, tadi malam aku tak berperan dalam upaya menyambung hidupmu. Hanya koran hari sabtu yang bisa kuberikan, aku tahu itu lebih kau ingat daripada uang lima ribuan. Maafkan kami Mak Etak, bahkan cucu-cucu mu yang punya tenaga, dan kesempatan ini tak bisa menikmati makna pendidikan negeri ini seperti halnya kau menginginkan membaca aksara dunia.

Selamat hari (berbenah) pendidikan...