Friday, February 24, 2006

selam, cara baru mengenal

Pernah dengar di ITB ada kuliah selam? Lengkapnya, Dasar-Dasar Penyelaman Scuba. Sekarang, aku mengambil mata kuliah itu. Penasaran. Sudah beberapa kali pertemuan ini, semakin membuatku tertarik pada kuliah ini.

Kenapa aku tertarik? Awalnya karena sebuah keinginan belajar selam dengan biaya murah. Tentunya juga sebuah pemikiran bahwa laut sangat luas di negeri ini, sehingga sayang kalau aku tak dapat menikmatinya di sela-sela hobi jalan-jalanku.

Jawaban yang lebih luas dari itu semua aku dapatkan waktu kuliah ruang minggu ini. Ada Pak Jimmy-instruktur selam, Pak Dody – dosen mata kuliah selam dan Pak Budi Dharma-dosen arsitektur yang menjadi dosen tamu kuliah saat itu.

Suatu ketika saat Saraga (Sasana Olahraga Ganeha, salah satunya adalah kolam renang), Pak Budi Dharma dan teman-temannya mulai memperkenalkan selam. Kemudian Pak Wiranto, rektor waktu itu terkagum dan mengatakan, “Ini harus ada di ITB. Bangsa kita adalah bahari, dan kita harus punya pandangan kesana. Masalah keterkaitan dengan keilmuan di ITB, nanti akan terbuka dengan sendirinya.”

Luar biasa, mencerahkan. Seorang rektor yang belum tahu tentang masa depan selam di ITB sudah berani menjamin bahwa selam merupakan satu kemanfaatan bagi ITB dan bangsa ini. Merasa bahwa pilihan selam adalah pilihan yang tepat. Bagiku ini akan menjadi sarana pembuka keindahan dan potensi alam kita, Indonesia.

Walupun aku sendiri, Teknik Industri, tidak akan banyak berkaitan langsung dengan dunia laut, normally (kecuali mungkin kalau menjadikan laut sebagai komoditi). Tapi sebagai anak bangsa, merasa memiliki laut tidaklah cukup tanpa mencintai dan mengelolanya.

Dan mengelola artinya mengetahui apa yang tersimpan di dalamnya. Sedang mencintai, merasakan anugerah laut kita. Cara mengetahui dan memulai mencinta, kenalilah dengan segala indra yang kita punya. Sehingga syukur kepada Allah, tecipta dengan sempurna.

Selam, semoga menjadi salah satu sarana pencerahan hidupku. moment of gracefull.

Wednesday, February 15, 2006

kisah pertama

Hari masuk sekolah pertama kita. Sekolah dasar. Ingat, saat itu kita pakai seragam apa? Jangan lupa sepatu juga. Saat itu, kita gembira akan menjadi orang sekolah. Berpakaian seragam, menenteng tas, belajar di waktu malam, bisa membaca, bermain bersama teman.

Tapi, tak ada yang lebih bahagia mungkin, bapak ibu kita. Anaknya telah mulai sekolah. Untuk menggapai cita-cita, betapa indahnya. Tapi, seandainya mereka tahu apa yang anaknya kerjakan di sekolah. Pasti uang jajan kita akan dipotong. Susst..diam saja ya.

Oiya, waktu itu pula kita pertama kalinya terjun ke sungai kampung. Ingat? Ah, aku sendiri lupa kapan aku mulai belajar berenang. Yang kutahu sekarang, aku lancar berenang tanpa berpikir, bagaimana aku harus memulainya.

Dan tentang jatuh cinta. Jangan kau bilang dulu kalau cinta itu gombal. Toh kamu sendiri yang pernah mengenalkanku pada cinta. Bahkan kita sendiri belum dikenalkan oleh orang tua kita. Dasar anak-anak, masih kecil maunya dianggap dewasa.

Tapi cinta pertama, kapan ya aku memulainya. Apa saat aku mulai menganggap ada makhluk lain yang indah dipandang mata? Mata seorang anak kecil. Satu, dua, tiga...ah, lupa aku mengingatnya, siapa saja mereka. Atau, cinta yang saat itu kita berani mengatakan “kita pacaran yuk”. Aduh, anak kecil norak. Tapi waktu itu sudah bukan SD lagi, seingatku sudah SMP. Ya..tetap aja, cinta monyet.

Indahkah cinta pertama? Benar-benar beda dengan gaya sekarang yang di TV. Masa cinta harus seperti barang, dilihat, dipilah-pilah, dibeli, dipakai, trus bosan, dan daaagh. Benar-benar cinta anak-anak, tak tau apa yang harus dilakukan. Diam saja. Dan dunia terus berputar. Lalu, buat apa kau pacaran?

Beberapa tahun kemarin, ngarasin pertama kalinya masuk sekolah ga pakai seragam. Wuuihhh, udah dewasa kita, mahasiswa. Masuk kuliah tak teratur, bisa bergaya dimana-mana tanpa malu pakai seragam. Benar-benar gagah.

Rasanya kita benar-benar telah hilang kebahagaian. Tak bisa merasakan indahnya dulu, jalan kaki saat pertama kalinya ke sekolah dasar. Atau saat pertama kalinya, mandi di sungai itu. ataukah, bahagia hanya milik anak-anak? Atau sudah berbeda arti bahagia itu. menjadi angka-angka nominal? Jangan munafik, kau sendiri yang juga menghilangkan kebahagiaan itu.

Dan baru saja kemarin, kau terima gaji pertama. Benar-benar pertama dalam hidupmu. Mau kau apakan gaji itu? bukankah orang tua masih mengurusmu? Kau masih lajang. Pacar, tak mudah untuk menaklukanmu.

Atau kau mau langsung mewujudkan cintamu? Yang kutahu, kau sangat kesal dengan lintasan cinta yang tiap hari menggodamu. Tapi kau malah terlalu berhati-hati. Tak ingin, generasimu lahir dari orang yang tak kau tahu. Katamu apa itu? Bibit, bobot dan bebet ya. Terserahlah.

Yang penting, jangan lupakan aku. Hari ini aku menulismu. Kelak, kau harus tersenyum padaku. Hal yang sulit kau lakukan sejak itu. sudahlah. Kau tak mau aku membahasnya bukan.

Seandainya kau tahu. Ini adalah hari terindahku. Karena kau hadir kembali di hadapanku. Walaupun hanya goresan tinta. Terima kasih waktu.

Jadi, kapan kita akan bersama lagi? Melanjutkan kembali kisah pertama kita.


Selamat milad, 14th feb
buat sahabat

Saturday, February 04, 2006

Pertama, hal yang indah?

Pernah mengalami hal-hal pertama kalinya? Apa yang dirasakan? Bahagia, sedih, haru, miris, bingung dan lainya. Benar-benar pertama, dalam hidup kita.

Pertama masuk sekolah. Wuihh..hebohnya. tas baru, sepatu, seragam baru. Ada uang saku, diantar ke sekolah. Benar-benar bahagia.

Pertama marahan sama teman. Ya..marah memang tak pandang usia, anak kecil pun bisa. Masa gara-gara kalah adu main, trus dieman. Dasar anak-anak.

Pertama kenal cinta. Aduh, apalagi ini. Rasanya melayang-layang. Walaupun tidak pernah neko-neko, sekedar tatapan nya pun cukup. Nyeeess..sejuknya.

Pertama sadar sebagai muslim dan konsekuensinya. Segalanya hanya punya dua pilihan wajah, hitam atau putih. Sangat heroik.

Pertama kuliah. Be Te. Semuanya bakal diurus sendiri. Pada sok-sokan lagi orangnya. Pakai baju-baju yang aneh-aneh. iiihh.. apaan sih, mau kuliah atau disco mbak?

Pertama kali gajian. Ini yang seru. Seperti menemukan jati diri. Ternyata, bisa juga kita-kita nih kerja. Diakui lagi, buktinya dapat gaji. Sedikit punya rencana yang aneh-aneh.

Sekarang, gimana rasanya pertama kali dengan “pendamping” ya? Deg degan nih. Sabar..sabar.. pasti bakal lebih indah dari semua kisah pertama.